Bersabarlah membaca awal kisah ini yang bikin darting, tapi percayalah akan ada pelangi setelah badai, serta akan indah pada waktunya. Eyaaaa.
Follow akun IG ku dulu ya @dindin_812, atau FB : Aililea. Makasih🥰
Farzan berusaha lepas dari sang istri—Grisel yang tak mau memiliki anak serta sering menuduhnya berselingkuh. Awalnya berusaha mempertahankan karena baginya pernikahan adalah sebuah ikatan yang begitu sakral.
Hingga Farzan bertemu dengan Sandra—janda cantik yang berumur lebih tua darinya. Kebaikan hati Sandra, membuat Farzan jatuh hati, hingga dirinya akhirnya memutuskan pernikahan dengan Grisel.
Lantas, apakah Farzan bisa lepas dari Grisel, serta mendapatkan wanita pujaan hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon din din, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan keempat
Sandra keluar dengan terburu-buru karena harus menjemput Chila. Saat berada di lift dan pintu terbuka di lantai dua, Sandra bertemu dengan Grisel yang baru saja membuat masalah di studio.
Sandra mundur untuk memberi ruang bagi Grisel dan managernya, hingga menyadari jika model yang dikontrak perusahaan tempatnya bekerja itu sedang kesal. Itu bisa dilihat dari ekspresi wajah Grisel serta kepalan tangan di samping tubuh, menandakan jika model itu sedang menahan amarah.
Namun, Sandra tentunya mengabaikan, karena amarah model itu bukanlah urusannya. Begitu lift terbuka serta Grisel dan managernya sudah keluar, Sandra kemudian memilih bergegas keluar dan menuju parkiran untuk segera pergi meninggalkan perusahaan.
Sesampainya di sekolah, ternyata Chila sudah menunggu di depan gedung bersama gurunya.
“Maaf, saya terlambat,” ucap Sandra ke guru.
“Tidak apa-apa, Chila juga baru saja selesai belajar, benarkan?” Guru itu mengajak bicara Chila.
Chila hanya mengangguk-angguk, gadis kecil itu memang sedikit bicara ke orang lain, kecuali yang benar-benar disukainya.
“Baiklah, terima kasih sudah menjaganya,” ucap Sandra sambil menggandeng tangan Chila.
**
Sandra mengajak Chila makan siang sebelum mengantar pulang, mereka makan di tempat favorite Chila.
“Kamu tunggu dulu, Mama pesan makanan seperti biasa,” ucap Sandra yang sudah memilihkan tempat duduk di luar kafe karena Chila suka ruang terbuka.
Chila hanya mengangguk, kemudian duduk dengan tenang sambil menunggu Sandra memesan makanan di dalam.
Farzan sedang mengemudikan mobil di jalanan, hendak mencari tempat untuk makan siang, dia merasa senang tak didatangi atau mendapatkan pesan dari Grisel setelah istrinya itu melakukan hal gila di kantornya kemarin. Sampai matanya menangkap sosok yang dikenal, Farzan terus memperhatikan hingga kemudian memilih putar balik dan kembali ke arah dirinya tadi lewat.
Pria itu memarkirkan mobil di bahu jalan, kemudian keluar untuk menghampiri seseorang yang dilihatnya sedang duduk di depan sebuah kafe sendirian.
“Hai!” sapa Farzan. “Ingat denganku?” tanya Farzan kemudian sambil memperhatikan.
Seorang gadis kecil yang tak lain adalah Chila, menoleh ke samping saat mendengar suara menyapa. Dia melihat Farzan mengulas senyum kepadanya. Chila yang memang jarang bicara, memilih melambai sebagai balasan sapaan pria itu. Chila menggunakan alat bantu dengar, bisa mendengar suara tapi belum bisa banyak bicara karena kelainan yang diidapnya.
“Boleh aku duduk?” tanya Farzan lagi seraya menunjuk kursi kosong yang berhadapan dengan Chila.
Chila mengangguk, membuat gerakan tangan untuk mempersilakan.
Farzan tersenyum senang, lantas duduk di kursi kosong yang ditunjuknya tadi.
“Siapa namamu?” tanya Farzan karena belum tahu nama gadis kecil itu.
Chila mengeluarkan kartu tanda pengenal yang biasa tergantung di leher, menunjukkan nama yang tertera di sana.
“Pricilla. Chila.” Farzan tersenyum mengetahui nama gadis kecil itu. “Nama yang cantik.” Pujinya kemudian yang membuat Chila tersenyum kecil.
“Kamu sendirian?” tanya Farzan kemudian, mengedarkan pandangan dan mencari keberadaan Sandra.
Chila menggeleng, kemudian menunjuk ke dalam kafe. Farzan menoleh ke arah Chila menunjuk, hingga melihat Sandra yang ternyata sedang menunggu pesanan makanan.
Pria itu tersenyum, sebelum kemudian kembali berkata, “Aku masuk memesan makanan, nanti kita ngobrol.”
Chila mengangguk tanda setuju, bahkan gadis kecil itu tersenyum kecil untuk Farzan.
Farzan senang karena Chila mau merespon ucapannya, bahkan tidak terganggu dengan kedatangannya. Dia lantas berdiri dan masuk ke kafe, hendak memesan makanan seraya menghampiri Sandra.
Sandra masih berdiri di depan kasir, baru saja selesai memesan dan kini hendak membayar.
“Apa Anda mau pesan yang lain?” tanya kasir pada Sandra, bersiap mentotal harga makanan yang dipesan.
“Tidak, ini--” Sandra ingin menjawab, tapi terjeda karena dipotong oleh suara seorang pria.
“Tambah satu menu yang sama, aku satu meja dengannya,” potong Farzan memesan ke kasir, sebelum kemudian menoleh Sandra.
Sandra terkejut mendengar suara Farzan, menoleh dan melihat pria itu sudah memandangnya.
“Ah … Anda, apa Anda datang untuk meminta traktiran dariku?” tanya Sandra dengan sedikit candaan.
“Ya … jika kamu tidak keberatan, maka aku akan menerima dengan senang hati,” jawab Farzan dengan seulas senyum di wajah.
Sandra tertawa kecil, kemudian menoleh ke arah kasir dan memesankan satu porsi makanan yang sama dengannya. Sang kasir pun menulis pesanan Sandra, sebelum kemudian menginstruksikan bagian dapur untuk mulai memasak.
“Sangat kebetulan bertemu Anda di sini, jadi aku bisa sekalian membalas budi karena kebaikan Anda,” ucap Sandra.
“Ya, sangat kebetulan karena aku juga sedang mencari makan siang,” balas Farzan, pria itu masih mengulas senyum. “Oh … aku sampai lupa,” ucapnya kemudian.
“Aku Farzan, kita sudah bertemu empat kali ini, tapi aku belum tahu namamu,” ucap Farzan setelah memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan.
Sandra tersenyum mendengar ucapan Farzan, lantas membalas perkenalan pria yang dianggapnya begitu baik karena sudah menolong beberapa kali. “Saya Sandra,” balas wanita itu, lantas meraih tangan Farzan sebagai tanda menghormati.
“Empat kali?” Sandra mengerutkan dahi karena merasa baru bertemu Farzan tiga kali.
“Ya, empat. Pertama saat tak sengaja aku menyenggolmu di klub, kedua membantumu dari preman, ketiga mobilmu mogok, keempat kita bertemu di sini.”