Bagaimana jika perawan tua dan seorang duda tampan dipertemukan dalam perjodohan?
Megan Berlian yang tajir melintir harus mengakhiri kebebasanya di usia 34 tahun dengan menikahi Morgan Erlangga, seorang dokter bedah tulang
yang sudah berusia 42 tahun dan memiliki dua anak remaja laki-laki.
Megan, gadis itu tidak membutuhkan sebuah pernikahan dikarenakan tidak ingin hamil dan melahirkan anak. Sama dengan itu, Morgan juga tidak mau menambah anak lagi.
Tidak hanya mereka, kedua anak Morgan yang tidak menyambut baik kehadiran ibu sambungnya juga melarang keras pasangan itu menghasilkan anak.
Megan yang serakah rupanya menginginkan kedua anak Morgan untuk menjadi penerusnya kelak. Tidak peduli jika keduanya tidak menganggapnya sama sekali.
Ikuti kisah mereka, semoga kalian suka ya...🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reetha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lelah Menguntit
"Kakaak ... kakak..." David mengguncang lengan kakaknya yang tak berdaya. Seperti biasa tidak ada respon.
David nampak panik, tidak lagi tenang seperti biasanya dia.
"Kak, kuharap kau bangun dan hentikan pernikahan ayah seperti yang kau lakukan dulu."
Kabar pernikahan Morgan dengan Megan sudah tersiar.
David termasuk orang yang sangat tidak setuju. Dia pun yakin jika sang kakak tidak akan menyetujui hal ini. Untuk itu dia meminta kakaknya itu segera sadar dari tidur panjangnya.
Sepuluh tahun lalu, Morgan bercerai usai perselingkuhan sang istri yang memilih pergi dengan laki-laki kaya, memiliki tingkat sosial jauh diatas level Morgan yang hanya seorang dokter.
Saat itu David masih belajar sebagai murid TK sedangkan Erick baru mulai naik ke tingkat 2 jenjang SD.
Kepergian ibunya yang tiba-tiba, tentu saja menoreh luka di hati Erick maupun David.
Lima tahun kemudian, tepatnya sekitar lima tahun lalu Morgan bertunangan dengan kekasih barunya. Menjelang pernikahan hubungannya kembali dilanda dengan yang namanya perselingkuhan.
Erick adalah orang yang membongkar kelakuan calon sang ibu tiri setelah melakukan penyelidikan. Ia dapati wanita ayahnya itu bermesraan dengan pria lain.
Sejak saat itu Morgan tidak lagi berpikir untuk memulai hubungan ataupun menikah.
Demikian pula untuk sekarang, David akan mengandalkan kakaknya untuk melakukan hal yang sama. David ingin kakaknya menyelidiki dan menemukan kebusukan tante Megan yang sekarang menyandang status sebagai calon mama muda untuk mereka.
"Kalau kakak tidak bangun, biar aku yang akan melakukannya."
Memikirkan kehadiran seorang ibu tiri membuat David ketakutan. Ia tidak ingin orang asing hadir membuat ketentraman dalam keluarganya menjadi terganggu.
.
.
[Nona Megan, kau dimana?] tanya Morgan melalui telepon.
[Saya sedang bekerja, Dok. Ada apa?]
[Bisa kita bertemu saat makan siang?]
[Boleh, Pak Dokter.]
Siang tiba.
Megan datang lebih dulu ke 'WITH YOU Resto', duduk manis disana menunggu kedatangan calon suaminya.
Lima menit kemudian muncul pria yang ditunggu. Megan berdiri menyambut kedatangannya.
Kali ini penampilannya nampak seperti masih gadis perawan.
Megan dengan style yang kali ini tampak kalem dengan dress biru laut selutut, bibir yang diberi warna lembut, alas kaki yang mengenakan sepatu kets. Terlihat sangat cantik.
Megan yang selama ini Morgan lihat sebelumnya adalah wanita dengan bibir merona, alis tajam, pakaian glamour terkesan menakutkan, heels yang tidak kurang dari 10 cm. Benar-benar pemandangan yang bikin sakit mata bagi pria itu.
"Dok, anda sedang lihat apa?"
Megan merasa dirinya sedang ditatap dari atas sampai ke bawah.
"Tidak, aku hanya berpikir apa ini benar Nona Megan." Morgan lalu duduk.
Cissh! Hah! Dia pasti baru sadar kalau aku sangat mempesona.
Makanan datang.
"Kami sudah terbiasa bicara sambil makan. Apa Nona Megan tidak keberatan?"
Morgan memulai pembicaraan sambil sesekali menyantap. Sedang Megan, makan dengan sikap duduk tegak seperti yang diajarkan dalam keluarganya, sangat elegant.
"Silahkan, Dok. Santai saja."
"Baik, sebelum pernikahan ini benar-benar terjadi, apa mungkin kau punya kekasih atau teman kencan di luar sana?"
"Tidak ada. Kenapa? Dokter takut aku akan berselingkuh?"
"Begini Nona Megan, kau juga tahu putraku tidak menyetujui pernikahan ini."
Megan mengangguk.
"Aku tidak sengaja dengar bahwa dia akan menyelidikimu. Jadi berhati-hatilah."
Megan lagi-lagi mengangguk. Kali ini anggukannya sangat panjang. Rupanya remaja dingin itu ingin menyelidiki dirinya.
"Baiklah saya paham. Dok, Anda mengajak makan siang hanya ingin mengatakan ini?"
"Ya, benar."
Apa dia diam-diam ingin melihatku? Ah! Apa yang aku pikirkan? Mungkin saja dia ingin tahu aku lebih banyak sebagai seseorang yang akan menemaninya setelah menikah. Menikah? Ya ampun, apa itu akan benar-benar terjadi dalam hidupku?
"Oia, Dok, em ... tentang setelah menikah, maaf jangan tersinggung ya Dok,"
Morgan menaikkan satu alisnya menatap Megan, menunggunya selesai bicara. Biasanya wanita itu bicara dengan lantang, tapi kali ini dia sepertinya sangat hati-hati.
"Ya? Setelah menikah kenapa?" Sepertinya Morgan tahu apa yang ingin dikatakan oleh Megan.
"Emmm ... bisakah kita tinggal bersama nenek saja?" Mendengar itu Morgan menarik napas panjang.
"Soal itu, akan kupikirkan lagi. Rasanya ini tidak mudah."
Tentu saja tidak mudah bagi Morgan untuk tinggal dengan pihak wanita. Ini menyangkut harga dirinya sebagai laki-laki.
.
.
Di suatu sore. David sudah sangat lelah menguntit Megan dengan segala aktivitas padat wanita itu seharian dalam beberapa hari terakhir ini.
David telah mengorbankan uang tabungannya yang terkuras banyak, energinya yang terbuang sia-sia, hanya berbekal sebuah tas ransel berisikan air mineral dan beberapa roti, namun tidak membuahkan hasil.
"Kenapa wanita itu banyak sekali urusan? Dia juga mengulang aktivitas yang sama setiap hari. Aku sangat lelah." gerutunya seraya mengibas-ngibas topi di depan wajah untuk mendapatkan udara lebih banyak. Wajah putihnya memerah karena terpapar teriknya matahari saat melakukan aksinya.
"Mungkin kalau kakak ikut, kami berdua akan menemukan hasil yang baik." gumamnya pelan. Ia pun duduk sendirian di halte.
Tin! Tin! Bunyi klakson mobil mengagetkannya yang sedang meneguk botol air.
Tante? David menengok kanan dan kiri.
"Hei! Ayo ikut!" seru Megan dari dalam mobil BMW berwarna hitam yang ia kemudikan sendiri.
David mengacuhkannya dengan membuang pandangan ke sembarang arah. Pura-pura tidak kenal.
Brandal kecil ini. Megan terpaksa keluar dari mobil dan memanggil,
"David, ayo!"
"Tante memanggilku? Kenapa tante ada disini?" acuhnya.
"Kau lihat gedung itu?" Megan menunjuk 'Megan Berlian Jewerly' yang berdiri kokoh. "bangunan itu beserta isinya adalah milikku. Itu sebabnya aku berada di sekitar sini."
"Hah! Tante sedang pamer?"
Wajah malas David terlihat sangat menggemaskan. Ingin rasanya Megan mencubit pipi si jutek ini. Meski mengetahui David telah membuntutinya selamah berhari-hari, Megan sama sekali tidak merasa terganggu.
Apa sebaiknya kita memberinya reward atas kerja kerasnya ini?
"Lalu, kau sendiri sedang apa di sini? Oh, apa perlu ku telepon ayah untuk menjemputmu?"
"Tidak tidak tidak!" David sontak berdiri.
"Kalau begitu ayo ikut denganku. Aku akan mengantarmu pulang."
Belum jadi ibuku saja dia sudah semerepotkan ini. David menggeleng pasrah sambil mengikuti Megan masuk ke mobil.
Wajah David terus saja murung selama perjalanan. Keduanya tidak lagi saling bicara.
Krruuuuk.
Sebuah suara terpaksa membuat keduanya saling tatap.
Rupanya kau lapar, bocah!
Mobil membelok ke sebuah restoran.
"Ayo turun, kita makan."
Cukup murah hati, sepertinya dia sedang berusaha mengambil hatiku. David mengikuti wanita yang masih terasa asing namun sebentar lagi akan jadi ibunya itu.
"Mengapa tante mau menikahi ayahku?"
Uhuk uhuk uhuk uhuk. Megan tersedak air yang baru diteguknya.
"Menikahi ayahmu? Ayahmu yang mengajakku menikah. Bukan aku yang mau menikahinya." Megan memberi koreksi pada kalimat tanya bakal putranya itu.
"Jadi tante tidak menyukai ayahku?"
Bocah dingin itu terus bertanya dengan tatapan yang sangat tenang.
.
.
Guys... mohon dukungannya🥰🙏