Saudara kembar tersebut mengira akan melewati masa SMA mereka di Asrama dengan biasa-biasa saja. Sampai akhirnya, seseorang membuka ruang musik tua yang mencurigakan itu. Sejak saat itu muncullah teror-teror maut yang merenggut murid satu per satu. Apakah kedua saudara kembar tersebut bisa menyelamatkan teman-temanya yang lain?! Yuk mampir.🙏
Terima kasih sudah berkenan membaca karya author. Jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan cara; like vote dan komen ya guys🙏🥰🫶🌹🌹🌹
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alma Kadier Carally, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 11
Davina menyampirkan pedang anggarnya ke bahu kanan, lalu bergegas kembali ke asrama karena hari mulai gelap.
Zlaaashhh.
Langkah kaki terhenti, saat otaknya memproyeksikan bayangan hitam putih tentang seorang gadis yang pernah dilihatnya, tetapi gagal dia ingat siapa. Bagi Davina, itu bukan hanya bayangan hitam putih yang kelabu, melainkan juga dentingan Piano yang nyata terdengar di telinganya.
“ Aku harus segera pergi…”
Davina memutar balik langkahnya menuju area dalam sekolah.
Gedung sekolah sekarang sudah sangat sepi.
Zlaaashhh.
Langkah kaki Davina kembali terhenti di depan pintu masuk gedung sekolahnya saat dia melihat gadis yang begitu familier dalam ingatannya menangis dan menjerit, sambil memegangi kedua telinga.
Ada gadis lain di depannya. Ia memiliki wajah oriental sempurna sedang tersenyum penuh kemenangan. Denting piano di belakangnya, entah di mainkan siapa, terdengar seperti alunan musik kematian.
Davina menggelengkan kepalanya keras-keras demi menghilangkan bayangan hitam putih tadi.
Namun, bayangan itu terus menghantui fikirannya.
Davina mencoba memantapkan hati dan nyalinya untuk memasuki gedung sekolah lebih jauh lagi.
Dengan penuh keteguhan, Davina berlari kecil menyusuri gedung sekolah menuju ruang musik lama yang ada di lorong, dekat taman belakang.
Langkah kaki Davina berderap bersama ketakutannya sendiri yang berusaha di tekan, hanya Untuk mengetahui apa yang ada di dalam ruang musik itu.
“ Denting Piano semakin terdengar….”
Davina melambatkan langkahnya mendekati ruang musik. Dia melangkah pelan, berusaha untuk tidak menimbulkan suara. Sementara, telinganya mencoba mendengar alunan itu dengan seksama.
Davina terdiam ketika tangannya memutar kenop pintu ruang musik lama yang ternyata tidak di kunci. Sedikit memberanikan diri lagi, Davina masuk ke dalam ruangan dengan langkah mengendap-endap. Beberapa detik kemudian, wajah waswasnya berubah menjadi wajah bingung pada saat bersamaan.
Di tengah-tengah ruangan itu terdapat sebuah Piano tua berwarna hitam yang berdebu dan usang, tetapi tidak ada yang sedang memainkannya.
Ruangan itu tampak kosong, kecuali sebuah pintu yang bertuliskan “ Toilet “ yang sedikit terbuka dan terdengar gemericik air dari dalam sana.
“ Mungkin pianisnya sedang ke toilet…,” kata Davina dengan langkah yang masih mengendap-endap.
Dia tidak ingin mengganggu siapa pun yang sedang ada di dalam toilet.
Braaakkk.
Davina terlonjak ketika pintu ruang musik mendadak terbanting dan tertutup. Karena terkejut, Davina langsung berbalik ke arah pintu yang kini tertutup rapat, mendadak saja banyak hal terproyeksikan ke dalam otaknya.
“Ahhh!”
Tangan Davina memegang kepalanya yang terasa pening. Bayangan-bayangan itu seakan berlomba-lomba masuk ke dalam kepalanya untuk menunjukkan keberadaannya.
Tanpa peduli, bahwa alat proyeksinya mungkin akan mengalami kekacauan. Ada bayangan gadis yang sedang memekik ketakutan.
Ada gadis berpakaian putih abu-abu berlumuran darah yang sedang bermain Piano sambil menyeringai penuh kemenangan.
Ada gadis kecil bermain Piano di tengah-tengah tumpukan manusia tidak bernyawa.
Semuanya seakan ingin membunuh Davina bersamaan dengan suara-suara yang membuat gendang telinga Davina terasa mau pecah.
Suara teriakan, tangisan, pekikan, denting Piano dan desisan aneh menggema menjadi satu.
Bruuukkk.
Lutut Davina membentur dinginnya lantai saat gadis itu tidak lagi mampu menahan pening yang menyerang kepalanya. Seketika, pandangannya menjadi buram, saat samar-samar melihat seorang gadis lain keluar dari dalam toilet.
Ia terlihat mengenakan seragam sekolah yang sama seperti Davina. Tetapi seketika kemudian berubah di penuhi darah.
Jangan lupa like, vote dan komen ya guys. Terima kasih.🙏🥰🫶🌹🌹
Bersambung