Setelah meminum racun dalam adegan syutingnya, Gu Zhi Yi tiba-tiba terlempar ke zaman kuno dan memasuki tubuh Putri Xu yang dipaksa mati demi mengikuti calon suaminya—Pangeran Xu.
Tidak ingin mengalami kematian tragis seperti yang ada di naskah, Zhi Yi pun berusaha keras mengubah nasibnya ....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itsme AnH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan Pernah Melepasnya Lagi
Kediaman Bangsawan Pingyan
"Tuan, Kepala Pelayan Li dan Selir Liu ada di sini."
Ketika Pangeran Xu Jun sedang membaca laporan di ruang kerjanya, Xiao Feng—pengawal pribadinya melaporkan kedatangan Kepala Pelayan Li dan Selir Liu.
Pangeran Xu Jun mengangkat kepalanya, kerutan jelas terlihat di kedua alisnya, tetapi dia tetap berkata dengan tenang. "Biarkan mereka masuk."
"Baik." Xiao Feng menangguk dan keluar, sebelum akhirnya Kepala Pelayan Li dan Selir Liu memasuki ruang kerja.
"Kenapa kalian di sini?" Pangeran Xu Jun dengan tenang menatap kedua orang yang memiliki ekspresi jelek di wajah mereka.
Selir Liu sering mendatangi Pangeran Xu Jun untuk mengantarkan tonik atau sekedar menemaninya bekerja, tetapi dia tidak bisa tidak mengerutkan keningnya saat melihat keduanya datang bersama.
Sesuatu pasti sudah terjadi!
Kepala Pelayan Li menundukkan kepalanya saat berdiri di depan Pangeran Xu Jun, sedangkan Selir Liu langsung berjalan dan berdiri dengan anggun di sisi kanan sang pangeran.
"Kepala Pelayan Li, laporkan saja kepada Yang Mulia tentang apa yang terjadi di luar." Suara Selir Liu terdengar sangat merdu, tetapi tidak ada yang menyadari provokasi tersirat di dalamnya.
Kepala Pelayan Li tampak ragu, tetapi keraguannya langsung sirna begitu melihat tatapan Selir Liu yang tampak meyakinkan.
Kepala Pelayan Li langsung membuka mulutnya hanya untuk melaporkan kejahatan Zhi Yi dan Pangeran Xu. "Yang Mulia, Pangeran Xu membawa Putri Xu pergi ke Rumah Gambling dan Rumah Bunga."
Setelah bicara, Kepala Pelayan Li menundukkan kepalanya seperti merasa bersalah.
"Yang Mulia." Selir Liu yang berdiri di samping segera memasang sikap peduli, padahal dia tengah mencoba menyiramkan minyak ke dalam bara kemarahan Pangeran Xu Jun.
"Bukan masalah besar jika Dingfei pergi ke Rumah Gambling atau pun Rumah Bunga, itu adalah hal yang wajar untuk pria, meski tidak begitu wajar dengan identitasnya sebagai seorang pangeran."
Selir Liu tidak mengada-ngada, dia mengatakan yang sebenarnya!
Bersenang-senang adalah hal yang wajar bagi seorang pria, tetapi dengan identitas Pangeran Xu, itu tidak bisa dibilang wajar.
Bagaimanapun, seorang pangeran harus menjaga citra dan martabatnya!
"Sekarang dia malah membawa Zhi Yi bersamanya." Selir Liu menggelengkan kepalanya, seolah-olah menyayangkan pemikiran Pangeran Xu yang kurang dewasa. "Orang-orang di ibukota banyak mengatakan bahwa keluarga kerajaan adalah meriam yang lepas."
"Hah ...." Selir Liu menghela nafas berat, sebelum akhirnya mengeluh. "Mereka bilang kamu gagal membesarkan putramu dengan baik."
"Omong kosong!" Pangeran Xu Jun langsung murka. Wajahnya tampak memerah, urat-urat biru di dahinya terlihat jelas saat dia menutup laporan di tangannya dan menghempaskannya dengan keras di atas meja.
Kepala Pelayan Li masih menunduk dengan rasa bersalah, sedangkan Selir Liu diam-diam tersenyum senang, dia tidak sabar ingin menyaksikan Pangeran Xu dan Zhi Yi menerima amukan Pangeran Xu Jun.
...
Saat tengah malam, Pangeran Xu keluar dari Rumah Bunga bersama Zhi Yi.
Kedua orang yang tengah mabuk berat itu berjalan bersama, saling bahu-membahu untuk bisa sampai di depan gerbang Kediaman Ming.
"Kenapa kamu membayar semua tagihan hari ini?" Suara khas orang mabuk keluar dari bibir Pangeran Xu, memecah keheningan malam.
"Aku membayarnya karena aku lajang." Pandangan Zhi Yi menjadi kabur karena minum terlalu banyak, wajahnya juga sedikit memerah dengan sepasang mata yang berbinar dan dia menatap Pangeran Xu sambil tersenyum. "Jika aku punya pacar, aku tidak perlu membayar."
Pangeran Xu terdiam, sebelum akhirnya mengangguk seolah-olah dia mengerti dengan semua ucapan Zhi Yi yang tidak bisa dimengerti satu patah kata pun.
Lajang? Pacar?
Apa semua itu?
Pangeran Xu adalah pria paling berbakat di ibukota, dia ahli sastra. Namun, kosakata yang Zhi Yi gunakan benar-benar tidak bisa dipahami.
Tidak ingin membuat kepalanya pecah hanya karena terlalu membebani pikirannya, Pangeran Xu menggelengkan kepala dan mengajukan pertanyaan yang lain.
"Apa kamu puas bersenang-senang hari ini? Kamu menghabiskan semua uang yang kita hasilkan."
Tidak ada keluhan dalam nada suaranya yang mabuk saat mengungkit perihal harta benda yang mereka dapatkan dari Rumah Gambling dan dihabiskan di Rumah Bunga, Pangeran Xu hanya ingin memastikan Zhi Yi cukup bersenang-senang.
Zhi Yi berdiri terhuyung-huyung di depan Pangeran Xu, dia menggoyangkan jarinya yang lentik dan putih di hadapan sang pangeran. "Uang bukanlah apa-apa, jangan khawatir tentang hal itu."
Benar-benar tidak ada kekhawatiran di dalam nada suara Zhi Yi, seolah-olah dia tidak pernah mengalami kesulitan ekonomi di kehidupan sebelumnya.
"Baiklah, tapi lain kali kamu tidak boleh mempertaruhkan hadiah pertunangan di atas Rumah Gambling atau pun memberikannya kepada gadis di Rumah Bunga."
Tidak cukup menjadikan Gelang Giok Salju sebagai barang taruhan di atas meja judi, Zhi Yi justru memberikan hadiah pertunangan mereka kepada wanita cantik di Rumah Bunga.
Mengingat tindakan tercela Zhi Yi, Pangeran Xu rasanya ingin memakan gadis itu bulat-bulat.
Beraninya dia menggadai dan memberikan hadiah pertunangan mereka kepada orang lain!
"Aku memberikannya?" Zhi Yi mengerutkan keningnya, dia tidak percaya pada ucapan Pangeran Xu sehingga langsung memeriksa pergelangan tangannya.
Benda seputih salju itu memang sudah tidak melingkar di sana lagi.
"Ya." Pangeran Xu cemberut.
Zhi Yi tampak berpikir, lalu berkata, "Aku mabuk, aku tidak sadar telah memberikannya."
Pangeran Xu mengeluarkan Gelang Giok Salju dari balik pakaiannya, lalu memakaikan benda sesejuk es itu di pergelangan tangan Zhi Yi. "Jangan pernah melepaskannya lagi!"
Suara Pangeran Xu terdengar lembut, tetapi jelas mengandung ketegasan yang tidak ingin dibantah.
Zhi Yi terpana, dia merasakan perasaan asing yang perlahan menjalar ke dalam lubuk hatinya. Dia menatap gelang itu, rasa sejuk yang menempel di pergelangan tangannya justru membawa kehangatan ke dalam hatinya.
Melihat tatapan lembut Pangeran Xu, Zhi Yi merasa wajahnya memanas.
Pangeran Xu seperti batu bara yang menyala dan membawa kehangatan bagi orang-orang yang kedinginan di malam hari.
Zhi Yi jelas-jelas menolak membangun hubungan dengan siapa pun yang ada di dunia ini, terutama Pangeran Xu.
Namun, dia sungguh tidak bisa mengendalikan kehangatan yang membuatnya perlahan merasa nyaman.
"Ehmmm." Zhi Yi berdehem hanya untuk mencairkan suasana, dia juga mencoba mengalihkan pembicaraan. "Hentikan omong kosong ini. Suruh seseorang membuka gerbangnya."
Pangeran Xu menggelengkan kepalanya dan berkata tanpa daya. "Aturan ayah. Gerbang tidak boleh dibuka setelah tengah malam."
"Bagaimana dengan pengawalmu? Bukankah dia dan Songshu pulang lebih awal? Minta mereka buka pintu gerbang."
"Masalahnya mereka juga ada di luar."
Setelah Pangeran Xu bicara, Songshu dan Xiao Hui berjalan mendekat.
"Putri, Anda akhirnya kembali." Ada helaan nafas lega di dalam suara Songshu, dia hampir mati karena mengkhawatirkan majikannya yang tak kunjung pulang.
"Kenapa kamu masih di luar?" Zhi Yi mengerutkan keningnya saat bertanya pada Songshu.
"Saya menunggu Anda, Putri," sahut Songshu sambil meneliti sosok Zhi Yi. "Syukurlah kamu baik-baik saja."
Xiao Hui dan Songshu memang sudah pulang lebih awal untuk mengantarkan barang belanjaan Zhi Yi, tetapi bagaimana mungkin keduanya akan tetap berada di kediaman ketika majikan mereka masih berkeliaran di luar?
Namun, baik Zhi Yi maupun Pangeran Xu tidak membiarkan mereka kembali ke Rumah Bunga sehingga keduanya hanya bisa menunggu di sudut Kediaman Bangsawan Pingyan yang tidak bisa dilihat oleh orang lain.
"Hah ... sudahlah." Zhi Yi menghela nafas lelah sambil melambaikan tangannya. "Ayo, panjat dinding saja."
Begitu tiba di halaman belakang, Zhi Yi memperhatikan tembok di sekitar.
"Ini pintu belakang yang bagus, tapi tidak ada satu pun pohon." Zhi Yi mengerutkan keningnya, lalu menatap Pangeran Xu dengan rasa ingin tahu. "Bagaimana kamu biasanya naik ke atas?"
Karena sering pulang malam, memanjat tembok halaman belakang bukanlah masalah besar bagi Pangeran Xu.
Jadi, dia pun mengangkat satu tangannya ke atas sambil menjinjit kakinya, memperagakan gerakan terbang. "Hanya seperti itu."
Zhi Yi menatap tubuh Pangeran Xu, dia tidak meragukan kebugaran dan ilmu bela diri pria itu sehingga urusan panjat-memanjat benar-benar bukan masalah besar bagi sang pangeran.
Namun, ....
"Bagaimana denganku?"
semangat kak...🥰🥰🤗