Laras Sagita, gadis kampung yang polos, lucu, dan blak-blakan, merantau ke kota untuk mengubah nasib. Di hari pertamanya melamar kerja sebagai sekretaris, ia tanpa sengaja menabrak mobil mewah milik seorang pria tampan yang ternyata adalah calon bosnya sendiri, Revan Dirgantara, CEO muda yang perfeksionis, dingin, dan sangat anti pada hal-hal "tidak teratur"—alias semua yang ada pada diri Laras.
Tak disangka, Revan justru menerima Laras bekerja—entah karena penasaran, gemas, atau stres akibat energi gadis itu. Seiring waktu, kekacauan demi kekacauan yang dibawa Laras membuat hari-hari Revan jungkir balik, dari kisah klien penting yang batal karena ulah Laras, hingga makan siang kantor yang berubah jadi ajang arisan gosip.
Namun di balik tawa, perlahan ada ketertarikan yang tumbuh. Laras yang sederhana dan jujur mulai membuka sisi lembut Revan yang selama ini terkunci rapat karena masa lalu kelamnya. Tapi tentu saja, cinta mereka tak mudah—dari mantan yang posesif,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Pagi itu kantor pusat Revan Group terasa berbeda. Bukan karena ada rapat besar, tapi karena Laras masuk kantor dengan blazer merah menyala, kaca mata hitam, dan coffee latte triple shot.
“Clara dan Bella mau main bisnis?” katanya santai pada Revan.
“Kita sambut dengan presentasi berdarah.” lanjut Laras
Laras, Arga, dan Revan duduk di ruang rapat. Di layar: laporan keuangan, pergerakan saham, serta pengaruh Bella di anak perusahaan kecil Revan.
Arga: “Bella menyusup sebagai investor minoritas. Tapi Clara menyebarkan rumor soal keretakan Revan Group.”
Laras: “Rumor? Kita balas dengan fakta. Aku udah susun dua strategi: satu untuk membungkam Clara, satu lagi untuk menjatuhkan saham Bella.”
Revan: “Isyriku… kamu luar biasa.”
Laras (senyum nakal): “Itu baru rencana A. Kita belum bahas rencana B, C, D sampe Z.”
📌 Langkah Pertama – Clara:
Laras menyebarkan video saat Clara memaki pegawai toko di mal, lengkap dengan ekspresi hidung kembang-kempis dan suara cemprengnya yang khas.
Video itu jadi viral dalam semalam.
Komentar netizen:
“Itu mantannya siapa sih? Bangga banget bilang pernah punya dia 😬”
“Next time, beli attitude dulu baru baju mahal.”
📌 Langkah Kedua – Bella:
Laras dan tim audit internal menemukan kecurangan keuangan kecil-kecilan yang dilakukan Bella di proyek amal anak perusahaan. Laras tak menyerang langsung, tapi mengundang media saat konferensi pers internal.
Bella hadir, lalu—boom!
Laras maju ke panggung, senyum kalem tapi mematikan.
“Ibu Bella, terima kasih sudah hadir. Boleh bantu jelaskan kenapa dana beasiswa bisa nyasar ke rekening pribadi?”
Seluruh ruangan hening. Bella pucat.
Revan dari kursi belakang berbisik ke Arga:
“Ini sih lebih serem dari sidang skripsi.”
dan semua menjadi berita heboh dan viral.
...----------------...
Sore hari, Laras pulang dan menemukan Lala lagi maskeran… bareng Arga?!
Arga terlihat menderita dengan lembar sheet mask di wajah.
“Apa yang terjadi di sini?” tanya Laras curiga.
Lala: “Self care bareng Mas Arga, Kak.”
Laras: “Itu bukan self care, itu penyiksaan perasaan. Dia kaku gitu loh.”
Arga diam saja. Matanya memohon pertolongan.
Laras: “Arga, kalau kamu serius, aku minta bukti. Kalau cuma main-main, jangan bikin adik ku berharap.”
Arga (tiba-tiba): “Saya nggak main-main, Bu bos. Tapi saya belum siap pacaran.”
Lala (tersenyum): “Aku sabar. Yang penting Mas Arga nggak pergi.”
Laras: pusing level tujuh.
Besoknya, Clara kena banned dari beberapa toko elit karena videonya.
Bella dikeluarkan dari dewan investor.
Revan tersenyum puas sambil menatap Laras.
“Sekretarisku… pahlawanku.”
“Dan istrimu.... ingat itu.” Laras menyenggol bahunya.
“Tapi bentar. Kita belum selesai.” kata Laras tiba-tiba.
“Kenapa?”
“Bibi ku si julid udah kabarin… dia mau datang dari kampung minggu depan.”
Revan panik. “Lagi?? bibi yang kalau nyambung omongan suka ngeracik masalah dari debu itu??”
“Yes. Si ibu GPS: Ghibah Paling Seru.”
Revan menatap langit.
“Kita menang lawan Bella dan Clara. Tapi… kita belum siap lawan bibi julid.” keluh Revan.
-----
Beberapa bulan sudah berlalu sejak Revan dan Laras menikah. Mereka semakin kompak, semakin lucu, dan juga... makin sering adu mulut soal hal-hal receh.
Tapi satu hal yang Revan pelajari:
Laras bukan hanya istri yang blak-blakan, tapi juga terlalu ramah ke semua orang. Terlalu ramah... sampai bikin orang kepedean!
---
Namanya Tama — konsultan muda yang baru bergabung sebagai mitra proyek di perusahaan Revan.
Tama punya tiga modal utama:
Ganteng.
Ramah.
Suka banget… melontarkan pujian buat Laras.
Awalnya Revan biasa saja. Tapi sejak Tama datang dan selalu duduk dekat Laras saat meeting, Revan mulai gelisah.
Tama (sambil senyum ke Laras):
"Wah, Bu Laras ini bukan cuma pinter, tapi juga bisa bikin ruangan jadi lebih hidup ya…"
Laras (santai):
"Eeeh, hidup karena saya suka ngomel kali, Mas?"
Revan dari ujung ruangan mulai nggertak pena. Dan Arga yang duduk di sebelahnya langsung tahu tanda-tandanya:
Arga (berbisik):
"Mas Revan, tenang… Jangan ngelempar laptop lagi kayak waktu itu."
"Kali ini aku gak akan lempar leptop tapi aku mau Lemar kamu, karena kamu cari konsultan yang modelan gini" kesal Revan dan itu membuat Arga menelan ludah
---
Sejak itu, Revan jadi lebih perhatian. Lebih manja. Bahkan lebih posesif dikit-dikit manis.
Revan: "Kamu kerja samanya sama Tama sampai kapan?"
Laras: "Lho, kok nanya kayak interogasi polisi?"
Revan: "Nggak. Takut aja, kalo kamu betah kerja bareng dia…"
Laras (tertawa): "Mas, plis deh. aku lebih betah kerja bareng kamu. Soalnya kamu gampang panik, jadi hiburan tersendiri."
---
Puncaknya terjadi saat Laras pulang kantor bawa oleh-oleh kopi dari Tama.
Revan: "Itu kopi dari siapa?"
Laras: "Mas Tama. Dia bilang ini favoritnya dia waktu kuliah."
Revan (muka berubah); "Oh, jadi sekarang dia berbagi kenangan kuliah juga ya…"
Malam itu Revan diem seharian. Laras mulai nyadar suaminya... ngambek lucu.
Laras pun langsung menyergap Revan di sofa dan duduk di atas pahanya sambil nyolek pipi.
Laras: "Mas Revan... cemburu yaa? Lucu banget deh, kayak beruang lapar tapi malu ngaku."
Revan (berdehem): "Gak cemburu. Cuma… aku gak suka laki-laki lain ngasih kamu kopi. Aku aja gak pernah dibikinin kopi spesial sama kamu lagi."
Laras (nahan ketawa): "Mau kubikinin sekarang juga? Tapi syaratnya: kamu jangan cemberut. Soalnya aku cinta banget sama suamiku yang judes kalau cemburu."
Revan: "Serius? Kamu cinta banget?"
Laras: "Banget. Sampai gak ada ruang buat Mas Tama atau kopi-kopinya."
---
Keesokan harinya, Laras bertemu Tama di pantry kantor.
Tama (senyum lagi): "Kopi kemarin cocok ya, Bu Laras?"
Laras (senyum tipis):
"Cocok sih, Mas Tama. Tapi... saya lebih cocok minum kopi dari tangan suami saya. Jadi lain kali, gak usah repot-repot ya."
Tama:
"Oh… baik. Maaf ya kalau kemarin berlebihan."
Laras:
"Gak papa. Daripada suami saya mendadak jadi clingy sepanjang malam. Satu kopi bisa bikin Revan panik."
---
Saat malam, Revan tampak lega.
Revan:
"Mas Tama gak deketin kamu lagi?"
Laras (menyender):
"Enggak. Dia trauma kali. Aku bilang kopi kamu lebih enak."
Revan (nyengir puas):
"Jadi aku tetap nomor satu?"
Laras:
"Selamanya. Tapi tolong, jangan cemburu norak lagi. Itu lucu sih, tapi memalukan kalau sampai Arga lihat kamu ngambek bawa bantal ke ruang kerja."
Dan malam itu di habiskan mereka dengan penuh cinta.
Bersambung
🌹🌹🌹🌹🌹