Lilian Restia Ginanjar, seorang gadis mahasiswa semester akhir yang harus mengalami kecelakaan dan koma karena kecerobohannya sendiri. Raganya terbaring lemah di rumah sakit namun jiwanya telah berpindah ke raga wanita yang sudah mempunyai seorang suami.
Tanpa disangka Lili, ternyata suami yang raga wanitanya ini ditempati olehnya ini adalah dosen pembimbing skripsinya sendiri. Dosen yang paling ia benci karena selalu membuatnya pusing dalam revisi skripsinya.
Bagaimana Lili menghadapi dosennya yang ternyata mempunyai sifat yang berbeda saat di rumah? Apakah Lili akan menerima takdirnya ini atau mencari cara untuk kembali ke raganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eli_wi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masalah
Sudah satu minggu ini Lili berada didalam tubuh istri dari dosen pembimbing skripsinya itu. Masalah mulai bermunculan membuat Arlin sendiri pusing terutama dari keluarganya itu. Ibu tiri dan papa kandungnya itu selalu datang ke mansion Aldo hanya untuk membujuknya agar dirawat di rumahnya saja. Namun tentunya Aldo dan Arlin menolak karena sudah tahu apa tujuan dari mereka berdua.
"Arlin, lebih baik kamu dirawat di rumah kami saja. Ada mamamu yang bisa merawatmu, kalau disini kan semua sibuk. Aldo sibuk bekerja sedangkan Mbok Lala ngurusin Kei. Pasti mereka akan capek kalau harus mengurusmu juga" ucap Papa Arlin yang bernama Papa Madin.
"Iya, mama bisa kok ngerawat kamu sampai bisa jalan kembali. Nanti biar Aldo yang mengirimkan uang untuk keperluan dan kebutuhan sehari-harimu. Kan Aldo yang bertanggungjawab atas nafkahmu" ucap Mama Irene sambil tersenyum.
Tentunya sudah diduga kalau Mama Irene itu merawat Arlin karena hanya ingin menggelapkan uang yang nantinya dikirim oleh Aldo. Terlebih mereka memang tak punya pekerjaan apapun sehingga dulu Arlin yang jadi tulang punggung keluarganya. Semua aset, rumah, dan perusahaan itu merupakan milik Arlin yang diberikan oleh mama kandungnya.
Papa kandungnya itu dulunya hanya bekerja di perusahaan milik mamanya. Namun karena Papa Madin berbuat ulah dengan korupsi membuat mamanya mengambil alih perusahaan kembali. Bahkan perusahaan langsung diatasnamakan Arlin, anaknya. Kini perusahaan itu dikelola oleh Aldo walaupun ia tak terjun setiap hari disana.
Mereka juga menginginkan semua harta dialihkan atas nama Papa Madin agar bisa mendapatkan kehidupan yang layak. Selama ini Arlin yang selalu memberikan uang untuk memenuhi kebutuhan papanya lewat pekerjaannya sebagai model. Namun semenjak ia koma, mereka sama sekali tak mendapatkan pemasukan hingga merongrong di perusahaannya.
"Saya masih sanggup untuk mengurus istri saya sendiri. Benar apa kata anda nyonya kalau saya memang sibuk. Namun di sela kesibukan saya, sudah dapat dipastikan ada waktu untuk istri yang begitu saya cintai ini" ucap Aldo dengan tersenyum tipis kearahnya.
Bahkan kini Aldo mengedipkan sebelah matanya seakan memberi kode kepada Arlin untuk mengikuti sandiwaranya. Tak mungkin juga Aldo membiarkan istrinya dirawat oleh orang-orang yang tak menyukainya dan bermaksud mengambil semua yang dimiliki oleh Arlin. Bisa saja mereka malah menyakiti dan menghabisi Arlin tanpa sepengetahuannya.
"Tapi kamu itu kerja, nanti malah Arlin lama sembuhnya. Atau kamu memang sengaja membuat Arlin lama sembuh dan jalannya? Biar dia nggak bisa pergi-pergi dan kamu nggak ketahuan kalau sedang selingkuh?" seru Mama Irene tiba-tiba.
Aldo dan Arlin terkejut dengan apa yang diucapkan oleh Mama Irene. Padahal yang sedang dibahas itu mengenai perawatan Arlin namun malah mengalihkan pembicaraan kearah perselingkuhan. Sepertinya Mama Irene tengah menggiring opini agar Arlin bisa curiga dengan suaminya itu hingga wanita itu ingin segera sembuh dan mau dirawat papa juga mama tirinya.
"Nyonya, anda jangan lancang dan bicara mengada-ngada. Bahkan sedetik atau semenit saja tak ada pikiran saya memikirkan wanita lain selain ibu dan istri saya" ucap Aldo dengan nada datarnya.
Bahkan kini wajahnya memerah dan menatap tajam kearah Mama Irene yang gugup melihatnya. Papa Madin juga sama takutnya dengan Aldo karena ia dulu pernah ditonjok oleh menantunya itu karena bersikap kurang ajar kepada mama mertuanya.
"Sudah... Sudah... Kalian ini kenapa malah berantem sih. Anda juga, ngapain sih asal ngomong kaya gitu tanpa ada buktinya? Disini saya yang akan memutuskan siapa yang akan merawatku" seru Arlin yang sudah pusing dengan perdebatan mereka.
"Saya akan tetap disini bersama suami dan anak saya. Mereka keluargaku saat ini dan aku adalah tanggungjawab Mas Aldo" lanjutnya memutuskan.
Aldo menghela nafas lega dengan keputusan yang diambil oleh istrinya itu. Tentu itu adalah keputusan yang sangat tepat karena mereka telah sepakat untuk menyelidiki tentang kecelakaan waktu itu. Keduanya juga akan menggali informasi mengenai Papa Madin dan Mama Irene. Sedangkan Papa Madin dan Mama Irene yang mendengar itu tentunya melotot tak terima.
Bahkan Aldo tadi sempat terkejut dengan panggilan yang disematkan Arlin padanya. Ada sedikit rasa bahagia dan berbunga-bunga karena istrinya itu mau mengikuti sandiwaranya. Arlin mengelus lembut lengan suaminya agar nantinya tak terpancing emosi karena ucapan Mama Irene.
"Lho nggak bisa gitu dong" protes Mama Irene.
"Saya sudah memutuskan dan itu tak bisa diganggu gugat. Untuk uang bulanan akan diberikan oleh Mas Aldo sebesar satu juta tiap bulannya" ucap Arlin dengan menyeringai sinis.
"Baik kan aku sebagai seorang anak? Harusnya seorang laki-laki yang masih kuat bekerja itu kerja, bukan hanya morotin istrinya dulu dan anaknya" lanjutnya menyindir dengan sarkas.
Papa Madin dan Mama Irene terkejut dengan keputusan yang diambil oleh Arlin itu. Terlebih besaran uang bulanan yang jauh dari kata cukup bagi mereka. Dulunya sebelum koma malah Arlin selalu memberi uang sepuluh juta setiap bulannya. Mereka berdua kebingungan harus melakukan apa agar bisa mencukup gaya hidupnya.
"Satu juta buat..."
"Kalau tak mau ya sudah. Saya takkan memberikan sepeser pun untuk kalian" ucap Arlin dengan tegas.
Kalimat protes yang akan dilayangkan oleh Mama Irene pun langsung dipotong oleh oleh Arlin. Ia sudah memutuskan itu agar mereka berdua juga bisa berpikir bagaimana cara mendapatkan uang untuk memenuhi gaya hidup keduanya. Selama ini sudah cukup dirinya dimanfaatkan oleh mereka sehingga harus mengirimkan uang melebihi perjanjian awal.
"Baiklah... Satu juta" ucap Papa Madin sedikit khawatir.
Arlin menganggukkan kepalanya kemudian memberi kode pada keduanya untuk keluar dari mansion. Ia sudah malas menghadapi keduanya yang hanya menginginkan uang dan uang saja. Apalagi sekarang Arlin yakin jika keduanya akan merencanakan sesuatu agar bisa mengambil alih semua hartanya.
"Apa aku alihkan semua kepemilikan rumah dan lainnya jadi nama Kei ya?" gumam Arlin pelan.
Sebelumnya ia tak pernah paham dengan mengurus hal-hal seperti ini apalagi perebutan harta. Yang ada di pikirannya hanya obat-obatan, suntik, dan peralatan kedokteran lainnya. Arlin melamunkan semua yang harus ia selesaikan di kehidupannya saat ini sebelum kembali menjadi Lili.
"Kamu tenang saja. Saya akan memantu semuanya agar harta milikmu tak jatuh pada mereka" ucap Aldo tiba-tiba membuat Arlin terkejut.
Arlin sampai mengelus dadanya karena begitu terkejut dengan ucapan dari Aldo yang tiba-tiba. Arlin hanya menganggukkan kepalanya setelah melihat mata penuh keyakinan yang terpancar pada pandangan suaminya itu. Lagi pula dalam kehidupannya saat ini, tak ada yang bisa ia percaya selain suaminya sendiri. Terlebih banyak ingatan buruk mengenai keluarga kandungnya sendiri.