kisah ini bercerita tentang gadis muda berusia 21 tahun bernama Alya, Alya terpaksa menerima tawaran menikah dari dosen kampusnya yang usianya 37 tahun bernama Rafa, Rafa meminta Alya mengandung anaknya karena istrinya tidak bisa memberikan keturunan. lambat Laun benih cinta diantara mereka mulai tumbuh, dari sinilah timbul masalah baru, istri sang dosen tidak rela suaminya membagi cinta dengan alya. dapatkah Rafa mempertahankan dan membuat Alya di akui sebagai istrinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daisha.Gw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
hamil
Rafa sungguh tidak membiarkan Alya ke kampus, bahkan ponsel milik Alya ia sita, Rafa memberikan ponsel baru yang hanya ada nomor ponselnya sendiri di sana, Meja makan hening seperti biasanya, tapi yang berbeda kali ini, Alya Hanya mengaduk aduk makanannya, ini sudah hari ke tujuh sejak ke jadian itu, Rafa mengurungnya di dalam rumah, Rafa pun hanya datang seperti biasa, datang saat pulang dari kampus, minta di layani kemudian pergi lagi, tapi hari ini pria itu ada di rumah karena akhir pekan.
"di makan Alya, jangan di aduk aduk saja makanan nya, kamu mau saya suapin"
"aku mau ke kampung, aku mau ke rumah orang tua ku" Rafa meletakkan sendok nya cukup kasar hingga terdengar bunyi decitan antara sendok dan garpu
"saya gak ngizinin"
"kok mas jadi mengekang aku kaya gini sih, ini bukan persetujuan pernikahan kita, mas, aku gak mau tau, aku mau ke kampung, kalo mas gak ngizinin aku tetap pergi "
"gak akan saya biarin kamu pergi Alya"
"mas egois, mas larang aku ke kampus, mas larang aku ke desa, setiap malam mas datang
hanya untuk memuaskan nafsu mas, aku capek mas, apa istri mas gak ngasih pelayanan batin jadi mas selalu datang meminta nya dengan ku"
"ALYAAA" Rafa berdiri, mendorong meja
"jangan kurang ajar ya kamu, jaga batasan kamu Alya" Alya tidak kalah nyalang menatap
Rafa, ia ikut berdiri.
"Kenapa mas, kenapa, iya kan, mas gak dapat nafkah batin dari Mbak Naila, jadi mas selalu datang memintanya dengan ku"
"CUKUP ALYA, KAMU DENGAN NAILAA ITU BERBEDA, AKU MENIKAHI NAILAA KARENA CINTA, SEDANGKAN KAMU... AKU MENIKAHI KARENA INGIN MENDAPATKAN KETURUNAN, JADI STOP MEMBAWA BAWA NAILA DI DALAM MASALAH KITA, KAMU DENGAN NYA BERBEDA"
kedua tangan nya terkepal erat, urat uratnya terlihat dengan jelas, mata keduanya saling beradu ketajaman, amarah terlihat begitu jelas.
dengan amarah memuncak, Alya merogoh saku celananya, alat kecil yang ia kantongi sejak tadi, Alya lempar di hadapan Rafa, Rafa mengerutkan keningnya, menatap dalam benda kecil itu
"k--kamu hamil Alya" Alya tidak menjawab ia Hanya terus menatap pria yang mulai berkaca-kaca karena benda yang tadi Alya lemparan kan untuknya
"sa--saya akan jadi ayah" amarah yang tadi sudah ada di atas, kini meredup
"sebentar lagi saya akan menjadi ayah, Alya,"
pria itu berpindah posisi di samping Alya, di tariknya tangan kecil sang istri untuk masuk ke dalam dekapannya.
"saya akan jadi orang tua, setelah 10 tahun pernikahan saya dengan Naila, akhirnya saya dan Naila akan segera mendapatkan anak, makasih Alya" Alya meremas ujung baju yang ia kenakan, Kenapa begitu sakit dengan kenyataan yang ada, Jika ia tidak memiliki hak apapun atas anak yang ia kandung Sekarang
"makasih al, makasih, kamu beri kebahagiaan di pernikahan saya dengan Naila, makasih" manik teduh itu kembali mengeluarkan airnya, bukan air mata haru, melainkan air mata kesedihan.
...
Usia kandungannya Alya sekarang sudah memasuki Minggu ke tiga, Alya pun sekarang mengalami fase layaknya ibu hamil muda pada umumnya, nafsu makan menurun drastis, Rafa selalu membawa makanan, cemilan yang berbeda-beda setiap harinya untuk Alya, tapi tidak satupun makanan itu yang Alya inginkan, Alya tidak pernah mengatakan keinginannya pada Rafa, ia lebih memilih pergi membeli nya sendiri dari pada memintanya dari Rafa.
Rafa juga sudah mengijinkan Alya untuk kembali ke kampus, dengan satu pesan, Alya tidak boleh dekat dengan teman pria nya , apalagi Azzam yang sudah masuk ke dalam buku catatan Rafa.
...
"mas, hp ku mana" Alya duduk di pinggir ranjang memerhatikan Rafa yang sedang menautkan kancing kemejanya, Rafa tidak menjawab, setelah memastikan seluruh kancingnya telah terpasang dengan benar, Rafa duduk bersimpuh di depan Alya,
"anak papah, sehat sehat terus di sana ya nak, papah gak sabar pengen gendong kamu nak "tangan kekar Rafa, terulur mengusap perut yang masih rata, seulas senyum terlihat dari wajah cantik Alya
"mas hp ku mana" Alya masih mencoba meminta Ponsel lamanya yang di sita Rafa
"ko nanya saya, bukan nya itu hp kamu ya, yaa kamu yang nyimpen lah"
"hp lama ku yang mas sita, waktu itu"
"ooh, hp lama" Rafa berdiri setelah merapikan baju Alya yang tadi ia buka untuk menyapa calon anaknya, jas ia pasang
"Hati hati selama di kampus, kalo perasaan kamu nggak enak, langsung pulang aja" bukannya memberi jawaban, Rafa seakan menghindari
"mas!!"
"apa, saya harus ke kampus, malam ini saya nginep di rumah Naila" sesaat Rafa menatap wajah prustasi Alya, kemudian menghilang dari balik pintu, Alya tidak menyerah, Alya mengekor di belakang
"mas, hp ku mana, aku butuh hp itu, aku gak hapal nomor adik ku, mas"
"hp nya sudah saya buang"
"jangan bercanda kamu mas, hp itu pemberian ayah, mas"
"saya gak peduli, saya sudah belikan kamu hp yang baru, gunakan itu saja"
"mas, kamu apa apa an sih, seenaknya gitu, aku gak terima yaa, cara kamu yang kaya gini, hp itu pemberian ayah, banyak kenangan nya, gak bisa di ganti gitu aja, mas"
"jangan mengajak saya berdebat sepagi ini, alya"
"mas!!" Alya mencekal pergelangan tangan Rafa yang ingin membuka pintu
"aku butuh hp lama ku, mas"
"saya sudah bilang, hp itu sudah saya buang " Rafa menghentak tangannya hingga tangan Alya terlepas dari pergelangan tangan nya.
"sebaiknya kamu bersiap, sebentar lagi kamu juga harus ke kampus, saya berangkat dulu, kamu hati hati, Jang ngebut bawa motornya " Rafa keluar tanpa mau berbalik lagi.
"mass" panggilan itu di abaikan Rafa, mobil yang terparkir di garasi rumah, perlahan meninggalkan halaman rumah Alya.
"keterlaluan kamu, mas, hp pemberian ayah ku dengan mudah kamu buang, kamu orang kaya gak akan pernah ngerasain berjuang dari nol untuk mendapatkan sesuatu, ayah ku banting tulang untuk memberikan hp itu sebagai hadiah ulang tahun untuk ku, tapi kamu justru dengan mudah membuangnya" Alya mengelus dada, sabarnya harus lebih luas lagi untuk mengahadapi sikap Rafa yang seenaknya.
...
"Jihaaan" panggil alya membuat sang pemilik nama berbalik, Jihan lekas berdiri setelah memastikan itu sahabat yang sudah hampir satu bulan menghilang entah kemana
"Alya" jihan berlari mendekati Alya, di peluk nya erat tubuh yang ia rindukan itu
"Lo kemana aja Al, gw kangen banget, nomor Lo nggak aktif, kos kosan Lo kosong, Lo kemana Al" Jihan masih memeluk Alya begitu erat,
"maaf yaa, gw pergi nggak ngasih kabar dulu ke Lo "
"tega banget Lo Al, kalo Lo marah sama dosen galak itu harusnya Lo cerita ke gw, Jangan ngilang kaya gini, Lo buat gw cemas "
"maaf, hp gw hilang jih, gw gak bisa ngabarin Lo "
"ya udah mana hp Lo, gw masukin nomor gw" benda pipih Alya keluar kan dari saku tasnya, ponsel pintar keluaran terbaru berhasil membuat Jihan melongo
"Al... 14" Alya mengangguk
"beli di mana Al, ko bisa, berapa, bagus banget, gw pengen juga Al" sebegitu Heboh nya Jihan melihat ponsel milik Alya, Alya lekas menarik tangan jihan menjauh dari sana, bukan karena apa, hanya saja Alya melihat azzam yang mulai mendekat
"Yo masuk kelas" Alya tidak ingin Rafa salah faham lagi dengan azzam, Alya tidak ingin mendapat hukuman lagi.
"alyaa" teriak azzam di abaikan alya
"Al, itu azzam"
"udah , sebentar lagi kelas di mulai"
tapi Kenapa ya like' nya dikit ya