Ratu Esme Coventina Vasilica dieksekusi oleh suaminya sendiri, Raja Stefan Vasilica karena dituduh membunuh anak raja.
Anak raja yang berasal dari selir Jenna itu akan jadi putra mahkota dan akan duduk di tahta selanjutnya. Keputusan itu diambil karena Ratu Esme dinyatakan oleh tabib tidak akan bisa mengandung selamanya alias mandul.
Karena dianggap membunuh keturunan raja, Esme yang merupakan seorang ratu tetap tidak lepas dari hukuman.
Namun ketika ekseskusi akan dimulai, sebuah senyum licik dari Jenna membuat Esme merasa bahwa semua ini tidak lah benar. Dia sendiri tidak pernah merasa membunuh anak dari suaminya itu.
" Jika aku diberi kesempatan untuk hidup kembali, maka akan ku balas semua rasa sakit dan penghinaan ini."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reyarui, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Queen 21
"Permisi Tuan Count, ada yang mencari Anda. Dia berkata bahwa dirinya adalah pengirim surat dari kekaisaran."
"Apa kau yakin?"
Paul terkejut bukan main saat butler di rumahnya menyampaikan kabar demikian. Ia pun bergegas menuju ke ruang tamu. Dan benar saja, di sana sudah ada orang.
"Anda Tuan Count Paul Cardovan?"
"Ya benar saya sendiri."
"Ini ada surat dari Baginda Kaisar Loyd Esteban Ravenloft. Beliau berkata kepada saya untuk menyampaikan surat ini langsung kepada Anda."
Paul mengangguk, dia menerima surat itu dan segera membukanya. Tangannya sedikit gemetar ketika bibirnya mulai membaca isi surat itu.
Terkejut
Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan perasaannya saat ini. Namun tidak dipungkiri dia juga senang. Rasa yang bercampur aduk itu tidak pernah dia rasakan sebelumnya.
Baru kemarin dia membereskan soal masalah serikat dagang. Dan siapa yang menyangka bahwa hari ini dia langsung akan menggunakan serikat dagang itu untuk keperluan perdagangan.
"Anda sudah menerimanya, maka dari itu saya pamit undur diri, Tuan Count."
"Ah ya, terimakasih."
Pengirim surat itu langsung pergi setelah tugasnya selesai. Paul masih terpaku saat ini, namun beberapa saat kemudian dia sadar. Ada banyak hal yang harus dilakukan, salah satunya adalah menemui Esme.
"Astaga Esme. Aku harus segera memberitahunya."
Jika biasanya Paul akan memakai kereta kuda untuk pergi ke mansion Covantina, kini dia memilih menunggang kuda langsung. Paul ingin sampai lebih cepat agar bisa segera memberitahu Esme tentang apa yang baru saja dia dapatkan.
Hiyaaa
Paul memacu kudanya dengan sangat cepat. Sungguh dia sangat tidak sabar untuk memberitahu Esme atas surat yang dia terima.
Ketika sampai di depan mansion Covantina, Paul turun dari kuda dan langsung berlari begitu saja. Dia bahkan membiarkan kudanya, tanpa meminta tolong untuk diikatkan.
"Esme!! Esme!!!" Pekik Paul. Dia bejalan cepat sambil terus memanggil nama Esme, membuat semua orang yang berada di mansion tersebut terkejut.
Pun dengan Esme, dia sangat tahu bagaimana Paul. Pria itu selalu menjaga tata kramanya, namun mendengarnya berteriak seperti ini agaknya Paul lupa akan hal itu.
"Esme!!"
"Astaga, kamu ini kenapa Paul, mengapa berteriak seperti ini. Suaramu sungguh sangat menggelegar hingga aku tidak percaya bahwa itu kau."
"Hosh hosh hosh, nanti saja mengomelnya. Sekarang lihat ini, ini adalah ada hal yang lebih penting yang harus kau tahu. Aku, aku mendapatkan surat dari Kekaisaran Ravenloft, pada surat ini tertulis tentang penawaran. Ya, kita mendapatkan surat penawaran untuk memasok buah dan sayuran ke ibu kota Ravenloft."
"Apa? Apa kau tidak salah baca?"
Paul menggelengkan kepalanya dengan pasti, dia lalu memberikan surat kepada Esme agar percaya. Esme membacanya dengan seksama dan benar saja, apa yang dikatakan paul sama sekali tidak bohong. Di dalam surat tersebut sangat jelas dituliskan bahwa Kekaisaran Ravenloft mengajak County Coventina untuk menyetor buah-buahan dan sayuran. Bahkan mereka juga akan menyediakan jasa gate teleportasi untuk berpindah tempat. Semua itu bertujuan agar buah dan sayuran yang dikirimkan selalu segar.
"Ini penawaran yang sangat menguntungkan, Paul. Kita harus cepat membalasnya. Aku akan bicarakan ini dengan ayah."
"Baik, mari kita lakukan."
Paul meminta kertas dan meminjam pena untuk menulis surat balasan. Sedangkan Esme meminta salah satu pelayan untuk mencarikan sang ayah. Bagaimanapun pemimpin County adalah ayahnya, maka dari itu Esme harus membicarakan ini dengan jelas.
"Apa benar demikian?" Tanya Count Elber kepada Paul. Paul pun mengangguk dengan pasti. Ia juga memberikan surat dari kekaisaran kepada Count Elber agar ayah dari Esme itu percaya.
"Ini sungguh sangat luar biasa."
"Kan, aku juga bilang begitu tadi kepada Ayah. Kita harus mengirim balasan dengan cepat."
"Tidak! Jangan membalasnya, kalian berdua harus langsung datang ke sana."
Apa?
Esme dan Paul berteriak bersama. Bagaimana bisa mereka tiba-tiba harus pergi ke Ravenloft. Menjadi Ratu selama bertahun-tahun saja Esme belum pernah menginjakkan kakinya ke Ravenloft.
Sungguh lucu bukan, semua itu karena setiap ada undangan ke sana yang berangkat hanya Stefan. Lagi-lagi karena pekerjaan. Pekerjaan yang mana membuat Esme tidak bisa meninggalkan Vasilica.
"Tapi, apa tidak masalah begitu?" Ucap Esme ragu. Bukannya apa-apa, saat jadi ratu saja dia tidak pernah pergi lalu sekarang posisinya dia hanya lady biasa putri seorang count. Apakah nanti tidak akan tertolak?
Rupanya Esme punya rasa rendah diri juga. Bukan soal kemampuannya tapi karena posisinya yang saat ini sama sekali tidak tinggi.
"Tidak masalah, lagian kan perginya bersama Paul. Paul sudah menjadi Count. Itu akan memudahkan kalian nanti."
"Aah benar juga. Es, aku kan Count jadi tidak akan jadi masalah."
Esme mengangguk, meskipun masih ada sedikit ragu dalam dirinya. Tapi memang tidak ada salahnya untuk datang lebih dulu ke sana.
Namun Esme tetap meminta Paul untuk mengirim surat. Setidaknya mereka harus memberitahu bahwa mereka akan datang untuk membicarakan hal tersebut lebih lanjut.
Mengirim surat pemberitahuan akan datang berkunjung merupakan tata krama dasar. Jangankan ini yang akan dikunjungi adalah kekaisaran, untuk sekedar berkunjung ke sesama wilayah County saja mereka pun harus melakukan hal yang serupa.
Semuanya adalah bentuk sopan santun dan menghargai tuan rumah. Jika datang dengan cara mendadak, itu akan membuat situasi menjadi tidak nyaman karena kita tidak tahu sedang ada keperluan apa si tuan rumah yang ingin kita datangi.
"Nah sudah, segera kirimkan ini ya."
"Baik Tuan Count."
Salah satu pelayan dari kediaman Esme segera melakukan perintah. Kini giliran Esme dan Paul yang harus bersiap untuk pergi.
"Karena ini sudah siang, lebih baik kalian berangkat besok pagi saja,"ucap Count Elber. Esme dan Paul setuju atas usulan itu. Paul juga segera pulang untuk menyiapkan barang yang akan dia bawa.
Pria itu nampak senang dan bersemangat. Esme bisa mengetahui dari wajah Paul. Bahkan ia merasa bahwa baru kali ini Paul bersemangat dengan pekerjaannya.
"Bailklah, aku juga akan bersiap. Semoga urusan ini lebih mudah. Jika berhasil maka County ini pasti akan lebih maju, bukan begitu, Ayah?"
"Ya kau benar putriku. Aku pun juga berharap demikian."
Ada rasa nyeri dalam hati seorang ayah ini. Count Elber, sungguh tidak pernah menyangka bahwa putrinya akan menjadi janda. Kedudukan yang tinggi sebelumnya Esme miliki, kini tidak ada lagi. Namun ada satu hal yang dilihat oleh Count Elber, senyum Esme.Ya senyum putrinya sekarang ini lebih tulus dan lebih terasa senang ketimbang saat menjabat sebagai seorang ratu.
"Aku pun berharap kau bahagia, putriku,"ucap Count Elber lirih. Dia hanya ingin melihat senyum bahagia dari sang putri.
TBC
ditunggu kelanjutan dan keseruan kisah cinta dari janda mantan ratu dengan kaisar loyd /Drool/
semangat dan tetap sehat kak 🙏
daku padamu kaisar..sat set /Kiss/