Betapa hancur hati seorang Alia ketika mendapat tuduhan sebagai pencuri dari Tantenya sendiri, namun yang paling menyakitkan adalah ketika Arya tunangannya percaya akan hal itu.
sehingga untuk membuktikan kebenarannya dilakukanlah ritual oleh seorang dukun, sebuah jarum dimasukkan kedalam sumur, dan siapapun yang menyentuh air sumur itu dan terbukti bersalah maka jarum akan menusuk tubuhnya sampai menemui ajal.
dan hingga akhirnya sampai alia meninggalkan kampung tersebut karena kenyataan anak dari Tantenya telah merebut sang kekasih darinya, dan bagaimana selanjutnya siapakah sebenarnya pencuri itu dan bagaimana kisah cinta dan kesuksesan Alia ikuti kisah serunya disini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliati Sherina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
apakah ini....
Akhirnya para warga membubarkan diri, Bu sari sekeluarga nyelonong terlebih dahulu karena malu, ternyata Bu sari punya malu juga kirain kulitnya dari kulit badak, mukanya dari campuran semen, wk wk wk.
"Alia, pak lurah mau wawancara dulu, karena kamu yang ajukan pelaporan, ucap pak lurah
Alia menutup mulutnya, hampir saja ia berteriak kegirangan, sungguh dia sedang mencari cari alasan agar tidak pulang, ia ingin mengulik lebih jauh, siapa lelaki di balik masker itu, tapi menurutnya 99,999%, lelaki itu adalah pak Wisnu.
"Kalau begitu, Bapak pulang duluan, rumah nggak dikunci ya Al, ucap pak madi pamit.
"Ya elah pak, emang mau maling apa, yang berharga paling foto bapak yang figuranya emas tuh, ucap Alia terkekeh.
Pak madi dan Bu Saida kemudian melangkah pergi, sambil nyeletuk.
"Pak itu orang, kok maskernya nggak di buka padahal perawakannya cakep amat, celetuk Bu Saidah setengah berbisik.
"Mungkin malu Bu, siapa tau ada jerawat atau tompel.
"Masa sih jerawat mah, nggak bikin malu, mungkin hidungnya kebalik, atau bibirnya Jontor, seloroh Bu Saidah sambil tertawa, diikuti tawa pak madi.
"Sudah Bu, ada ada saja.
Alia memperhatikan orang tuanya dari jauh yang tertawa kegirangan, mungkin mereka bahagia karena anaknya lepas dari satu masalah.
"Selesai ngobrol dengan pak lurah, pak lurah pamit pulang, takut nanti burung kesayangannya di gondol maling, dan tinggallah dua insan itu, sibuk dengan perasaan masing masing.
"Pak, terimah kasih banyak, hari ini bapak sudah menolong aku lagi, aku sangat tersanjung jauh jauh bapak kesini demi menolong aku.
Lelaki itu mengerutkan keningnya seolah tak mengerti.
"Jauh, emang rumahku tidak jauh dari sini kok , dan memang kewajiban kita, sesama saling membantu.
Alia ikut mengerutkan keningnya, apa dia salah orang dia menunduk malu, dan tiba tiba mengeluarkan jurusnya, masker lelaki itu berpindah ke tangannya, dia tertawa bangga karena keberhasilannya membuka kedok lelaki itu.
"Dasar gadis nakal, ucapnya.
"Mau main main denganku, Alia tertawa cekikikan, sampai lehernya seperti tercekik, tapi dia benar benar bahagia melihat wajah dibalik masker itu.
Siniin maskernya, ucap pak Wisnu hendak meraih masker di tangan alia, pak Wisnu hampir terjerembab, tapi malah bertumpuh pada tubuh Alia diatas meja, sesaat mereka saling pandang.
"oww sakit, tubuh bapak berat.
"Maaf, pak Wisnu segera berdiri dan meraih masker di tangan alia, "Bahaya kalau ada yang liat.
"Emang kenapa?.
"Nanti kalau ada yang lihat, pada ngantri lagi mau kenalan.
"Emang situ artis, ucap Alia memonyongkan bibirnya, mulutnya masih meledek, tapi dia berusaha menormalkan denyut jantung yang terpacu cepat.
"Sekali lagi terimakasih banyak pak, sudah menyelamatkan aku lagi, ucap Alia kembali.
"Sudahlah, ini kebetulan saja kok, aku ada urusan dekat sini sini juga.
"Ah, masa sih.
"Iya sekarang mau otw ke tempat teman buat urusan bisnis.
"Nggak mau kerumah dulu.
"Nggak dulu Al, nanti saja, masih malu ketemu pak madi, kalau sudah siap, pasti aku akan menemuinya, kamu hati hati, jaga diri baik-baik, besok ketemu di tempat kerja, oke.
Kemudian pak Wisnu pergi meninggalkan Alia yang bengong sendiri, dasar, datang tak di jemput pulang tak diantar.
Dan entah mengapa kepergian pak Wisnu terasa membawa pergi separuh hatinya, sungguh dia masih ingin menatap wajah itu lekat lekat, tapi sudahlah pertemuan ini pun sudah memberi hawa baru baginya.
...****************...
Setibanya di rumah, Bu sari, Rania, dan Arya duduk di ruang tamu dengan wajah penuh amarah, utamanya Arya, dia masih memindai apa yang baru saja terjadi.
"Ran, kamu ini bego atau apa sih, kamu sudah mempermalukan diri kamu sendiri, dan menghancurkan harga diri suamimu ini, ucapnya penuh kemarahan.
"Halah..., sudahlah mas, memang bukan alia, tapi ada wanita lain, kalau tidak ada hubungan kenapa kamu bilang sayang di telpon.
"Siapa yang bilang sayang, kamu salah dengar, kalau tidak percaya ayo telpon dia Sekarang, ucap Arya.
"Sudah, sudah, kalian tidak malu, terus saja bertengkar, bikin pusing, kalau begini bapak jadi tambah tidak betah, ujar pak Anwar yang tiba tiba muncul.
Bu sari hanya terdiam tak berkata apa apa lagi, dia hanya memijit kepalanya yang pusing, mungkin karena ketimpahan tong sampah tadi pagi, dia juga berpikir tentang pemuda yang menolong Alia, sepertinya dia pernah melihat sosok itu, tapi susah juga karena wajahnya tidak terlihat jelas.
"Ayo, kita pulang, ajak Arya.
"Nggak, untuk malam ini kita saling introspeksi diri dulu, kamu balik aja sendiri, balas Rania.
"Sudahlah Ran, pulanglah bersama suamimu nak, sebaiknya kalian baikan saja, nanti masalahnya makin panjang, nasehat bu sari pada anaknya.
"Berumah tangga itu tidak mudah, masalah dan cobaan pasti akan selalu ada, tapi saling pengertian dan mengalah itu kuncinya, jadi coba selesaikan masalah dengan kepala dingin, lanjut Bu sari.
"Iya Bu, biar tambah dingin kepalanya nanti kusiram pakai air es, ucap Rania lalu pergi juga dengan gontai.
Sekarang hati Arya semakin galau dengan perilaku istrinya, membuat masalah rumah tangga mereka sebagai tontonan, menurunkan derajat dan martabatnya sebagai suami, andai saja dulu..., ah semua sudah terjadi, tak ada gunanya di sesali.
Melewati lorong, tak sengaja Arya melirik kediaman pak madi, Alia berjalan masuk kerumahnya dengan bernyanyi nyanyi, tingkah dan polanya seperti anak kecil yang baru dibelikan mainan.
Rania melirik sang suami, seolah menatap penuh pengharapan pada sang kembang pujaan hati.
"Masih berharap?, padahal sudah ada istri disampingnya, ucap Rania sinis.
"Kenapa sih, bawaannya cemburu aja, ucap Arya lalu menggandeng tangan istrinya, "Maaf ya sayang, jangan marah lagi, aku janji di hatiku cuma ada kamu, ucapnya kemudian.
Alia melirik ke arah jalan, dari jauh tampak dua sejoli itu sedang bergandeng mesra, Alia hanya tersenyum dan berucap syukur karena dia tidak mau lagi dikatakan pelakor.
...****************...
Sementara itu pak Wisnu melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, dia ingin cepat cepat sampai kerumah.
Sekarang dia bingung dengan perasaannya sendiri, sejak mengenal Alia, dia merasa menemukan sesuatu yang hilang, rasa yang hanya bisa dirasakan dan sulit untuk dideskripsikan dengan kata kata.
Tapi ah, dia masih berusaha menolak rasa itu, mungkin terlalu cepat, tapi dia tetap membiarkan rasa itu merasuk kedalam hatinya, membiarkan dirinya terbuai oleh buaian lagu lagu asmara, yang entah berlabuh di mana.
Sebelum masuk ke kompleks rumahnya, pak Wisnu berbelok kesebuah tempat, tempat yang jarang didatanginya, yang entah mengapa hari ini dia ingin ada di sana.
Sebuah nisan dari marmer berwarna hitam, bertuliskan nama Sherena sang istri, dia menaburinya dengan bunga yang di belinya tadi pada penjaga kuburan.
Sherena, maafkan aku jika saat ini hatiku sedang terpaut pada seseorang, bukan aku melupakanmu, tidak, tapi aku butuh teman, dan rayyanzah juga butuh figur seorang ibu, apa kau tak marah jika kubuka hati untuk seseorang?, ucapnya penuh penghayatan.
Tak ada yang menjawab, hanya angin berhembus lirih, semilir membawa kesejukan pada hati yang mendamba, setitik embun jatuh di pelupuk mata teringat masa yang pernah dilalui, namun waktu terus berjalan tak mau berhenti apalagi menoleh kebelakang.
,
Wahh meleyot gak tu si alya