# No Plagiat
Novel ini adalah novel karya pertama saya yang saya unggah di grup facebook sebelum saya mengenal Aplikasi. Saya menyalin ke aplikasi ini agar Semua karya saya berkumpul disini. Jika ada yang menyamai cerita diatas artinya karya saya yang sudah di plagiat. Sebab, cerita ini sudah lama saya buat pada tanggal 22 Juni 2021.
Sinopsis
Perjalanan kisah Cinta yang di mulai dari perjodohan menimbulkan banyak cobaan. Termasuk per cekcoan layaknya Tom and Jerry.
Melewati fase sulit dengan berbagai cobaan menghiasi rumah tangga Arga dan Vania.
Itu semua diakibatkan dendam panjang yang belum usai dari cerita kelam kedua orang tua mereka. Air mata, kehilangan anak dan Amnesia bahkan mereka lewati demi sebuah kebahagiaan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sobri Wijaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part_11 Belajar Memasak
Setelah semua pergi, Mama Mutia pun mengajak Vania ke pasar untuk membeli sayuran karna hari ini Mutia akan mengajari Vania memasak.
"Nak, kita kepasar ya kita akan belajar memasak hari ini. Kamu mau kan?" tanya Mutia.
"Mau dong Ma, aku juga pengan pinter masak kayak Mama," jawab Vania sumringah.
Mereka pun pergi kepasar diantar sopir pribadi bu Mutia yaitu pak Eko.
"Ayo, kita beli bahan apa saja yang mau dibuat!" tukas Mutia.
"Iya, Ma.
"Pak ayamnya ya dua ekor?" tukas bu Mutia.
"Siap, Bu," jawab penjual itu.
"Ihk ayam kok serem gini ma bentukannya?" tanya Vania heran.
"Iya memang gitu, itukan yang setiap hari kamu makan"," jawab Mutia seraya tersenyum.
Setelah membeli ayam mereka pun mencari cabe dan bawang.
"Van, cepat bungkus bawangnya ya biar ditimbang sama cabe nya sekalian, " pinta Mutia.
"Bawangnya yang mana, Ma?" tanyanya kurang tau.
Mutia tersenyum melihat menantunya yang sama sekali tidak tahu bumbu dapur.
"Ini namanya bawang merah dan ini bawang putih bungkus satu kilo masing-masing ya"," jelas Mutia sabar. Vania pun manggut-manggut dan melakukan tugasnya.
Berbagai macam pertanyaan Vania tentang bahan-bahan itu dengan telaten dijawab oleh Mutia. Setelah puas keliling hampir setengah hari mereka pun sudah mendapatkan semuanya.
Mereka kembali kerumah dan memulai acara mereka. Masak opor ayam, sambel kemangi dan berbagai menu lainya.
"Ma motong ayamnya gimana?" tanya nya terus menerus.
Bi Lastri dan bu Mardiah pun tersenyum melihat keluguan Vania.
"Gini, Non," jelas bu Mardiah.
Satu persatu mereka sibuk menjelaskan semuanya pada Vania. Sesekali Vania menggaruk kepalanya karna bingung juga dia dengan semua penjelasan itu. Kadang ia juga mengangguk mengerti.
Hari sudah mulai petang semua makanan telah siap tersaji di meja makan.
"Van, cepat mandi nanti suami mu pulang kamu masih bauk kecut dandan yang cantik ya biar suamimu senang," tukas Bu Mutia.
"Iya, Ma," jawabnya lemas.
Baru kali ini ia sangat lelah setelah seharian sibuk belajar memasak. tubuhnya seperti sakit semua.
Dengan lambat ia melangkah kekamar mandi dan membersihkan tubuhnya.
Pak Dana pulang dari kantor dan kakek Brama telah kembali dari panti asuhan.
Tak lama mobil Arga pun menyusul dari belakang.
"Wah kita bisa sampek barengan ya," kata Kakek.
"Iya Pa, Arga gimana keadaan hotel?" tanya Dana.
"Alhamdulilah, seperti biasa selalu ada peningkatan tiap bulan, Pa," jawabnya santai.
Mereka masuk bersama dan sampai dimeja makan.
"Wah mau pesta makan lagi ni," tukas Arga.
"Udah ayu mandi dulu," ajak kakek.
Mereka pun pergi kekamar masing-masing untuk membersihkan diri. Arga membuka pintu dilihatnya Vania sedang merias diri.
Dengan langkah santai ia mendekati Vania.
Cup!
Sebuah ciuman mendarat dipipi Vania.
"Arga, apaan sih?" ketus Vania kaget.
"Apa? akukan capek mau cari obat lah biar energinya full lagi," jawabnya sembari tersenyum mengejek.
"Dasar, cari kesempatan," sewot Vania melangkah keluar sambil menghentak-hentakkan kakinya. Arga tersenyum puas dapat membuat Vania jengkel lagi.
Arga yang sudah selesai mandi dan berpakaian kaos oblong dan celana panjang menyusul ikut dimeja makan karena yang lain sudah menunggunya.
"Ayo makan dulu, cicipi masakan pertama mantu mama!" tukas Mutia.
"Ahk, Mama bisa aja akukan cuma bantuin," sahut Vania malu.
"Ayo kita cicipi, kayaknya enak ni," ajak kakek antusias.
Mereka mulai makan, Arga yang sangat suka sambel kemangi mengambil semua porsinya.
"Eh, sambelnya kok diembat semua aku gak kebagian ni," protes Vania.
"Apaan sih, siapa suruh gak ambil duluan," balas Arga.
"Ih, kan yang bantuin buat," sungut Vania tak mau kalah.
"Bodo, ini untuk aku semua," timbal Arga lagi dan langsung melahap sambelnya
"Ah ..pedas minum, mana minum?" teriak Arga. Mulutnya kepedasan sambil menjulurkan lidahnya dan di kipas-kipas pakai tangan.
"Rasain tu makanya jangan serakah," ucap Vania puas. Namun ia sigap memberi Arga minum yang langsung di teguk oleh Arga.
"Kok pedes banget sih Ma, biasanya Mama membuatnya enak," protes Arga.
Mutia dan Vania terkekeh.
"Pasti ulah kamukan, inikan kesukaan aku," coleteh Arga pada Vania.
"Iya, aku sengaja kan Kakek sama Papa gak suka jadi kesempatan aku bikin kamu bengek," sahut Vania tertawa mengejek.
"Makanya Ga, belajar suka pedes dikit," tukas Kakek Brama.
"Iya, lagian laki kok gak suka pedes," tambah Dana.
"Aku udah tanya mama kok kamu punyak riwayat penyakit atau gak jadi aman kan?" sahut Vania lagi masih dengan terkekeh.
"Ni ambil semua sambelnya," pungkas Arga kesal sambil menyendok sambel dari piringnya ke piring Vania.
"Alhamdulilah, rezeki tak kemana." Puas hari Vania mengerjai Arga karna ia memang tak memungkiri suka sambel kemangi tapi dominan dengan pedas.
"Ayo, makan yang banyak ndok Kakek udah gak sabar nimang cicit," pinta Kakek.
"Uhuk...uhuk...",Vania tersendat kala mendengar ucapan Kakek Bram soal anak darinya.
semangat ya kak🥰
Kalau mampir jangan lupa tinggalkan jejak ya.
Terimakasih