NovelToon NovelToon
Merayakan Kehilangan

Merayakan Kehilangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Raft

Ini tentang gadis ambigu yang berhasil merayakan kehilangannya dengan sendu. Ditemani pilu yang tak pernah usai menyapanya dalam satu waktu.

Jadi, biarkan ia merayakannya cukup lama dan menikmatinya. Walau kebanyakan yang ia terima adalah duka, bukan bahagia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raft, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dewasa - 34

...Kenapa masalah diciptakan jika penerimanya tak pernah menyukai itu? ...

...Karena alasan pendewasaan. ...

***

Karena urusan mereka sudah selesai di sekolah, maka setelah mengisi perutnya, mereka berencana untuk langsung pulang saja.

Di tengah langkah menuju kelas untuk mengambil tas, mereka mengisinya dengan obrolan apa saja yang mereka lihat selama perjalanan. Kadang mereka juga tertawa bersama karena lelucon sederhana milik Lengkara.

"Iya, demi Tuhan. Tetangga gue itu setiap hari nge-drama mulu. Gedek gue dengernya." Ucap Lengkara yang bercerita tentang tetangganya di rumah.

Lebih tepatnya bukan bercerita, sih. Tapi ghibah.

Tidak boleh mengghibahi tetangga ya saudara sekalian, tidak baik.

"Sepupuku di rumah juga jahilnya minta ditempeleng bulak balik." Balas Rai tak mau kalah.

Dan itu adalah kalimat terakhir dari obrolan mereka karena sekarang sudah sampai tujuan.

Di kelas ternyata hanya ada Rey dan Angkasa. Terlihat jika mereka sedang menonton bersama di laptop milik Rey yang disimpan di atas meja.

"Rai, mau main dulu, gak? Mumpung belum terlalu siang juga." Tanya Lengkara sembari melihat jam tangannya.

"Main kemana?"

Terlihat jika Lengkara sedang memikirkan tempatnya. Hingga ketika matanya tak sengaja melihat layar laptop milik Rey yang sedang menayangkan vlog mini di ancol, tanpa berpikir ia memilih tempat itu. "Ancol!"

Rai tentu antusias. Ia belum pernah menginjakkan kakinya di ancol.

"Ayok, ayok!"

"Oke! Kalian mau ikut, gak?"

Entah sejak kapan Angkasa dan Rey membereskan barangnya. Karena kini mereka sudah siap dan tinggal berangkat. "Ayok!"

Lelaki memang sesingkat itu dalam bersiap.

Sekarang jam 10 pagi, yang dimana waktunya istirahat untuk kelas sepuluh dan sebelas. Makanya ketika mereka berjalan di tengah kooridor yang ramai, mereka menjadi pusat perhatian. Dan Lengkara senang melihat bagaimana tatapan iri dari adik kelasnya sendiri.

Dari arah depan, ada Rindu dan Rere yang berjalan mendekat. Dan hal itu membuat Rai ingat jika Rindu meminta tolong padanya barusan.

Rindu seakan mengingatkannya untuk bertanya kepada Angkasa, lewat tatapannya yang berfokus kepada Rai saja. Dan Rai hanya mengangguk sebagai balasan dari tatapan yang ia terima.

"Lo hari ini pake mobil apa motor, Rey?" Tanya Lengkara yang membuat kesadaran Rai kembali kepada teman-temannya.

"Motor."

"Sa lo bawa motor, 'kan?"

"Bawa. Jadi lo bisa nebeng sama gue."

Lengkara memutar bola matanya malas. Nebeng dari mananya, orang ia bawa motor juga.

"Apaan, orang gue bawa motor sendiri. Mau boncengin Rai gue, mah!"

Entah kenapa Angkasa terlihat kesal di tempatnya, lalu ia menjitak pelan kepala Lengkara yang kebetulan ada di sampingnya. "Kalau gitu kenapa lo nanya, pea!"

Lengkara mengusap kepalanya yang terkena jitakan Angkasa, walau itu tidak terasa. "Nanya doang emang salah?"

Langkah mereka hampir sampai di parkiran, membuat Rai langsung mengutarakan hal yang harus ia bicarakan kepada Angkasa. Mumpung masih ada di ingatan, soalnya Rai orangnya lupaan.

"Sa. Maaf sebelumnya, kamu lagi ada masalah apa di rumah?"

Pertanyaan tiba-tiba dari Rai membuat Angkasa menatapnya heran. "Kenapa emangnya?"

"Enggak, pengen tau aja. Soalnya aku perhatiin, kamu jarang pulang ke rumah, dan selalu nginep di rumah Rey setiap harinya. Aku takut kamu ada masalah yang buat kamu gak betah di rumah."

Angkasa mengerti arah pembicaraan Rai kemana. Dan ia juga langsung paham jika Rai pasti disuruh Rindu sebelumnya. Sudah banyak yang mengatakan itu kepadanya.

Terdengar helaan napas panjang dari Angkasa. "Kalau iya, lo mau apa? Nyuruh gue pulang gitu?"

Respon Angkasa diluar perkiraannya. Rai merasa jika Angkasa tidak suka dengan hal yang ia tanyakan. "Aku gak bilang gitu. Aku cuman pengen tau kamu lagi ada masalah atau enggak. Kalau emang ada, coba cerita. Karena selagi aku bisa, aku bakal bantuin kamu nyelesaiin masalahnya."

Angkasa hanya menghela napas kasar, dan tak memberi jawaban.

"Kamu gak bisa terus lari dari masalah. Karena kalau kamu terus lari, masalah itu bakal tetep ngejar tanpa henti. Kalau kamu berhenti dan menghadapi, masalah itu juga bakal berhenti ngejar kamu, Sa."

Wajah yang selalu terlihat ceria itu berubah menjadi datar. "Gue udah berhenti. Tapi masalah itu malah ngurung gue, dan buat diri ini pengen terus lari. Lo gak ngerti, Rai. Jadi diem aja."

"Kalau kayak gitu, kenapa kamu gak coba untuk berdamai sama masalahnya aja?"

Berdamai dengan keadaan saja Angkasa belum mampu. Apalagi ini, berdamai dengan masalah yang menurutnya tak bisa untuk dilupakan begitu saja.

"Aku gak maksa kamu buat cerita. Tapi lain waktu-"

"Iya, gue bakal coba buat berdamai sama masalah." Potong Angkasa dengan ekspresi wajah yang sudah telihat biasa.

"Ya udah, mau ke ancol, 'kan? Malah ngomongin masalah. Tambah mumet nanti kepala. Mending healing aja!" Ucap Angkasa membuat keadaan kembali normal seketika.

"Oke, let's go!" Balas Lengkara yang dari tadi hanya mendengarkan cara Rai membujuk Angkasa.

Dan sekarang, mereka sudah siap untuk berangkat ke tempat bermain yang sedang hits di Jakarta.

***

Langkah mereka berbaur dengan banyak orang. Mencipta bising yang disukai karena tempat ini akan menjadi kenangan.

Banyak wahana yang sudah mereka mainkan. Mulai dari rollercoaster, kincir angin, juga bombongkar. Bahkan rumah hantu saja mereka masuki untuk memeriahkan kunjungannya kesini. Tapi sayangnya, hanya Rey yang tidak ingin ikut memainkan wahana. Dari tadi lelaki jangkung itu hanya mengemil tanpa henti.

Banyak tawa yang mereka gaungkan, juga teriakkan yang membuat mereka bebas ketika berada dalam situasi yang menegangkan.

dan sekarang mereka tengah beristirahat karena mulai lelah.

"Kamu kok gak mau ikut main? Ayok dong main! Biar seru!" Ucap Rai setelah meneguk air mineralnya.

"Gue bukannya gak mau, tapi gak bisa."

Angkasa dan Lengkara mengerti karena memang mereka sudah mengetahui. Berbeda dengan Rai yang belum tau apa-apa dengan kondisi tubuh Rey saat ini.

Rai yang heran mengangkat sebelah alisnya "Gak bisa? Kenapa?"

"Takut mabok dia!" Canda Lengkara yang diangguki Rey begitu saja.

"Iya, gue gak bisa main wahana begituan. Ntar puyeng lagi."

Rai mengangguk-anggukan kepalanya mengerti. "Oh, tubuh kamu gak terbiasa, ya?"

Rey tidak memberi respon, ia hanya memperhatikan sekitar dengan matanya yang terlihat sendu sekarang. Rasa iri tiba-tiba menyerang ketika melihat semua menikmati wahana tanpa batas. Sedangkan dirinya disini hanya melihat dan mengunyah makanan, tanpa menikmati hal utama kenapa tempat ini diciptakan.

"Gue mau beli es krim. Kalian pada mau, gak?" Angkasa berusaha mencairkan suasana. Karena ketika melihat tatapan Rey membuatnya tidak enak hati. Terlebih ia tau perjuangan Rey bisa sampai sini.

"Boleh. Mau rasa stroberi, ya!" Jawab Rai cukup antusias.

"Oke! Lo mau rasa apa, Rey?"

"Coklat aja."

Angkasa mengangguk, lalu mulai bangkit dan menarik Lengkara agar menemaninya membeli es krim untuk mereka semua. Dan Lengkara pasrah pasrah saja ketika tangannya ditarik Angkasa. Lumayan, bisa ia poroti untuk jajan harumanis nanti.

Ketika melihat kepergian Angkasa dan Lengkara, pikiran Rai tiba-tiba teringat tentang masalahnya Angkasa. Sebenarnya, masalah apa yang Angkasa punya, sampai ia tak ingin pulang ke rumahnya.

"Kamu tau masalah Angkasa gak, Rey?"

"Tau."

Rai langsung memusatkan perhatiannya kepada Rey yang juga menatapnya. "Kasih tau, dong! Siapa tau aku bisa bantu dia."

Rey malah menghela napas di tempatnya. "Gak sopan kalau gue yang kasih tau. Tunggu Angkasa yang cerita aja, ya?"

Rai sempat kecewa. Tapi ucapan Rey ada benarnya juga. "Sebel aku, kenapa dia gak mau cerita? Padahal cerita tentang masalah yang kita punya itu gak ada salahnya. Siapa tau dengan cerita, kita bisa dapet solusinya, 'kan?"

Rey mulai memandang jauh lalu lalang orang di hadapannya. "Gak semua masalah harus diceritain, Rai. Ada yang memang harus tersembunyi, untuk menghindari potensi menyakiti." Karena itu yang Rey lakukan pada Rai sekarang.

Rey belum siap memberitahu Rai bahwa jantungnya bermasalah. Biarkan Rai mengangapnya selalu baik-baik saja. Agar anggapan itu bisa menjadi kenyataan.

"Menyakiti siapa? Dirinya sendiri, atau orang lain?"

"Keduanya."

Angin menggoyangkan surau hitam milik mereka. Dan Rai melihat lelaki jangkung di sampingnya dengan perasaan tak biasa. Seperti, ini bukan Rey yang ia kenal. Baru kali ini Rai mendengar kalimat yang begitu luar biasa dari seorang Rey Adiwangsa.

"Es krim datang!"

Angkasa dan Lengkara datang dengan kantor kresek di tangan kanan. Sedangkan Lengkara sibuk dengan harumanis yang ia dapatkan dengan cara memaksa Angkasa untuk membelikannya.

Setelah makan es krim bersama, mereka berencana untuk langsung pulang saja.

***

^^^31-Mei-2025^^^

1
Zαskzz D’Claret
mampir juga thor😁
Sky blue
Bikin kesemsem berat sama tokoh utamanya.
Febrianto Ajun
karyamu keren banget thor, aku merasa jadi bagian dari ceritanya. Lanjutkan ya!
Tít láo
Gemesinnya minta ampun!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!