pernahkah kau membayangkan terjebak dalam novel favorit, hanya untuk menyadari bahwa kau adalah tokoh antagonis yang paling tidak berguna, tetapi Thanzi bukan tipe yang pasrah pada takdir apalagi dengan takdir yang di tulis oleh manusia, takdir yang di berikan oleh tuhan saja dia tidak pasrah begitu saja. sebuah kecelakaan konyol yang membuatnya terlempar ke dunia fantasi, dan setelah di pikir-pikir, Thanz memiliki kesempatan untuk mengubah plot cerita dimana para tokoh utama yang terlalu operfower sehingga membawa bencana besar. dia akan memastikan semuanya seimbang meskipun dirinya harus jadi penggangu paling menyebalkan. bisakah satu penjahat figuran ini mengubah jalannya takdir dunia fantasi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr.Xg, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
misteri di bawah pengawasan
Minggu-minggu berlalu di Akademi Ksatria & Sihir Eldoria. Thanzi, kini seorang siswa resmi, telah menjadi pusat perhatian yang aneh. Di siang hari, ia adalah siswa pendiam, yang terkadang tampak kikuk di kelas praktik, namun di malam hari, ia adalah bayangan yang gigih. Latihan mandirinya di lapangan sepi dan meditasinya di kamar telah membawa hasil luar biasa.
Gelombang energi ilusi resonansi miliknya kini terasa lebih nyata, lebih mudah ia kendalikan. Thanzi bisa membuat sebuah benda kecil bergetar dengan fokus pikirannya, atau bahkan menciptakan sensasi dingin yang tiba-tiba di sekitar seseorang. Ia juga telah mengalami peningkatan drastis dalam ilmu pedang dan bela diri. Gerakannya, yang dulu kaku, kini jauh lebih cepat, lentur, dan efisien. Ia mungkin belum sekuat Elian atau secepat Pangeran Lyra, tetapi setiap gerakan yang ia lakukan kini memiliki presisi yang menakutkan, seperti pisau yang tajam dan tak terduga. Ini semua berkat pemahamannya yang semakin dalam tentang bagaimana mengintegrasikan resonansi energi ke dalam setiap gerakan fisiknya, membuat tubuhnya terasa lebih ringan dan responsif.
Di mata orang-orang, Thanzi masih merupakan teka-teki. Namun, bagi Pangeran Lyra dan Elian, ia adalah ancaman yang harus terus diawasi. Michael, di sisi lain, masih menatapnya dengan harapan dan kekaguman, percaya bahwa kakaknya telah menemukan cara uniknya sendiri untuk menjadi hebat. Sementara itu, Marquess Aerion dan Lady Elara terus melancarkan penyelidikan terhadap Thanzi, merasa sangat terganggu dengan 'transformasi' anak buangan mereka.
Diskusi Profesor: Keanehan Thanzi
Jauh di dalam menara tertinggi Akademi, di ruang rapat Profesor, suasana malam itu tegang. Sekelompok profesor, yang selama ini diam-diam mengamati Thanzi, berkumpul. Profesor Eldrin, Profesor Serena, dan Profesor Boros adalah di antara mereka.
"Baiklah, mari kita bicara terus terang," Profesor Eldrin memulai, menyesap teh herbalnya. "Anak itu... Thanzi. Dia adalah sebuah fenomena. Nilai sempurna di ujian tulis, dan demonstrasi yang... tidak konvensional di ujian kedua."
Profesor Boros, yang tadinya menyilangkan tangan, menggebrak meja dengan kepalan tangannya. "Fenomena macam apa? Dia adalah anak kurang ajar yang menendang lawan yang sudah tak berdaya! Itu bukan etika seorang ksatria!"
"Memang, Profesor Boros, tindakannya patut dipertanyakan," Profesor Serena menyela dengan tenang, nada suaranya selalu diplomatis. "Namun, kita harus mengakui kemampuan intelektualnya. Dan yang lebih aneh, lihat laporan harian dari instruktur praktik." Ia meletakkan beberapa gulungan perkamen di meja.
Profesor Eldrin mengambil salah satunya. "Dia jarang sekali ikut latihan kelompok. Dia selalu terlihat kaku di kelas, seolah tidak punya bakat. Tapi... laporan ini menyebutkan dia sering berlatih sendiri di malam hari, di lapangan yang sepi."
"Dan bukan hanya itu," Profesor Serena melanjutkan, menunjuk ke laporan lain. "Ada beberapa insiden aneh di sekitar Thanzi. Siswa yang curang tiba-tiba gelisah dan gagal ujian kecil. Pengganggu yang tiba-tiba sakit perut dan muntah-muntah. Ini bukan kebetulan."
Profesor Boros mengernyit. "Kau berpikir dia pelakunya? Dengan sihir apa? Dia tidak punya bakat mana!"
"Itulah masalahnya, Boros. Kami juga tidak merasakan aura mana ofensif darinya," Profesor Eldrin mengakui, janggutnya diusap-usap. "Tapi ada sesuatu. Sebuah getaran. Sebuah resonansi. Sangat halus, hampir tidak terdeteksi. Seperti... sebuah ilusi yang bukan ilusi."
"Aku setuju dengan Profesor Eldrin," sahut Profesor Serena. "Aku telah mengamati beberapa insiden di mana Thanzi berada di dekatnya. Setiap kali ada masalah yang melibatkan siswa-siswa yang meresahkan, dan tiba-tiba masalah itu selesai dengan sendirinya, Thanzi selalu ada di sana, mengamati dengan ekspresi kosong."
Dulu dia itu bocah bodoh yang cengeng. Sekarang dia tenang, cerdas, dan berbahaya. Perubahan yang drastis ini mencurigakan. Profesor Boros menggerutu dalam hati. Ia tidak suka dengan Thanzi, dan ia tidak percaya dengan 'bakat' yang tidak bisa ia ukur.
"Apakah kalian menyiratkan dia memiliki semacam bakat tersembunyi yang belum kita ketahui?" Profesor Eldrin bertanya, matanya menyipit. "Sesuatu di luar sihir dan pedang?"
Profesor Serena mengangguk perlahan. "Itu kemungkinan terkuat. Terlebih lagi, kemampuan fisiknya... laporan dari instruktur ksatria menyebutkan bahwa meskipun ia jarang latihan di kelas, gerakannya di beberapa latihan terakhir menjadi jauh lebih cepat dan akurat. Bahkan lebih cepat dari beberapa siswa berbakat lainnya. Bagaimana bisa seseorang yang tidak memiliki bakat fisik yang mencolok, meningkatkan kemampuannya secepat itu?"
"Jadi, dia menyembunyikan sesuatu," Profesor Boros menyimpulkan, nadanya skeptis. "Dan dia menggunakannya untuk... membantu? Atau hanya untuk mengacaukan?"
"Itulah yang harus kita cari tahu," Kepala Profesor, yang sedari tadi diam mendengarkan, akhirnya angkat bicara. "Kita tidak bisa mengabaikan ini. Seorang siswa dengan kemampuan yang tidak diketahui, yang dapat memanipulasi situasi tanpa sihir atau kekuatan fisik, bisa menjadi aset besar... atau ancaman besar bagi Akademi."
"Bagaimana jika kita mengujinya secara langsung?" usul Profesor Serena, matanya berbinar. "Kita akan menciptakan sebuah situasi di mana ia harus menggunakan kemampuannya yang sesungguhnya. Sebuah ujian di luar kurikulum biasa, di mana ia tidak bisa lagi menyembunyikannya."
Profesor Eldrin mengangguk setuju. "Ide bagus. Kita perlu mengamatinya dalam tekanan. Tapi bagaimana? Kita tidak bisa terang-terangan menuduhnya."
"Kita akan membuat sebuah misi latihan khusus," Kepala Profesor memutuskan. "Misi yang dirancang untuk menguji tidak hanya bakat sihir dan fisik, tetapi juga kecerdasan, adaptasi, dan kemampuan untuk menghadapi yang tak terduga. Kita akan melibatkan Thanzi, Michael, Pangeran Lyra, dan Elian dalam misi ini. Ini juga akan menjadi kesempatan untuk mengamati dinamika di antara mereka."
Profesor Boros mendengus. "Baiklah. Aku ingin melihat dia benar-benar beraksi. Jika dia terbukti hanya seorang penipu, dia akan dikeluarkan. Jika dia punya sesuatu yang aneh... kita akan tahu."
Thanzi, anak itu. Siapa kau sebenarnya? Profesor Eldrin berpikir, menatap ke arah luar jendela. Apakah kau seorang jenius yang salah dipahami, atau... sesuatu yang jauh lebih gelap?
Misi Mendatang: Ujian Sejati
Beberapa hari kemudian, pengumuman tentang misi latihan khusus tersebar di seluruh Akademi. Ini adalah misi yang jarang terjadi, hanya diikuti oleh siswa-siswa terpilih yang dianggap memiliki potensi luar biasa. Dan yang mengejutkan banyak orang, nama Thanzi ada dalam daftar tersebut, bersama dengan Pangeran Lyra, Elian, dan Michael, serta beberapa siswa berbakat lainnya.
Sebuah misi latihan, eh? Thanzi membaca pengumuman itu, senyum tipis terukir di bibirnya. Mereka ingin mengujiku. Mereka akhirnya menyadari ada yang tidak beres.
Ia tahu ini adalah kesempatan sempurna. Kesempatan untuk menguji bakat ilusi resonansinya dalam situasi nyata, meningkatkan kemampuannya dalam bela diri, dan, yang terpenting, mulai mengacaukan alur cerita para "pahlawan" yang overpower. Ini adalah panggungnya.
Thanzi melirik ke arah Michael yang sedang berbicara dengan Pangeran Lyra dan Elian, ketiganya tampak bersemangat dengan misi tersebut. Michael... kau terlalu baik. Pangeran Lyra, Elian... kalian terlalu percaya pada kekuatan mentah. Bersiaplah. Karena kali ini, ujian yang sebenarnya akan datang dari arah yang tidak kalian duga.
Ia juga teringat pada Aella dan Reo, sahabat-sahabatnya dalam bayangan. Thanzi tahu ia harus berhati-hati agar mereka tidak terseret dalam kekacauan yang akan ia ciptakan. Ia adalah raja drama, dan panggung ini akan menjadi saksi bisu bagaimana seorang villain yang diremehkan akan mengubah takdir.
Seruling Giok Hitam, aku akan menemukanmu. Tapi sebelum itu, mari kita hibur para penonton ini dengan sedikit pertunjukan.
Thanzi berjalan pergi, menyisakan jejak misteri yang semakin dalam di koridor Akademi. Ujian yang menegangkan, dan jauh lebih banyak dari sekadar pertarungan, akan segera dimulai.