Ini bukanlah tentang idol Kpop yang memerankan sebuah cerita. Bukan juga cerita fiksi yang berakhir dengan idola. Namun cerita ini terus mengalir bak realita. "Kalian yakin kita bisa nonton konser NCT dan ngelanjutin kuliah di Korea?" "Gue yakin kita bisa! Lagipula kita punya banyak waktu. Kita bisa nabung buat nonton konser. Dan belajar buat ajuin beasiswa ke Korea! Gak ada yang gak mungkin kalau kita mau berusaha!" ucap Yerika yang terus yakin akan mimpi mereka. Elina mengangguk. "Lagipula, kita juga gak bego-bego amat." Yerika tersenyum. "Mulai besok, kita harus giat belajar! Dan kita manfaatin untuk nabung dari sekarang!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Prepti ayu maharani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 13
13 : 사랑과친구들사이 [Antara Cinta dan Sahabat]
^^^"Maafkan jika cinta ini salah."^^^
^^^-Vania^^^
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Yerika mengamati sekeliling dengan kedua matanya. Mencari keberadaan lelaki yang kemarin menemukan ponselnya.
Ya, laki-laki yang di maksud Yerika adalah Lee Dae-hyun. Seseorang yang tak Yerika kenal, tiba-tiba membuat dirinya merasa tertarik karena memiliki kesukaan yang sama.
"Kenapa dia belum dateng ya, El?" tanyanya pada Elina yang kini tengah menemaninya di kafe kemarin.
Elina mengaduk minumannya. "Emang lo yakin dia beneran ngajak ketemu di sini?"
Yerika mengangguk. "Gue yakin."
Elina menghela napas. "Yaudah lo tunggu sampai gue ketemu jodoh gue."
Di saat yang bersamaan terdengar suara tepuk tangan para pengunjung kafe mengalihkan perhatian Yerika dan juga Elina.
"Dae-hyun?"
Yerika dan Elina saling memandang begitu menyadari laki-laki yang kini tengah berada di panggung dan menjadi pusat perhatian seluruh pengunjung kafe adalah Dae-hyun.
"Jadi dia nyanyi disini?" ucap Yerika dengan mata yang masih memandang ke arah Dae-hyun.
Dae-hyun tersenyum ke arah Yerika membuat Yerika tersipu dan membalas senyumannya.
Detik selanjutnya, Dae-hyun mulai melantunkan lagu mengimbangi iringan musik yang ada. Membuat para pengunjung seakan terbius dengan suara merdu miliknya.
"Kalau dilihat-lihat, kenapa muka dia mirip Cha eun Woo ya, El. Suaranya juga," lirih Yerika yang masih memandang lelaki itu. Yerika menggelengkan kepalanya karena kagum lalu beralih pada Elina. "Lo percaya nggak kalau dia jodoh gue?"
"Ganteng," bisik Elina dengan senyuman diwajahnya. "Baru ini gue lihat cowok yang bikin hati gue bergetar."
"Heh! Punya gue," ucap Yerika.
Elina tersenyum dan menggeleng. "Bukan Dae-hyun. Tapi cowok di sebelahnya."
Elina tersenyum memandangi lelaki yang tengah bermain gitar bersama Dae-hyun tersebut.
Senyum Elina merekah. Tak sengaja, senyumnya bertemu dengan lelaki itu. Senyum yang keduanya tampilkan.
"Yer, gue deg-degan," lirih Elina.
Namun sayangnya, Yerika tak mendengarkan. Gadis itu masih menikmati lagu yang Dae-hyun bawakan.
"Teruntuk Jeong Jae-hyun, tanpa mengurangi seluruh perasaan, aku harus mengakui kalau aku jatuh cinta sama seseorang," mata Elina berbinar memandang lelaki itu. Lelaki yang tak ia ketahui namanya.
Tak lama setelah itu, Dae-hyun turun dari panggung bersama salah seorang temannya yang sejak tadi di perhatikan oleh Elina.
Keduanya berjalan menghampiri meja gadis itu.
"Hai," ucap Dae-hyun dengan senyuman di wajahnya.
"Halo," balas Yerika dengan senyuman yang tak kalah manis.
"Sudah dari tadi di sini?" tanya Dae-hyun.
Yerika menggeleng, "Kami baru datang."
Elina memutar bola matanya mendengar ucapan Yerika. 'Baru dateng pala lo peyang! Ngebangke disini dari tadi, lo kata baru dateng?' umpat Elina.
"Oh ya, Yerika, kenalkan ini temanku, Kim Seo-jun." Dae-hyun memperkenalkan temannya kepada Yerika.
Yerika tersenyum dan menyapa Seo-jun. Lalu sebaliknya Yerika memperkenalkan Elina pada Dae-hyun dan Seo-jun.
"Umm, kalian berdua mengapa masih berdiri? Silahkan duduk," ujar Yerika dan keduanya menarik kursi lalu duduk saling berhadapan.
"Aku suka caramu memainkan gitar," sanjung Elina pada Seo-jun membuat Yerika dan Dae-hyun ikut menoleh.
Yerika melebarkan mata. Ia sedikit terkejut dengan pernyataan yang Elina lontarkan.
Seo-jun tersenyum, "Terima kasih."
"Baru kali ini gue liat lo muji cowok," bisik Yerika di telinga Elina.
Elina sendiri menggeleng bingung. Pujiannya terhadap Seo-jun tadi seolah keluar begitu saja dari bibirnya.
"Kalian orang Indonesia 'kan?" tanya Dae-hyun memulai obrolan.
Yerika mengangguk membenarkan.
"Kalian memang tinggal disini atau hanya liburan?"
"Kami kuliah disini," ujar Elina.
"Kalian sendiri, sudah lama bernyanyi disini?" tanya Yerika pada kedua sahabat tadi, Dae-hyun dan Seo-jun.
Dae-hyun mengangguk. "Kami bernyanyi disini untuk menghilangkan rasa stres."
"Kenapa tidak ikut audisi? Suaramu bagus."
Dae-hyun tertawa. "Aku lebih suka seperti ini. Merasa lebih bebas saja."
Yerika mengangguk mengerti dan membalas dengan senyuman.
"Kalian sudah lama berteman?" Kali ini Seo-jun yang berbicara.
Elina merangkul Yerika. "Kami sudah berteman lama. hampir Lima belas tahun," tutur Elina.
Seo-jun dan Dae-hyun terperangah mendengar jawaban Elina. "Aku tidak menyangka pertemanan kalian bisa bertahan selama itu," tutur Seo-jun.
Elina dan Yerika saling menatap dan tertawa. Ya, mereka berdua pun tidak menyangka bisa berteman selama ini. Keduanya merasa beruntung saling memiliki, dan merasa bahagia karena saling memahami.
"Kalian kuliah dimana?" tanya Elina pada keduanya.
"Kami kuliah di Seoul National University. Kami mengambil jurusan Vocal Music," tutur Seo-jun.
Elina melebarkan mata. "Waw."
Seo-jun tersenyum.
"Yerika," ucap Dae-hyun membuat Yerika menoleh.
"Iya?"
"Aku ingin bicara berdua denganmu di luar. Bisa?"
Yerika menoleh pada Elina sebelum akhirnya mengangguk. Ia bangkit dan mengikuti langkah Dae-hyun keluar dari kafe. Ia tak tahu apa yang ingin Dae-hyun bicarakan.
Sesampainya di luar, Yerika merasa kedinginan. Ya, cuaca malam ini memang cukup dingin. Dan sialnya, Yerika mengenakan baju dengan bahan yang cukup tipis.
Yerika merangkul tubuhnya dengan kedua tangannya sendiri. Menghembuskan napas panjang berusaha memberikan kehangatan pada tubuhnya.
Melihat Yerika kedinginan, Dae-hyun pun melepaskan jaketnya dan ia kenakan pada Yerika. "Maaf telah membuatmu kedinginan."
Yerika mengangguk dengan senyuman dan keduanya saling menatap.
Entah mengapa Yerika terlihat nyaman berada di dekat Dae-hyun. Padahal baru saja kemarin ia mengenal Dae-hyun.Pipi Yerika merona, ia segera membuang tatapannya ke arah lain dan berusaha bersikap biasa saja.
"Dae-hyun. Kau bilang ingin berbicara denganku di luar. Kau ingin bicara apa?"
Dae-hyun tampak mencari alasan apa yang ingin ia berikan pada Yerika. Sebab, ia mengajak Yerika keluar bukan karena ingin bicara. Tapi karena ingin seperti ini. Melihat Yerika lebih dekat dan ingin semakin lebih mengenal Yerika.
"Aku ingin berteman denganmu."
"Berteman?" Yerika menaikkan kedua alisnya.
Dae-hyun mengangguk dengan senyuman. "Kita memiliki kesukaan yang sama. Dan aku rasa, tak ada salahnya jika kita berteman?"
Senyum Yerika merekah. Gadis itu mengangguk dengan senyum manisnya.
"Kalau boleh tahu, suka NCT sejak kapan?"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Jadi kamu nggak percaya sama aku gitu?" ucap seseorang di seberang sana dengan nada bercanda dan di ikuti gelak tawa.
"Ya, bukannya nggak percaya Kak. Tapi masa iya? Hahaha,"
Tok! Tok! Tok!
"Vania, udah tidur belum?"
Vania melebarkan matanya begitu mendengar suara Ayana mengetuk pintu kamarnya. Lalu menatap layar persegi di tangannya. "Umm, Kak, udah dulu ya?"
"Kenapa? Kamu mau tidur?" tanya Nevan yang membuat Vania bingung harus menjawab apa.
"Iya. Aku ngantuk. Maaf ya Kak." Vania segera mematikan sambungannya lalu menaruh ponselnya di bawah bantal.
Ia merapihkan rambutnya dan berjalan membukakan pintu untuk Ayana.
"Gue kira lo udah tidur," ujar Ayana dengan senyum yang tak lepas dari wajahnya.
Vania tersenyum menutupi rasa gugupnya. "Belum, Ay."
Ayana masuk ke kamar Vania dan merebahkan tubuhnya di kasur. "Kalau gue nggak salah denger, lo tadi lagi telponan ya?"
Vania menggigit bibir bawahnya. Ia bingung harus menjawab apa. "Biasa, Kak Fela kangen sama gue," ujarnya membuat Ayana yang mendengarnya tak curiga.
Sebab ia memang sering melihat Fela menelpon Vania. Mungkin karena rindu.
"Van, gue galau."
Vania menoleh, "Karena?"
"Gue ngerasa kalau Yeon-jin suka sama gue. Bukannya gue kegeeran, tapi gue bisa liat dari sikap dia ke gue. Dari dia ngechat gue-lah, setiap malem nelponin gue-lah, ngajak pulang barenglah. Apa itu bukan karena dia suka sama gue?" tutur Ayana.
Vania terdiam. Entah mengapa ia merasa apa yang Ayana ucapkan barusan sama seperti apa yang Nevan lakukan padanya.
"Ih, malah jadi lo yang galau."
Vania terkekeh, "Gue nggak galau. Gue cuma lagi mikir aja."
"Kenapa? Lo di gituin juga sama cowok?"
"Enggak, kok." Vania ikut merebahkan tubuhnya dan berbaring di sebelah Ayana. Keduanya sama-sama menatap langit kamar dengan pandangan kosong.
"Ay," panggil Vania membuat Ayana menoleh. "Lo masih ada rasa sama Nevan?" 'Please, jawab enggak,' pinta Vania dalam hati.
Ayana tersenyum menatap Vania. "Kalau gue masih suka, lo mau bantuin gue? 'Kan lo satu fakultas sama dia."
Hati Vania serasa teriris mendengar pertanyaan Ayana. Ia merasa bahwa itu pertanyaan yang tak sanggup ia jawab.
"Terus gimana sama Yeon-jin?" tanya Vania membuat Ayana terdiam.
Ayana menggeleng. "Entahlah. Gue sendiri aja bingung sama perasaan gue sendiri. Gue gak ada rasa sama Yeon-jin. Dan gue heran kenapa gue bisa jadi cinta gini sama Nevan. Padahal jelas-jelas dia aja nggak kenal sama gue. Tahu nama gue aja enggak. Mungkin ini yang dinamakan cinta buta kali ya, Van?"
Vania terkekeh. Namun tanpa Ayana sadari, air mata Vania lolos begitu saja.
"Van. Nevan gimana sih kalau di kampus?"
"Ya, kaya cowok pada umumnya."
"Pasti dia jadi incaran cewek-cewek ya?"
"Ya, gitu."
Ayana tertawa kecil. "Pasti seru kali ya kalau gue ikut bersaing dapetin Nevan?"
Vania ikut tertawa, lalu menatap sahabatnya. Perlahan tawa itu memudar. Hatinya terasa sakit menatap wajah Ayana. Vania sangat merasa bersalah. Ia merasa bersalah karena sudah dekat dengan laki-laki yang sahabatnya tersebut sukai. Namun ia tak bisa berbuat apa. Dalam diam, Vania juga menyukai Nevan. Ia tahu itu salah. Namun ia tak bisa mencegah rasa itu atau bahkan menghapusnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...