NovelToon NovelToon
Kekasih Terpaksa Sang Penguasa

Kekasih Terpaksa Sang Penguasa

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama
Popularitas:448.3k
Nilai: 4.9
Nama Author: LatifahEr

Lisle yang baru pindah ke kota Black Mountain menemui banyak masalah. Kepolosannya telah dimanfaatkan oleh orang-orang berhati busuk, seorang teman baru yang hendak menjualnya dan bibi yang menjadikannya sebagai jaminan hutang-hutang. Tanpa sengaja bertemu dan berkali-kali diselamatkan oleh seorang laki-laki bernama Kennard Kent. Belakangan Lisle baru tahu bahwa lelaki itu adalah orang paling berpengaruh di kota Black Mountain. Namun latar belakang Kennard yang luar biasa dan wajah menawannya malah membuat gadis itu ketakutan. Penolakannya pada Kennard membuat lelaki itu makin tertarik dan tidak sabar. Dengan licik akhirnya Kennard berhasil membuat gadis itu berada dalam genggamannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LatifahEr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11. Pesan dari Bibi Annie

Lisle baru sebulan lebih datang ke kota ini, Black Mountain. Sebuah tempat dengan pemandangan pegunungan gelap di selatan dan pantai di utaranya.  Sebelumnya dia tinggal di Glassville, kota kecil yang berjarak tiga ratus kilometer dari tempatnya sekarang.  Di sana dia tinggal dengan bibinya yang memelihara Lisle sejak kedua orangtuanya  meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil.

Namun bibinya hanya memanfaatkan Lisle. Selepas SMU, gadis itu tidak diperkenankan kuliah dan hanya menunggui toko bahan makanan milik bibinya tanpa mendapatkan bayaran. Dan itu sudah berlangsung selama dua tahun. Sementara sepupu laki-lakinya, Bert, hanya bersenang-senang dan menghabiskan uang ibunya. Dia laki-laki muda pemalas berusia dua puluh lima tahun. Pamannya, ayah Bert telah lama tiada.

Bibinya, Annie yang kecanduan judi akhir-akhir ini mengalami banyak kekalahan dan berhutang dalam jumlah besar pada seorang rentenir, tuan Aaron. Dalam sebuah pembicaraan yang berhasil dia curi dengar, Aaron meminta Lisle sebagai jaminan hutang-hutang bibinya. Bila Annie tak mampu membayar hutang-hutang itu, Lisle akan diserahkan pada tuan pemilik perkebunan kopi itu.

Hari terakhir Lisle berada di Glassville, bibinya kehabisan uang. Hasil penjualan tadi siang ‘dirampok’ Bert. Sedangkan besok adalah batas waktu pembayaran. Bibinya telah pergi ke kafe Dwayne selepas makan malam membawa uang yang tersisa untuk mencoba peruntungannya, lagi. Bert entah ke mana. Lisle tak berharap mendapat kesempatan yang lebih baik lagi. Dia hanya membawa sebuah ransel di punggung dan tas selempang kecil ketika menaiki sebuah bus malam menuju Black Mountain. Bagaimana pun dia akan pergi juga. Sebuah universitas menerimanya dalam program beasiswa yang Lisle ikuti. Tak ada alasan untuk tetap di Glassville.

Hanya saja Black Mountain tak seramah kota lainnya. Lisle cukup beruntung mendapatkan pekerjaan di kafe Cloud. Gajinya kecil. Lisle harus sangat irit agar bisa bertahan. Kadang dia hanya berjalan kaki sejauh beberapa kilometer untuk sampai ke kampusnya dan beberapa kilometer lagi menuju tempat kerjanya.

Lisle menjatuhkan dirinya di atas tempat tidur rendah di apartemen kecilnya. Sepanjang hari ini pikirannya begitu kacau. Tadi pagi Celine pergi ke kampus lebih awal. Lisle sengaja menghindari bertemu gadis itu dan hanya menggelung diri di balik selimut. Dia tak ingin sahabatnya melihat mata bengkaknya. Lagi-lagi dengan alasan tidak enak badan, Lisle tidak masuk kuliah. Rasanya akhir-akhir ini dia sering terbangun di pagi hari dengan kepala sakit dan badan yang tidak nyaman. Sejak dia bertemu laki-laki itu, setiap mereka bertemu bahkan dengan hanya mendengar suaranya, Lisle menjadi sakit.

Nomor ponselnya sudah diganti. Baru ada dua nomor tersimpan, Celine dan Daisy. Daisy  memandang curiga tadi di kafe saat dia memberitahu nomor barunya. Gadis itu menuduhnya bertengkar dengan kekasih. Lalu dengan cerewet menanyakan tentang Kennard. Meski berulangkali Lisle mengaku tidak kenal, Daisy masih tidak percaya. Dia mengatakan betapa Lisle adalah gadis yang tidak tahu diuntung dan tak pandai memanfaatkan peluang. Kennard sangat tampan, kaya dan juga terlihat baik bagi Daisy.

Apa dia adalah laki-laki yang dipanggil tuan Kent? Lisle ingat kecurigaan Daisy dan berulangkali menggumamkannya karena penasaran.

Dengan perasaan resah Lisle membolak-balikkan badan di tempat tidur. Ponselnya hanya sebuah ponsel biasa, tidak memiliki kemampuan mengakses internet. Mungkin nanti dia bisa meminjam ponsel Celine. Jika benar Kennard seperti dugaan Daisy, pasti namanya dan segala tentangnya bisa didapat di internet.

Tok-- tok-- tok! Pintu di depan diketuk

Lisle tersentak dari lamunannya, mendadak bangun dan mendengarkan dengan seksama.

Tok-- tok—tok! Lagi, ketukan di pintu.

Tidak mungkin Celine. Gadis itu punya kunci sendiri. Dia takkan mengetuk.

Lisle melihat jam di ponselnya. Pukul sebelas lewat. Siapa yang bertamu selarut ini?

Tanpa menimbulkan suara Lisle melangkah mendekati pintu. Mencoba mengintip dari lubang kunci.

Tampaknya ada dua orang lelaki di balik pintu di luar sana. Tidak terlalu jelas. Tapi pastilah bukan sesuatu yang bagus.

Hati Lisle berdebar tidak nyaman.

“Nona Lisle, buka pintunya!” Suara mendesak seseorang. Suara lelaki yang sangat buruk.

Jantung Lisle kini berdegub lebih kencang.

Siapa? Siapa mereka? Apakah orang-orang suruhan bibi?

Lisle gemetar sambil membekap mulutnya sendiri agar tak menimbulkan suara yang tak disengaja. Dia beranjak ke arah jendela. Menyibak sedikit tirainya, mengintip ke luar.

Kamarnya ada di lantai tiga. Apartemen ini adalah yang termurah tapi juga paling buruk. Penghuninya tidak banyak. Dari dua puluh pintu di lantai ini, hanya lima yang terisi. Dan itu letaknya berjauhan dengan yang ditempatinya. Penghuni lebih banyak di lantai satu. Karena tempatnya yang lebih nyaman dan juga lebih mudah dijangkau. Tapi harga di sana lebih mahal sedikit. Lantai tiga kondisinya cukup mengenaskan, karenanya dihargai lebih murah.

Jalanan di luar sudah sepi. Lisle tak perlu membayangkan bagaimana orang-orang itu bisa sampai di sini. Penjaga di pintu bawah mungkin sudah tertidur di kursinya yang bersandaran kulit murah. Dia tak pernah memperhatikan siapa pun yang lewat di depannya meski pun sedang terjaga. Tangannya selalu terlihat sibuk dengan smartphone-nya

Apa yang harus kulakukan?

Orang-orang di luar tentulah tak punya niat baik.

Lisle teringat dengan ponselnya. Dia kembali ke tempat tidurnya mencari benda itu. Tangannya mengetik mengirim pesan dengan gemetar.

Celine, kau di mana?

Ada orang-orang mengetuk pintu depan. Aku takut.

“Nona Lisle, cepat buka pintunya. Kami membawa pesan dari bibimu!”

Lisle tersentak lagi oleh suara itu.

Bibi Annie. Mereka orang-orang yang dikirim Bibi Annie!

Atau tuan Aaron?

Hampir saja dia lupa bernapas karena begitu tegang. Matanya menatap layar ponsel nyaris tak berkedip, menunggu jawaban.

Tring! Sebuah pesan masuk.

Aku lagi di jalan.

Ya, Tuhan. Siapa mereka? Apa kau sudah menelepon penjaga?

Astaga! Lisle merasa konyol sendiri. Entah kenapa dia lupa. Dicari-carinya di kontak nomor si penjaga. Lisle tiba-tiba menjadi lemas. Dia belum menyimpan nomornya lagi.

Nomornya hilang. Celine, aku tidak punya nomornya.

Lisle makin panik.

Tok – tok-- tok!

“Kami tahu kau di dalam, Nona. Buka pintunya cepat atau kami akan masuk dengan paksa!” Suara di luar makin tak sabar.

Tak ada balasan Celine.

Kemana gadis itu?

Lisle mengetik lagi.

Celine!

Celine!

Ada suara ribut di luar pintu. Lisle mendengarkan. Suara hantaman dan jeritan kesakitan.

Bak—buk-- bak-- buk!

“Aaa!”

“Hentikan!”

“Ampun!”

“Tidak!”

“Argh!”

Lisle menutup telinganya dengan kedua tangan. Keringat membanjiri tubuhnya yang gemetar. Dia tak ingin mendengar apa pun lagi. Tapi meski pun begitu, meski telah ditutupnya telinga masih juga didengarnya samar suara-suara itu. Hingga beberapa menit kemudian suara-suara itu berhenti. Lalu langkah kaki yang semakin jauh. Kemudian sepi.

Lisle menurunkan tangan yang menangkup kedua telinganya. Tapi memang tak didengarnya lagi suara-suara selain napasnya yang tak beraturan. Dia bahkan bisa mendengar detak jantungnya sendiri.

Kemana mereka? Orang-orang itu. Sepertinya telah terjadi perkelahian. Tapi siapa yang sudah menghalau? Apa mungkin si penjaga? Tapi bisakah orang bertubuh kurus itu mengalahkan beberapa orang yang tadi datang? Setidaknya ada dua orang....

Tring!

Lisle membuka ponselnya. Pesan dari Celine.

Aku sudah menghubungi penjagq. Katanya tak ada apa-apa di lantai tiga. Dia sudah memeriksanya. Kau baik-baik saja? Sebentar lagi bisku sampai.

Tidak mungkin! Lisle menggeleng tak percaya. Tapi dia mengetik juga.

Aku baik-baik saja. Orang-orang itu sudah pergi. Tapi aku mendengar suara perkelahian sebelumnya. Bagaimana mungkin penjaga sampai tidak mendengar. Jangan katakan aku mendengar suara hantu.

Gadis itu baru ke luar kamarnya ketika pintu depan dibuka dari luar. Celine masuk dan buru-buru mengunci kembali pintunya.

“Lisle, kau tak apa ‘kan?” Setelah melempar tasnya ke satu-satunya sofa Celine memeluk Lisle yang menyongsongnya.

Lisle menggeleng pelan. “Aku tak apa-apa. Hanya saja tadi aku sempat ketakutan. Mereka terus mengetuk pintu sambil mengancam akan memaksa masuk. Sepertinya mereka orang suruhan bibi Annie. Aku...  aku jadi kuatir kalau-kalau mereka datang lagi nanti.”

“Aku akan memberitahu penjaga agar lebih mengawasi orang-orang yang datang,” ujar Celine. “Sial sekali tempat ini tidak ada kamera pengawasnya. Kalau tidak, itu bisa jadi bukti insiden malam ini.”

Lisle melepaskan pelukan Celine dan duduk dengan lemas di sofa.

“Mereka sudah mengetahui keberadaanku. Apa mungkin lebih baik aku pindah saja?”

“0 kau pindah, aku akan ikut. Tapi di mana kita bisa mendapatkan tempat semurah ini? Sekarang sulit mencari tempat tinggal dengan harga murah.”

Keduanya terdiam. Mereka sama-sama teringat bahwa untuk membayar sewa bulanan tempat yang mereka diami sekarang saja mereka kewalahan. Apalagi jika harus mencari yang lebih mahal.

***

Ponsel Kennard berdering tepat ketika lelaki itu mematikan layar komputernya.

“Sudah beres, Tuan.” Sebuah suara terdengar di ujung sambungan

Kennard menutup sambungan. Wajahnya tampak memikirkan sesuatu. Gadis itu entah kenapa selalu di kelilingi masalah. Seakan-akan dia adalah magnet yang menarik setan-setan untuk mendekat. Dia menawarkan perlindungan, tapi sepertinya gadis itu masih perlu diyakinkan.

Ponsel diambilnya dan menekan sebuah nomor.

“Steve, kau selidiki orang yang bernama Aaron,” perintah Kennard.

 

1
Bzaa
ngarep banget ada extra part-nya otor 😄
kopi sudah otewe ya
Bzaa
salam juga otor sehat sll 😘
Bzaa
cemburu buta si tuan bucin 🤣
Bzaa
belajar makin dewasa les
Bzaa
Kasina Steve jdi serba salah 😄
Bzaa
lisle.... 😍💪
Bzaa
jgn2 Steve awalnya suka sama lisle , ato sama Andra😉
Bzaa
aamiin ya Robbal'alamin
Bzaa
cepat sehat lagi Celine
Bzaa
wahhhh si Celine.... knp jdi berubah
Bzaa
yah lisle kena jebakan
Bzaa
yah ada lagi si bert, Mao ngapain kali tuh orang gangguin
eka abud
lanjut
Bzaa
semoga Celine baik2 aja
Bzaa
sweet....
Bzaa
semangat 💪😘
Bzaa
bikin penasaran..lanjuty
Bzaa
keren nn
Bzaa
jgn sampe Celine jdi jahat karena iri ya tor... kasian lisle
Bzaa
wkwkkw kekuatan cemburu.. datanglah 😃😄🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!