"Jangan bermimpi aku akan jatuh hati pada mu, kau hanya anak kecil yang tidak mengerti apa-apa tentang pahit manisnya kehidupan. Aku terpaksa menikah dengan mu lantaran tidak ingin membuat malu keluarga ku di hari pernikahan ku yang batal bersama kakak mu Galang Saputra Dermawan. Aku benci dengan keadaan ini! Aku benci!" pekik Nada ketika dirinya menyadari kini ia telah sah menjadi istri dari berondong manis yang usianya 5 tahun lebih muda darinya.
"Aku akan membuat mu jatuh hati padaku Nada Rindu Kinandita! aku yakin kau akan bisa melupakan saudara kandung ku Galang Saputra Dermawan yang telah mengkhianati mu!" sahut Gilang Prasetya Dermawan ketika dirinya berada di kamar pengantin bersama sosok wanita dewasa yang telah berumur darinya.
Yuk ikuti terus kisah cinta beda usia antara Nada Rindu Kinandita dosen cantik berusia 25 tahun dengan mahasiswanya Gilang Prasetya Dermawan yang berusia 20 tahun, yang menjadi pengantin pengganti untuknya dalam novel Pengantin Pengganti Bu Dosen!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alinatasya21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11. Nasi Goreng Spesial Untuk Istri
Gilang melangkah pergi dari hadapan istrinya. Ia sama sekali tidak keberatan memenuhi permintaan Nada meskipun apa yang diinginkan oleh Bu Dosen cantiknya itu sangat diluar nalar.
"Ya Allah, aku harus mencari pedagang kaki lima yang tentunya sangat jauh dari hotel ini! Bu Nada sengaja ingin mengerjaiku, padahal makanan di hotel ini adalah fasilitas bintang lima. Namun, ia lebih memilih untuk jajan di pinggir jalan. Untung saja aku dan Inayah kerap kali mengisi perut didekat pedagang kaki lima langganan kami. Jadi, bagiku ini bukanlah hal yang menyulitkan!" Gilang tersenyum manis ketika mengingat wajah Nada yang lembut dan manis berubah sangar dan menakutkan demi untuk mengelabuhi dirinya.
"Sungguh, aku tak menyangka Bu Nada yang sudah berusia 25 tahun masih bertingkah seperti anak remaja yang berusia 17 tahun. Ini benar-benar sangat menarik, punya istri dewasa berasa masih menghadapi anak ABG!" Gilang terkekeh sambil mengendarai mobil mewahnya demi untuk memenuhi permintaan Nada yang diluar nalarnya.
Kurang lebih dari dua puluh menit Gilang sudah sampai di tempat pedagang kaki lima langganan tetapnya bersama Inayah Kasih Ramadhan, gadis yang selalu ia sebut dalam do'anya. Namun kenyataannya, kini yang hadir dalam kehidupan nyata justru wanita dewasa yang bergelar sebagai dosennya.
"Ya Allah, sungguh takdir Mu tidak bisa di tebak!" Gilang turun dari mobilnya dengan gaya yang begitu elegan.
Pandangan orang -orang yang antri memesan nasi goreng pun seketika tertuju pada sosok pemuda tampan yang baru saja keluar dari mobil berwarna metalik itu.
"OMG, tampan sekali dia!" pekik ciwi-ciwi yang terdiri dari anak-anak kost. Mereka memang anak-anak remaja yang baru lulusan SMA. Sengaja datang dari kampung hanya untuk mengenyam pendidikan di kota.
Nasi goreng yang ada di pedagang kaki lima itu memang menjadi tempat teririt buat tongkrongan anak kampus yang hanya memiliki kantong pas-pasan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka yang jauh dari orang tua.
"Darimana Bang? Keren-keren kok nyasar di pedagang asongan?" cetus seorang gadis yang baru berusia delapan belas tahunan.
"Dari rumah mau membelikan nasi goreng spesial untuk istri!" sahut Gilang Prasetya dengan gaya santainya.
Kelakuan Gilang yang seperti itu justru memicu keriuhan diantara semua gadis-gadis yang menatapnya tak percaya.
"Tidak mungkin, Abang kan masih sangat muda, gagah dan perkasa. Mana mungkin sudah punya istri?" timpal seorang gadis yang mengenakan kerudung gaul ala remaja zaman now.
"Dia suamiku dan aku istrinya," cetus seorang gadis cantik nan ayu. Entah darimana asalnya, akan tetapi lidahnya begitu fasih mengaku sebagai istri Gilang Prasetya.
"Inayah Kasih, Kau?" Gilang mengerutkan dahinya. Ia ingin menyela ucapan Inayah. Tapi, Gilang tidak ingin membuat Inayah malu dihadapan semua orang yang hadir di sana.
Gilang tersenyum seperti biasa, meskipun senyuman itu tak lagi bisa untuk dimiliki oleh Inayah seutuhnya. Namun, melihat kehadiran Gilang sepagi ini mampu membuat hati Inayah menghangat setelah semalaman dirinya menangis, meratapi nasibnya yang begitu sangat menyedihkan.
"Kalian sangat serasi sekali, patah hati dong kami, ternyata babang tampan ini sudah punya pasangan!" celutuk seorang gadis yang masih mengenakan piyama tidur, bibir mungilnya terlihat manyun mendapati pria tampan dihadapan mereka ternyata sudah beristri.
"Alhamdulillah, kami memang sangat serasi! Dia adalah sosok lelaki yang sempurna untukku!" cetus Inayah yang kepalang basah mengaku jika Gilang adalah suaminya. Padahal itu sengaja ia lakukan untuk ngeprank para gadis yang telah berani-berani menggoda Gilang Prasetya, pria yang sangat dicintainya.
"Pesan nasi gorengnya tiga porsi ya, Mas! Seperti biasanya nasi goreng suwir ayam!" seru Gilang yang sengaja memesan tiga porsi nasi goreng untuk dirinya, Inayah dan Nada yang super duper menguji imannya.
"Kenapa tiga porsi, Kak? Untuk siapa saja?" tanya Inayah sambil memperhatikan wajah Gilang yang selalu mampu membuat hatinya menghangat dan jatuh hati terlalu dalam hingga tidak bisa bangkit lagi kala yang terkasih kini telah menjadi bagian hidup dari wanita lain.
"Iya, satu untuk mu Inayah Kasih!" sahut Gilang dengan tersenyum manis pada sosok gadis yang telah mengaku-ngaku sebagai istrinya.
"Tunggu dulu, benarkah kalian pasangan suami istri? Tapi kok kaku dan malu-malu? Minimal gandengan tangan dong biar kami merasa yakin jika kalian memang pasangan?" cetus seorang gadis yang dari sejak tadi memperhatikan interaksi antara Inayah dan Gilang.
"Dia suamiku!" kekeuh Inayah sambil menarik pelan lengan Gilang dengan detak jantung yang berdebar tak karuan.
Seumur hidup baru kali ini Inayah menyentuh laki-laki yang bukan mahramnya. Hingga membuat tubuhnya sedikit bergetar karena gugup.
"Ina!" Gilang ingin menepis tangan Inayah yang melekat erat di lengannya. Akan tetapi, ia urungkan demi menjaga nama baik Inayah dihadapan semua orang.
Bohong, jika dada Gilang tidak merasakan getaran dihatinya ketika wanita yang telah lama bersemayam dihati menyentuh lembut lengannya yang tertutup kemeja lengan panjang. Setidaknya kulit mereka tidak saling menempel karena terhalang kemeja.
Namun, getaran itu sangat terasa sampai keulu hati masing-masing kala melihat tayangan live tersebut para gadis yang memuja Gilang seketika terdiam. Tidak ada lagi suara sumbang yang menganggu gendang telinga.
Gilang merasa sangat berdosa karena Inayah masih saja bergelayut di lengannya. "Astaghfirullah, apa yang Inayah lakukan? Harusnya ia tidak seperti ini bersikap!" rintih Gilang didalam hati.
Setelah mengambil pesanan masing-masing gerombolan anak kuliahan tadi telah berjalan memasuki kawasan kost-kostannya yang tak jauh dari pedagang kaki lima. Perlahan Inayah pun melepaskan tangannya yang berapa menit lalu refleks melingkar di lengan Gilang.
"Maaf!" satu kata yang Inayah ucapkan menegaskan jika dirinya merasa bersalah dan merasa sangat malu atas perbuatannya barusan.
"Tidak apa-apa, mari ikut aku ke mobil!" ucap Gilang dengan berusaha menetralkan detak jantungnya yang berdegup kencang ketika berhadapan dengan Inayah.
"Ina, mestinya kau tidak melakukan hal demikian! Mengapa mengaku sebagai istriku?" Gilang sedikit menegaskan kata istri hingga membuat netra Inayah memanas mendengar ucapan Gilang yang begitu tidak menganggap kehadirannya.
"Maaf, aku tidak bermaksud menyakiti mu, Ina?" Gilang merasa bersalah ketika melihat pelupuk mata Inayah terlihat bengkak akibat banyak menangis.
"Jadi, ini alasan mu bersembunyi dibalik kacamata hitam? Seharusnya kau tidak menyiksa diri seperti ini Inayah. Sungguh, aku tidak ingin melihat mu lemah seperti ini!" Gilang memalingkan wajahnya.
Kini mereka telah berada di dalam satu mobil, karena dengan begitu keduanya bisa leluasa dalam mengutarakan isi hati masing-masing.
''Aku mencintai mu, Kak Gilang! Tapi mengapa kakak tega mengkhianati ku dan rela menjadi pengantin pengganti untuk Bu Nada? Dimana janji setia kakak untukku?" tandas Nada dengan mengusap surai air matanya yang kini telah menganak sungai.
"Maafkan aku Inayah, aku terpaksa. Kuharap kau mengerti!" Gilang merasa sesak melihat wajah wanita yang dicintainya kini bersimbah airmata.
"Kata maaf tidak akan bisa menyembuhkan luka dihatiku, Kak. Kecuali dengan jalan kakak segera menceraikan Bu Nada!" cetus Inayah yang masih berharap bisa memiliki hati Gilang sepenuhnya.
"Aku memang mencintai mu Ina, dari sejak dulu hingga detik ini rasa itu tidak pernah berubah. Akan tetapi takdir memaksaku untuk menjaga jarak dari mu! Kumohon jangan memaksaku untuk melakukan hal yang dibenci Allah!" ucap Gilang mendesah frustasi. Ia tidak mungkin menceraikan Nada begitu saja seperti yang diminta oleh Inayah barusan.
"Tapi, aku tidak bisa hidup tanpa mu, Kak!" Inayah yang sudah kepalang basah dirundung nestapa pun refleks merengkuh tubuh Gilang. Ia menangis sejadi-jadinya dalam dada bidang milik Gilang.
"Jangan begini Ina! Aku sudah beristri!" sanggah Gilang yang merasa hawa panas menjalar di tubuhnya.
Gilang sama sekali tidak membalas pelukan Inayah Kasih. Seujung kuku pun tak terbesit di hatinya untuk menyentuh wanita yang bukan mahramnya, meskipun kesempatan itu ada. Sebisa mungkin Gilang meredam hawa nafsunya agar tidak mengikuti bisikan syaitan yang terkutuk.
kring
Kring
Kring
Ponsel Gilang berdering berkali-kali. Sehingga menyadarkan Inayah atas kelakuan tak wajarnya sebagai wanita muslimah yang selama ini ia jaga dari menyentuh pria yang bukan mahramnya.
"Maafkan aku!" Inayah mengenakan kembali kacamata hitamnya.
Wajah Inayah terlihat merah menahan malu yang tak terhingga atas apa yang barusan ia lakukan.
Gilang mengangkat tangannya sebagai isyarat agar Inayah diam sejenak. Ia ingin mengangkat ponselnya yang ia simpan dengan nama BU DOSEN CANTIK KU.
"Kau dimana? Kenapa lama sekali? Jangan bilang jika kau sedang berkencan? Nasi goreng pesananku mana? Aku sudah sangat lapar sekali!" ketus Nada dari seberang telfon. Nada memang sengaja ingin membuat Gilang kesal terhadapnya dan kemudian menceraikan dirinya seperti apa yang telah ia tulis dalam kontrak pernikahan yang sama sekali tidak dibaca oleh Gilang.
"Aku sedang dijalan Bu Dosen. Jangan marah-marah, nanti cantiknya hilang. Nasi goreng spesial untuk istri cantikku akan segera meluncur sesaat lagi!" sahut Gilang yang entah kenapa hatinya begitu menghangat ketika mendengar ocehan wanita dewasa yang kini telah berstatus istrinya.
"Apaaa? Dasar bocah tengil!" umpat Nada ketika mendengar ucapan Gilang yang terasa merusak gendang telinganya. Sontak iapun mematikan sambungan ponselnya. Nada benar-benar tidak ingin tenggelam dalam pesona suami berondongnya.
"Kak Gilang jahat dan kejam!" Inayah keluar dari dalam mobil dan membanting pintunya dengan keras. Ia benar-benar merasa sakit hati mendengar percakapan Gilang yang begitu sangat memuja sang istri dihadapannya.
Pupus sudah harapan Inayah untuk mendapatkan kembali cinta Gilang seperti dulu, ia benar-benar merasakan patah hati dan kecewa yang teramat dalam kala mendapati Gilang begitu menikmati pernikahannya dengan dosen kampus mereka.
"Maafkan aku Ina!" Gilang mendesah frustasi atas sikapnya barusan. Iapun segera melesatkan kendaraannya setelah melihat Inayah Kasih telah menjauh dari hadapannya.
semangat ya.
semangat ya
Lanjut thor. 5 like mendarat buatmu thor.
semangat ya