Hana Larasati Abraham, wanita cantik yang memiliki karir cemerlang. Dia salah satu penerus perusahaan keluarga Syahbana. Memiliki paras mempesona membuat dirinya diperebutkan para pria.
Kehadiran seorang pria yang ditugaskan menjadi sopir pribadinya menjadikan dirinya sosok wanita sombong dan angkuh. Apalagi dia tahu jika Dennis adalah bocah laki-laki tak disukainya dari kecil, rasa kebenciannya semakin besar dan berusaha membuat lelaki tersebut tidak betah.
Akankah Dennis Lim Kyo bertahan dengan sikap arogan Hana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mami Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 - Cemburu?
Dua hari kemudian...
Hana telah kembali bekerja namun bukan Dennis yang mengantarkannya ke kantor tetapi sopir keluarga.
Begitu sampai di gedung kantor, Hana melihat Dayna keluar dari mobil bersama dengan Dennis dari pintu depan kendaraan.
Tak ada pembukaan seperti halnya dilakukan Dennis kepada Hana.
Tampak wajah sumringah ditunjukkan Dayna ketika mengobrol dengan Dennis.
"Pagi, Kakakku." Dayna melempar senyuman.
"Pagi juga," Hana tersenyum singkat.
"Pagi, Nona!" Dennis menundukkan kepalanya.
"Ya, pagi." Hana juga tersenyum walau tipis.
"Kami ingin bertemu dengan Paman Harsya, apa dia sudah datang?" tanya Dayna.
"Ayahku masih di rumah tadi," jawab Hana.
"Baiklah, kami akan menunggunya. Permisi, Kak!" Dayna menarik tangan Dennis menjauh. Keduanya berjalan menuju kantin kantor.
Hana memperhatikan mereka dari jarak jauh tampak ada rasa sedikit jengkel di hatinya.
"Pesan minum, Kak!" ucap Dayna.
"Kakak ikutin apa yang kamu minum saja," ujar Dennis.
"Baiklah, tunggu di sini. Aku akan pesankan," Dayna berjalan ke meja kasir.
Tak lama kemudian Dayna membawa dua cup kopi. Menyodorkan satu kepada Dennis.
"Terima kasih," ucap Dennis.
"Sama-sama, Kak."
Dayna menyeruput es kopi miliknya seraya memperhatikan parkiran gedung.
"Ck..mau apa dia kemari?" Dayna menggumam.
Dennis mengikuti arah mata gadis di depannya. "Lihat siapa, Day?"
"Adik sepupu Kak Dennis," jawab Dayna yang malas menyebut namanya.
"Alvan atau Alana?" tanya Dennis.
"Siapa lagi kalau pria yang menjengkelkan itu?" kesalnya.
"Jangan membenci, nanti jatuh cinta!" ledek Dennis.
"Aku tidak tertarik padanya!" ucap Dayna sinis.
"Hari ini tidak tertarik, bagaimana dengan esok?" tanya Dennis seraya tertawa kecil.
"Seperti tidak ada pria lain saja di dunia ini," jawab Dayna tertawa.
Keakraban keduanya tak lepas dari sorotan Hana yang baru saja tiba di kantin.
Entah ada angin apa sehingga membuat gadis itu datang ke tempat para karyawan beserta sopir membeli makan dan minum.
"Pagi, Nona Hana!" sapa para karyawan yang berpapasan dengannya.
"Pagi juga," balas Hana.
Dennis dan Dayna menoleh, keduanya juga tampak heran.
"Kak Hana di sini juga, ayo duduk!" Dayna menarik tangan Hana ke kursi.
Hana lalu duduk dan menatap Dennis.
"Kakak mau minum apa? Biar ku pesan, kan?" tanya Dayna.
"Es jeruk," jawab Hana tanpa melihat sepupunya.
"Baiklah, Kak. Aku pesankan!" Dayna meninggalkan keduanya.
"Sepertinya kamu bahagia lepas dariku," Hana menyindir.
Dennis mengernyitkan dahinya.
"Semoga kamu betah bekerja dengan keluarga Paman Darren," ucap Hana.
"Selama itu masih berhubungan dengan keluarga besar neneknya Nona Hana saya akan betah."
"Apa kamu tidak bisa bekerja di perusahaan lain? Kenapa harus di sekitar keluargaku?" tanya Hana.
"Entahlah, Nona. Saya pun tidak tahu," jawab Dennis.
Dayna datang dan duduk di sebelah Dennis.
"Kenapa duduk di sebelahnya?" Hana protes.
"Memangnya kenapa, Kak?" tanya Dayna heran.
"Pindah!" perintah Hana.
Dayna berdiri lalu pindah ke posisi sebelah kakak sepupunya.
"Kalian, jangan terlalu dekat-dekat!" Hana memperingatkan.
"Kami dari dulu sudah dekat, Kak." Ungkap Dayna.
"Aku tidak suka!" Hana keceplosan.
"Kak Hana cemburu, ya?"
Hah.
"Tidak, siapa yang cemburu?" Wajah Hana tampak memerah.
"Bilang saja cemburu," Dayna menggoda.
Hana yang malu, menyesap es jeruknya hingga setengah gelas.
Dayna dan Dennis mengulum senyum.
Hana lantas berdiri, ia bergegas pergi.
"Kak Hana benar-benar aneh, kita 'kan memang dari dulu dekat. Kenapa baru sekarang protesnya," ujar Dayna.
"Entahlah, Kakak juga tidak tahu."
"Mungkin Kak Hana suka dengan Kak Dennis," tebak Dayna.
"Mana mungkin dia menyukai aku, selera Nona Hana sangat tinggi," ujar Dennis.
"Siapa tahu dia memang naksir Kakak."
Dennis hanya tertawa kecil.
Sementara Hana di dalam lift menepuk pelan kepalanya, "Kenapa tadi aku bersikap seperti itu, sih?" rutuknya.
Berjalan menuju ruang kerjanya, Hana terus memikirkan ucapannya di kantin.
"Aku seperti orang yang cemburuan saja!" gumamnya, seraya membuka pintu ruang kerjanya.
"Cemburu dengan siapa, Kak?"
Hana berjengit kaget.
"Maaf, Kak!"
Hana memegang dadanya, "Kenapa kamu di sini?" tampak Alvan berdiri dari duduknya.
"Aku ingin bertemu dengan Paman Harsya, Kak."
"Memangnya kamu tadi sudah ke ruangannya?"
Alvan mengangguk.
"Paman Biom belum ada juga?"
"Ada."
"Mungkin sebentar lagi datang bersama dengan ayahmu," ucap Hana.
"Aku boleh menunggu di sini?" izin Alvan.
"Bolehlah, kamu mau minum apa?" tawar Hana.
"Tidak usah, Kak."
"Oh, ya sudah."
"Kak Hana tadi dari mana?" tanya Alvan.
"Dari kantin karyawan."
"Bukankah Kak Hana tidak pernah minum dan makan di sana?" Alvan mengernyitkan keningnya, seingatnya sepupunya itu menolak mengobrol di kantin dengan alasan tak biasa.
"Tadi ada Dayna dan Dennis makanya aku kesana."
"Pasti karena Kak Dennis," Alvan menebak.
"Cih, memangnya dia siapa?" Hana menunjuk wajah sinis.
Alvan tertawa kecil.
"Kebetulan saja karena ada Dayna juga yang ingin bertemu dengan ayahku," ujar Hana.
"Mau apa mereka bertemu dengan Paman Harsya, Kak?" tanya Alvan.
Hana mengendikkan bahunya.
Tak sampai 10 menit, Alvan dan Hana berjalan menuju ruang kerjanya Harsya. Membuka pintu tampak Dennis dan Dayna sedang duduk.
"Alvan, silahkan duduk!" ucap Harsya.
"Iya, Paman." Pria berusia 21 tahun itu lantas duduk di sebelah Dayna.
"Hana, kenapa berdiri saja? Ayo duduk!" ucap Harsya lagi.
Hana duduk di sebelah Dennis.
"Apa yang ingin kalian bicarakan?" tanya Harsya.
Dayna menjelaskan jika ingin mencoba bekerja di perusahaan Harsya begitu juga dengan Alvan.
"Kalian boleh saja bekerja di sini? Tapi, tidak di posisi atas," ujar Harsya.
"Ditempatkan di mana saja, tidak apa-apa, Paman," ucap Alvan.
"Dia letakkan saja jadi OB, Paman!" celetuk Dayna.
"Kalau begitu Dayna juga, Paman!" sahut Alvan.
"Diih..." Dayna melirik sinis.
"Kalian tidak boleh marah jika ada karyawan yang lebih senior menyuruh sesuatu seperti membuat minuman," jelas Harsya.
"Saya tidak masalah, Paman." Kata Alvan.
"Baiklah, kalian boleh bekerja di sini. Dan taati peraturannya, ingat jangan sampai mengganggu waktu sekolah," ucap Harsya.
"Iya, Paman!" Dayna dan Alvan serentak berucap.
"Kalau kamu," Harsya mengarahkan pandangannya kepada Dennis. "Mau bekerja di sini lagi?" lanjut bertanya.
Dennis tak menjawab.
"Saya lupa jika Hana yang memintamu pergi," Harsya menyindir putrinya.
"Aku mau balik ke ruangan, Yah." Hana lantas berdiri.
"Tunggu dulu, Hana. Ayah ingin bicara pada kalian," ujar Harsya.
"Bicara apa, Yah?"
"Nanti kita semua makan siang bersama, apa kalian mau?" tanya Harsya.
"Mau, Paman!" jawab Dayna semangat.
"Ya sudah, jangan pergi dari gedung ini. Alvan dan Dayna boleh melihat kerja para karyawan kantor dengan Paman Biom," ujar Harsya.
"Baik, Paman!" ucap Alvan.
Hana bergegas menuju ruang kerjanya dan Dennis menunggu di parkiran bersama sopir lainnya.
ceritanya bagus lo,,
lanjut la thor sampai HANAN AMA NADIEN bersatu,,kan nanggung ceritanya
ya thor ya🙏🙏🙏
jangan berhenti dong...