Aku awalnya tidak tau jika dia adalah mantan kakak IPARKU, aku pikir dia hanya mirip dengan mantan suamiku, dan ternyata prediksi ku benar, dia kakak kandungnya lebih tepatnya kakak kembarnya. Alea Rosa
Setelah sekian lama aku menunggu dan mencari-carinya, ternyata ia adalah mantan adik ipar ku sendiri, kali ini aku tidak akan melepaskannya lagi. Sudah cukup aku menahan gejolak perasaan ini,akan aku ikat dia dengan pesonaku sendiri dan akan ku nikahi dia setelah dia move on dari mantannya yang tak lain adik kembarku sendiri. Alka Putra Aqlan Gundono.
nb. Di baca dari awal dulu sebelum memutuskan berhenti membaca, sebab ini cerita awal mula Alea kenal dengan Alga sebelum kenal dengan Alka kakaknya.
Bab 1-20an part Alea Alga lalu selanjutnya pertemuan kembali Alea dan Alka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almira nur habibah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
"Pak bos, terus terang saja. Kenapa aku merasa pak bos sedang menyembunyikan sesuatu?" Memulai percakapan.
Alea sedikit menggeser kursi tempatnya menjatuhkan bobotnya tadi, sedangkan Alga berada di depan Alea yang hanya berjarak kan meja.
Berulang kali Alga menyusun kata-kata di kepalanya, agar tidak menyinggung Alea. Tapi mulutnya terkunci rapat saat tanpa sengaja melihat mata teduh milik Alea, dirinya terasa terhipnotis oleh mata Alea. Namun Alga segera menepis bahwa itu tidak benar dan harus di hilangkan.
"Setelah masa kontrak pernikahan kita selesai, aku harap di antara kita tidak ada hubungan apa-apa, termasuk perasaan saat bersama sampai batas waktu yang sudah di tentukan sebelumnya." Tanpa basa-basi.
"Oh," Alea justru menanggapi dengan oh ria saja, mau bagaimana lagi dirinya ini hanya patung yang boleh berkata iya dan tidak sesuai dengan keinginannya.
Terpaksa sih satu kata untuk Alea, agar dirinya terlepas dari bayang-bayang Ino selaku mantan kekasihnya yang sekarang menjadi kekasih kakaknya, sakit tak berdarah. Sedangkan sekarang suami sah yang menikahinya secara agama dan negara justru membentengi dengan cara mengingatkan bahwa ada perjanjian hitam di atas putih yang harus di lakukan dan di ingat-ingat jangan sampai melanggar atau bahkan lupa.
"Oh ya pak bos, apa pak bos lapar. Apa perlu aku bantu menyiapkan makanan pak bos?" Menawarkan diri.
Hanya kegiatan-kegiatan kecil seperti ini yang bisa ia perbuat, semoga jika nanti memang tak berjodoh biarkanlah menjadi kenang-kenangan dalam hati ini.
"Tidak perlu," sambil menggeleng.
Alga bangkit dan mulai melepas satu persatu kancing jas yang ia gunakan, lalu ia menggulung kedua lengan kemejanya sampai batas sikunya.
Alea menatapnya, setiap gerak geriknya tak lepas dari pandangannya.
'Apa aku jatuh cinta dengan pria ini?" Bertanya kepada dirinya sendiri.
Ia segera menepuk kedua pipinya secara bersamaan agar segera sadar dari mimpi yang tidak akan pernah jadi kenyataan.
Alga selesai dengan ritualnya membuat mie goreng, cukup sederhana dan gak pakai ribet hanya di tambahkan beberapa sayur dan 2 butir telur saja sudah luar biasa rasanya.
Mungkin ini yang pertama dan terakhir kalinya Alea melihat sosok Alga yang sempurna, sebelum ia kemudian kembali seperti semula dingin dan semena-mena.
"Aku tidak akan pernah memberimu apa-apa, apalagi perhatian. Anggap saja kejadian kemarin saat aku perhatian itu sebagai ucapan terimakasih saja sudah mau membantu." Ia segera menikmati makanan tersebut tanpa menawarkan.
Dada Alea terasa nyeri saat di perlakukan tidak adil begini, keluar dari mulut singa kembali masuk ke mulut buaya, itulah pribahasa yang tepat untuk Alea. Hidupnya sungguh di permainkan oleh takdir yang selalu tak berpihak padanya.
Sakit ... Namun sebisanya ia tahan, apapun yang terjadi ia tidak ingin Alga tau air matanya.
"Baiklah pak bos, aku terima itu. Tapi ... Apakah aku boleh mengetahui sesuatu?"
"Sesuatu yang mana?"
"Ya sesuatu yang sedang pak bos sembunyikan!" Santai sambil menunggu pengakuan Alga.
Alea harap-harap cemas, kalau tebakannya benar bagaimana.
'Ah ... Sudahlah, jika dia tidak mau jujur ya sudah. Lebih baik aku kembali fokus pada misi awal yaitu tidak menyimpan perasaan apa-apa, tapi ... Semakin aku mengelak perasaan semakin tak karu-karuan hati ini.' Sedih untuk dirinya sendiri.
"Tentang Yasmin."
Deg.
Alea menatap tidak percaya, bahwa laki-laki yang ada di hadapannya to the poin langsung.
"Iya," sambil mengangguk kecil.
"Aku sudah memikirkannya matang-matang Alea, dan sekali lagi aku minta maaf Alea. Aku sudah menerima ta'aruf dengan Yasmin hari ini sebelum aku pulang ke sini, aku harap selama perkenalan kita ini kamu tidak salah mengartikannya. Aku harap kamu juga segera menemukan seseorang yang berarti untukmu sendiri." Terangnya yang membuat Alea semakin terperosok dalam jurang.
Alea tersenyum. "Syukurlah jika kalian berdua sudah ta'aruf, aku senang mendengarnya. Oh ya pak bos, kenapa di kartu ATM ku banyak nominalnya? Apa pak bos mentransfer sejumlah uang banyak untukku?" Senyumnya mengembang.
"Iya, sebagai kompensasi. Kamu gunakan saja untuk bersenang-senang atau apapun, jika kurang bilang saja aku akan memberikan lebih untukmu!"
Sebegitu rendahnya kah diri ini sampai-sampai harga sebuah pernikahan ada nominalnya, baiklah jika ini kemauannya. Alea akan menatap ke depan tanpa mau menoleh kebelakang lagi, ia akan meraih kebahagiaannya dengan caranya sendiri.
"Baiklah, jangan pernah menyesal ya pak bos. Lagian aku juga tidak pernah bersenang-senang, kali ini aku akan menghabiskan uang itu. Jangan lupa transfer uang untuk hari ini dan beberapa hari kedepannya." Tersenyum dengan penuh arti.
Alga merasa aneh dengan kata-kata Alea, apa yang akan di perbuat oleh Alea.
'Karena kamu sudah menyuruhku untuk menghabiskan uang itu, maka jangan salahkan aku jika uang itu aku pergunakan untuk sesuatu yang tidak pernah kamu duga-duga sebelumnya. Alea yang dulu telah ma ti, kini Alea yang baru telah hidup dengan keadaan yang berbeda.' Amarah seseorang yang tertindas dan terluka lebih manjur dari pada doa yang membuat luka di hatinya.
Alea mengepalkan tangannya di bawah meja sambil mengusap cincin yang melingkar di jari manisnya, lalu ia menatap jari manis Alga yang ternyata tidak ada cincin yang melingkar di jarinya. Kesal rasa yang ia rasakan, meski menikah karena terpaksa. Namun dirinya belum membalas perbuatan-perbuatan kakak-kakaknya, tapi justru kenyataan pernikahan yang ia terima.
Suami sekaligus atasannya di tempatnya berkerja jujur dan berterus terang, namun bukan Alea Rosa jika ia tidak dapat menaklukkan seorang Alga yang hatinya sekeras batu, entah siapa yang menang dan siapa yang kalah.
"Tentang uang, aku tidak masalah berapapun yang kamu minta. Asalkan kamu tidak mengangguk, itu saja sudah lebih dari cukup." Ia sudah selesai makan dan langsung meletakkannya ke wastafel dan mencucinya.
Baru kali ini seorang Alga mencuci piringnya dan beberapa alat dapur yang baru ia gunakan, padahal di tempat ini ada pembantu yang siap siaga.
"Oke, kalau begitu kita sepakat tentang uang. Jadi kamu jangan menyesalinya," Alea bersenandung ria.
Meski tak memperoleh cintanya, setidaknya ia dapatkan hartanya. Realistis saja untuk sekarang dan sah-sah saja, apalagi masih ada ikatan pernikahan dan suami berkewajiban untuk menafkahi sampai nanti masa kontrak pernikahan selesai.
"Bukan Alga namanya jika ada penyesalan, lagi pula uang sekecil itu untuk apa. Kamu bersenang-senanglah saja dulu, sebelum aku menafkahi perempuan yang segera menjadi istri satu-satunya yang aku cintai." Sedikit meledek.
BERSAMBUNG.
cerita nya ,ok bangat