Hai semua,,,author kembali lagi nih dengan cerita baru.
Sebuah pernikahan terjadi di masa lalu, walau pernikahan dini namun tetap sah karena sang ayah si gadis yang menikahkan.
Kehidupan terus berputar dan saat si gadis dewasa sang suamipun ingin meresmikan pernikahannya.
Namun bagaimana jadinya jika pernikahan mereka terlupakan oleh sang gadis ,,,
Penasaran ???!! Yuk dibaca ,,,,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roslaniar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11 》》 GAK ADA YANG SALAH, MA
Enam bulan berlalu namun kondisi rumah tangga Andhini masih jalan ditempat. Tak ada kemajuan yang berarti. Andhini tak mempermasalahkan waktu kunjungan Satria padanya karena memang hingga hari ini Andhini belum bisa menerima pernikahannya. Keinginannya untuk melanjutkan S2 pun semakin menggebu-gebu. Ia merasa tertinggal meskipun kini ia menjabat sebagai manajer pemasaran pada perusahaan keluarganya. Namun pekerjaan itu tak membuatnya puas karena pendidikannya masih kurang.
“Huffffffftttt, Zelina pasti tengah menikmati masa-masa belajarnya sebagai mahasiswa S2, sementara aku hanya berdiam diri di tanah air.” Gumam Andhini tersenyum kecut mengingat dirinya yang terjebak dalam pernikahan ini.
Berkali-kali Niko menyarankan jika Andhini ingin melanjutkan S2 agar kuliahnya di tanah air saja namun Andhini pun berkali-kali menolaknya. Bukan karena ia meragukan lulusan dalam negeri akan tetapi Andhini merasa tak nyaman dengan kehidupannya saat ini. Apalagi sudah beberapa kali Linda mengunjungi apartemennya dan memberikannya vitamin yang katanya untuk kesuburan.
Beruntung Andhini bukan gadis lugu dan ceroboh sehingga ia berinisiatif mengunjungi dokter keluarganya dan menanyakan vitamin yang diberikan Linda. Karena informasi dari dokter Dimas makanya setiap Linda ingin menemuinya, Andhini selalu memberi alasan yang masuk akal agar mereka bertemu di apartemennya. Jika saatnya tiba maka Andhini akan memberikan kejutan pada Linda dan Satria.
Perlahan mobil Andhini berbelok memasuki pintu gerbang kediaman mertuanya. Rupanya pikirannya tentang Zelina cukup memakan waktu sehingga ia tak menyadari jika rumah mama Bella telah terlihat. Sekali dalam sebulan memang ia menyempatkan diri mengunjungi mama Bella. Semua atas permintaan wanita paruh baya itu. Sedangkan waktu kunjungan ke rumah bunda Riana setiap minggu karena Satria tak pernah sampai hari sabtu di apartemen.
“Assalamualaikum bi, mama ada ?!” Andhini tersenyum ramah menyapa Art yang kebetulan sedang ada di teras mengerjakan pekerjaannya. Karena rumahnya sangat besar maka mama Bella mempekerjakan beberapa Art dengan tugas masing-masing sehingga para Art juga tidak kelelahan karena harus merangkap pekerjaan.
“Ibu ada ditaman belakang non ,,,” Art menjawab dengan sopan dan sedikit membungkukkan badannya. Andhini tak suka dengan perlakuan Art tersebut.
“Trima kasih bi, oh ya lain kali kalo bibi bicara dengan aku gak usah nunduk dan membungkuk seperti itu. Aku gak suka, kita sama-sama manusia gak ada yang lebih istimewa dari yang lainnya.” Andhini segera berlalu tanpa menunggu jawaban sang bibi. Yang penting ia sudah menyampaikan hal yang mengganjal perasaannya. Itulah Andhini yang selalu apa adanya.
“Cantik, ramah dan rendah hati semoga selalu bahagia non,,, bagaikan langit dan bumi dengan bu Linda,” Bi Sari menatap kagum Andhini yang semakin menjauh.
Dimata para Art di rumah mama Bella, menantu majikannya itu memang terkenal angkuh dan sombong. Meskipun sangat jarang berkunjung namun sekali berkunjung mampu membuat para Art kelimpungan dan mengomel dalam hati.
Melewati ruang tamu dan ruang keluarga yang besar dengan perabotan mewah membuat Andhini selalu berdecak kagum setiap kali ia berkunjung. Mama mertuanya sangat menyukai kemewahan berbeda dengan bunda Riana yang lebih memilih kesederhanaan.
“Lagi nyantai ma ,,,” Suara Andhini mengalihkan perhatian mama Bella yang sedang asyik menatap berbagai macam kembang yang berbunga dengan indahnya.
“Hai sayang, duduk sini dekat mama ,,,” Mama Bella menggeser sedikit tubuhnya agar Andhini bisa duduk di dekatnya sembari tersenyum lebar. Suatu kebahagiaan tersendiri manakala melihat menantunya bertandang ke rumahnya.
“Gimana kabar mama sama papa ?!” Andhini kini duduk bersisian dengan mama mertua yang sangat menyayanginya. Padahal tak seharusnya ia mendapatkan kasih sayang berlebihan dari mereka mengingat hingga kini arah pernikahannya dengan Satria masih belum jelas.
“Alhamdulillah semua sehat, sayang ,,,” Mama Bella tersenyum bahagia. Inilah salah satu alasan mama Bella sangat menyayangi menantunya yang satu ini karena adab kesopanannya sangat baik menandakan berasal dari bibit bebet dan bobot yang istimewa.
Sejujurnya Andhini sendiri bosan dengan pertanyaannya saat bertemu salah satu atau kedua mertuanya. Tapi hanya itu kosa kata yang ia punya mengingat pertemuan mereka yang sangat minim bahkan sebelum pernikahan Andhini sepertinya belum mengenal keduanya. Tapi entahlah melihat keramahan mama Bella membuat Andhini meragu dengan ingatannya.
“Kamu sendiri gimana sayang ?! Satria gak mengabaikanmu , kan ?!” Mama Bella menatap mata bening menantu kesayangannya seolah ingin menggali informasi lewat sorot mata Andhini.
“Gak kok ma, namanya juga punya istri dua ,,,” Andhini terkekeh senatural mungkin. Tidak mungkin ia mengeluh pada mertuanya. Pun sama halnya dengan bunda Riana, ia tak pernah mengeluh, biarlah ia tanggung sendiri sebatas kemampuannya.
Sejenak mama Bella menatap menantu kesayangannya, ia merasakan sesuatu yang janggal di balik ucapan wanita cantik dihadapannya. Mama Bella sudah banyak pengalaman dalam hidup dan ia bisa merasakan kejanggalan tersebut.
“Satu hal yang nak Dhini harus tau kalo mama sama papa sangat sayang padamu sejak kamu masih kecil pun begitu pula dengan bang Satria. Dan karena hal itu pulalah sehingga saat ini kalian menikah secara resmi.” Mama Bella hampir saja keceplosan mengungkap cerita yang sebenarnya namun tiba-tiba tersadar jika hanya Satria yang punya hak untuk menceritakan.
“Sudahlah ma, gak usah dibahas, biarlah mengalir seperti air suatu saat nanti pasti akan menemukan muaranya. Mending kita bahas yang lain aja.” Sejujurnya Andhini pusing jika membahas pernikahannya dengan Satria.
“Maafkan anak mama ya, sayang,,,” Mama Bella menatap sendu wajah cantik Andhini. Ia merasa sangat bersalah atas perbuatan Satria.
Meskipun tidak ada keluhan yang keluar dari bibir menantunya itu namun sebagai seorang wanita tentu saja mama Bella bisa merasakan ketidakadilan yang dialami oleh Andhini. Entah apa yang diharapkan oleh Satria pada Linda yang hanya bisa shopping dan liburan menghabiskan uang Satria. Inilah salah satu alasan suaminya hingga kini tidak membiarkan Satria mengurus perusahaan.
“Gak ada yang salah ma, jika takdir sudah berkehendak kita sebagai manusia hanya bisa menjalani saja. Takdirku seperti ini, ya mau gimana lagi,” Andhini masih tersenyum manis seolah tak ada masalah.
“Tapi maaf ma, aku gak akan membiarkan takdir buruk ini menemaniku seumur hidup,” Sambung Andhini dalam hati.
Karena Andhini sepertinya tak ingin membahas lebih jauh tentang kehidupan pernikahannya maka mama Bella pun tak memperpanjang pembicaraannya. Ia sangat menjaga perasaan sang menantu. Ia tak ingin merusak momen bahagianya bersama Andhini. Sejak Satria menikah dengan Linda, tak pernah sekalipun mama Bella mengizinkan wanita itu berkunjung ke kediamannya. Walau terkadang wanita itu datang tanpa sepengetahuannya.
Mama Bella tak pernah setuju dengan cara Satria menolong wanita itu. Entah apa yang ada di otak pria itu padahal banyak cara untuk menolongnya. Mama Bella hanya bisa berharap yang terbaik buat putra semata wayangnya itu.
🍒🍒🍒🍒
HAI READERS ,,,, SELAMAT PAGI
SALAM SEHAT SEMUA
JANGAN LUPA SAMBUT PAGI DENGAN SENYUMAN
DAN YANG LEBIH PENTING GOYANGAN JEMPOLNYA UNTUK CERITA OTHOR🤣🤣
cantik cerdas dan mandiri ❤️❤️❤️