Alvia Alianza, wanita yang sudah menjalani kehidupan rumah tangga selama satu tahun. Ia menikah dengan Bintang Askara. Pemuda tampan yang membuat para wanita selalu mengejarnya.
Namun pernikahannya bukanlah pernikahan yang di idamkan oleh setiap wanita.
Karena pernikahannya hanyalah sebuah tameng untuk menutupi hubungan Bintang dan kekasihnya.
Bintang telah membayarnya untuk menikah dengannya selama satu setengah tahun ke depan. Karena orang tuanya tidak menyetujui hubungannya dengan kekasihnya.
Bagaimana kisah kehidupan Via selanjutnya? ikuti terus ceritanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rima Andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 11
Bintang tak hentinya membalikkan kompres yang ada di kening Via. Matanya terus menatap wajah Via yang terlihat nampak begitu gelisah dalam tidurnya.
Beberapa saat kemudian, Via mulai tenang dalam tidurnya. Bulir-bulir keringat pun mulai terlihat.
Bintang merasa lega karena suhu tubuh Via sudah mulai menurun.
"Syukurlah panasnya sudah reda. Jangan pernah membuat ku khawatir lagi Via. Karena Kau bukan wanita yang pantas untuk ku khawatirkan," ucap Bintang masih dengan menatap Via.
Ponsel Bintang pun bergetar pertanda pesan masuk. Bintang mengalihkan pandangannya dari Via dan menatap ponselnya.
Sebuah senyum terukir di sudut bibirnya saat melihat satu pesan dari Alesha. Alesha mengajaknya untuk bertemu.
Bintang menatap Via sejenak. Karena dirasa Via sudah sembuh, Bintang pun bergegas meninggalkan istrinya untuk bertemu dengan kekasihnya yaitu Alesha.
Sampai di bawah, Bintang menyuruh pelayan untuk menjaga Via di kamarnya sebelum ia meninggalkan rumahnya.
Egois bukan? Di saat seorang istri sakit, bukannya menemaninya, tapi Bintang malah pergi menemui wanita lain.
***
"Sayang, Aku merindukanmu," ucap Bintang saat mulai duduk di kursi sebuah cafe.
Alesha menyuruh Bintang untuk pergi menemuinya di cafe tempat biasa mereka bertemu. Ada sesuatu yang ingin Alesha katakan.
"Aku juga merindukanmu sayang," ucap Alesha tersenyum manis.
Bintang meraih kedua punggung tangan Alesha dan mengusapnya dengan lembut.
"Kenapa Kau ingin bertemu sayang, apakah ada sesuatu yang penting?" tanya Bintang.
"Ya, ini sangat-sangat penting sayang. Agensi PQ telah menghubungi ku," ucap Alesha begitu girangnya.
Namun Bintang masih belum menangkap arti ucapan Alesha. Ia pun mengerutkan keningnya.
"Lalu?"
"Kau tahu sayang kalau sejak kecil Aku selalu bermimpi untuk menjadi seorang model internasional. Dan Agensi PQ adalah Agensi paling terkenal seluruh dunia. Mereka menghubungi ku dan menerima lamaran ku beberapa waktu lalu sayang. Bukankah itu adalah hal besar yang patut di banggakan?" Alesha terlihat nampak begitu girangnya.
Sementara Bintang mulai dapat menangkap dari ucapan Alesha. Raut wajah Bintang berubah dingin.
"Dan Kau menerimanya Al?"
"Tentu saja. Ini adalah mimpi ku sayang. Mereka mengajukan kontrak selama satu tahun kepada ku. Bukankah ini hal yang luar biasa sayang?"
"Jadi Kau mau meninggalkan ku sendirian Al? Kalau Aku mengatakan Aku tidak mengizinkan mu, apa Kau akan menuruti ku?" Bintang merasa tidak setuju.
"Sayang, tolong mengertilah. Satu tahun itu tidak lama. Dan ini adalah impian ku. Lagipula kontrak pernikahan mu dan Via juga masih satu tahun lagi kan. Jadi nanti setelah Aku kembali, kita bisa langsung menikah sayang," bujuk Alesha.
"Kau menganggap satu tahun itu tidak lama, tapi menurutku sangat lamaran sayang. Apa yang akan ku lakukan tanpa mu nanti?!"
"Begini saja. Bagaimana kalau setiap dua Minggu sekali Aku akan pulang untuk menemui mu," tawar Alesha.
Bintang nampak terdiam. Lalu ia menganggukkan kepalanya pelan. Sebenarnya ia tidak setuju. Namun ia tidak bisa melarang Alesha yang sudah sangat senang mendapatkan kesempatan itu.
"Terimakasih sayang. Aku sangat mencintaimu," ucap Alesha senang.
"Oh iya sayang, nanti malam Aku akan menemani ayah datang ke acara perjamuan di kantor mu. Kita akan bertemu di sana."
"Tapi Mama dan Papa juga akan hadir di sana sayang. Jadi kita harus menjaga sikap kita nanti," ucap Bintang.
"Tentu." Alesha pun memeluk lengan Bintang dengan manjanya.
***
Sementara di rumah Bintang. Saat ini Via mulai terbangun.
"Emh...." Via memegangi kepalanya yang masih sedikit terasa berat.
"Anda sudah bangun Nona? Syukurlah. Saya sangat khawatir dengan keadaan Nona, alagi Tuan Bintang. Beliau begitu mengkhawatirkan Anda tadi," ucap pelayan yang sudah menunggui Via.
Via mengerutkan keningnya mendengar ucapan pelayan. "Memangnya Aku kenapa bik? Kenapa bibik mengkhawatirkan ku?" ucap Via bingung. Ia tidak sadar bahwa dirinya demam. Karena semalam yang ia ingat, setelah membersihkan tubuhnya, Via tidur dengan menangisi nasibnya.
"Anda tadi demam Nona. Dan Tuan Bintang yang sudah merawat Anda hingga suhu tubuh Anda menurun," jelas pelayan.
"Benarkah pria breng..sek itu yang sudah merawat ku? Mana mungkin?" ucap Via dalam hati. Via tidak percaya dengan ucapan pelayan.
"Baiklah, kalau begitu bisakah bibik keluar. Aku ingin mandi, tubuh ku rasanya penuh dengan keringat bik," pinta Via.
"Baiklah Nona. Sebaiknya jangan lama-lama mandinya. Bibik takut sakit Nona akan kambuh lagi. Kalau begitu Saya permisi Nona. Bibik akan membuatkan makanan untuk Nona."
"Baiklah bik, terimakasih."
Via pun langsung menuju ke dalam bathroom untuk membersihkan tubuhnya yang menurutnya penuh dengan keringat.
Via masih memikirkan ucapan pelayan yang mengatakan bahwa Bintang yang sudah merawatnya saat dirinya demam.
Benarkah itu? Mungkin saja Bintang melakukannya karena merasa bersalah terhadapnya atas yang Bintang lakukan padanya. Begitulah pikir Via.
Via tidak ingin memikirkannya. Ia akan berusaha untuk melupakan kejadian naas yang menimpanya. Menyimpannya dalam-dalam dan juga akan melupakan cintanya untuk Bintang. Mampukah Ia melakukannya?
Setelah selesai mandi, Via pun segera mengenakan pakaiannya. Via mengambil ponselnya dan menghubungi Rony bahwa dirinya izin untuk tidak bekerja hari ini.
Via kembali meletakkan ponselnya setelah mengirimkan pesan kepada Rony. Lalu ia segera turun karena merasa sedikit lapar.
Via mulai menuruni anak tangga menuju dapur. Ia ingin membantu para pelayan untuk menyiapkan makan siang.
Namun Via menghentikan langkahnya saat melihat pria yang sudah merenggut mahkotanya tengah menatapnya dari arah lain.
Bintang sudah kembali. Ia membawa sesuatu di tangannya. Bintang terkejut melihat Via yang berdiri tak jauh darinya dan juga menatapnya.
Namun Via segera memutuskan pandangannya dan berjalan pergi dari sana. Semua itu membuat Bintang begitu yakin bahwa Via pasti sangat marah kepadanya karena perbuatannya.
Tapi menurut Bintang, yang ia lakukan bukanlah kesalahan. Karena Via adalah istri sahnya. Tapi ia harus merahasiakan semua itu dari kekasihnya.
Bintang pun berjalan menuju ke arah Via melangkah. Ia ingin menyampaikan bahwa ia akan mengajak Via untuk pergi dengannya ke acara perjamuan nanti malam.
Di lihatnya Via yang kini tengah membantu pelayan memasak di dapur. Bintang melihat Via begitu lihai memasak bahan masakan di depannya.
Ada rasa kagum dalam hati Bintang. Namun ia segera menepisnya, karena Via tidak pantas untuk ia kagumi.
Bintang pun mengalihkan pandangannya dan segera menuju meja makan menunggu Via menyelesaikan masaknya.
Sementara Via merasa begitu kesal saat melihat Bintang yang berada di meja makan. Via berpikir mungkinkah Bintang sengaja menunggu dirinya disana? Via segera menepisnya. Karena tidak mungkin Bintang menunggunya. Pasti pria itu berada di sana karena merasa lapar.
Bintang hanya menatap Via yang sibuk menyiapkan hidangan makanan di depannya. Via tak menatapnya sama sekali, seperti tak menganggap Bintang berada di sana.
Dan itu membuat Bintang merasa begitu kesal.
"Pakailah ini nanti malam." Bintang menyodorkan paper bag kepada Via yang kini duduk.
Via mengerutkan keningnya menatap paper bag tersebut. Namun suara Bintang kembali terdengar.
"Jangan salah paham. Nanti malam ada pesta perjamuan di perusahaan. Mama dan Papa juga akan hadir di sana. Aku tidak ingin mereka curiga kalau Aku tidak mengajakmu datang. Jadi Kau harus datang bersama ku nanti malam. Dan kenakan pakaian ini!" terang Bintang.
Via menghembuskan nafasnya mendengar penuturan Bintang. Semua karena mertuanya, mana mungkin Bintang akan mengajaknya tanpa suatu alasan.
Via kembali melanjutkan aktivitasnya untuk mengambil makanan untuknya. Saat ini ia sudah sangat lapar. Ia seakan mengabaikan perkataan Bintang. Dan itu membuat Bintang pun semakin kesal.
"Apa Kau tuli! Aku sedang berbicara dengan mu! Hargailah orang lain yang sedang berbicara dengan mu!" Bintang mulai meninggikan suaranya karena merasa Via mengabaikan dirinya sejak tadi.
Via memejamkan matanya sejenak. Lalu ia menatap nanar Bintang di depannya.
"Kau ingin Aku menghargai mu Tuan Bintang?! Kalau begitu hargailah orang lain terlebih dahulu sebelum Kau mengatakan itu kepada ku," ucap Via dengan sinisnya.
"Kau!" Bintang merasa sangat kesal. Namun ia juga menyadari akan kesalahannya yang sudah melanggar perjanjian kontrak pernikahan di antara mereka. Hingga membuatnya tidak meneruskan ucapannya.
Via hanya menatap Bintang acuh. Lalu ia pun segera mengambil makan siangnya dan tak menghiraukan Bintang yang nampak kesal.
Bintang hanya bisa mendengus kesal. Melihat hidangan makan siang yang terlihat begitu menggiurkan di depannya. Bintang pun merasa lapar, karena tadi ia tak sempat makan di cafe bersama Alesha.
"Ambilkan makanan untuk ku!" Perintah Bintang kepada Via.
"Maaf Tuan Bintang, tapi bukankah Kau memiliki tangan untuk mengambil makanan mu sendiri? Kau pernah menolak makanan yang ku siapkan untuk mu. Jadi, silahkan ambil makanan mu sendiri," ucap Via.
Bintang kembali teringat dirinya yang pernah menolak makanan yang Via hidangkan kepadanya. Ya, ucapan Via benar adanya.
Namun Bintang tetap saja merasa kesal karena Via membantahnya.
Andai saja bukan Via yang memasak hari ini. Bintang pasti langsung pergi dari hadapan Via. Tapi Bintang tahu masakan Via sangatlah enak. Jadi ia pun bertahan di sana walaupun dirinya kesal.
Bintang tidak ingin melewatkan masakan Via yang enak setelah lama ia tidak merasakannya.
***