NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Menjadi Istri Sang Kapten

Reinkarnasi Menjadi Istri Sang Kapten

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Raja Tentara/Dewa Perang / Dijodohkan Orang Tua / Pernikahan rahasia
Popularitas:10.5k
Nilai: 5
Nama Author: Aira azahra

Wulan masih tidak percaya bahwa dia telah reinkarnasi ke dalam tubuh seorang perempuan yang cantik namun tidak bahagia. Dia adalah istri dari kapten yang tampan dan berkuasa, namun dingin dan tidak peduli dengan istrinya.

Wulan mempunyai janji dengan jiwa aslinya, yaitu mengubah takdir hidup sang kapten agar jatuh cinta dengan tubuh istrinya yang bermana Livia. Tapi bagaimana caranya? Kapten tersebut sangat dingin dan tidak peduli dengan istri.
.
Namun, semakin Wulan mencoba untuk mendekati sang kapten, semakin dia menyadari bahwa kapten tersebut memiliki luka yang dalam dan tidak mudah untuk diobati.

Wulan harus mencari cara untuk menyembuhkan luka tersebut agar sang kapten dapat membuka hatinya dan jatuh cinta dengan Livia.

Bagaimana kelanjutan cerita Wulan? Apakah dia berhasil mengubah takdir hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aira azahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 10

Livia berusaha menjelaskan semuanya, tapi polisi tetap membawanya ke kantor. Ia malah senang sekali, bisa membuat orang heboh tentangnya itu.

Sesampai di kantor polisi, Livia masuk ke jeruji besi dan duduk santai. "Hmmmm ... rumah baru yang wangi," kekehnya kecil dan bersandar pada dinding.

Beberapa menit kemudian, terdengar suara heboh diluar dan menyebutkan namanya itu. Benar sekali, Dara tengah marah-marah kepada anggota polisi sudah menangkap anaknya.

"Astaga! Maafkan Mama terlambat datang ke sini, bisa-bisanya kamu masuk ke jeruji besi. Mama tidak terima apa yang mereka lakukan kepadamu," kata Dara sangat marah jadinya.

"Stop, Ma! Aku yang salah, tiba-tiba berhenti di jalan itu dan tidak pulang lebih dulu. Sepertinya ramai sekali, mereka melakukan balap liar dan penasaran. Tahu-tahunya ikutan tertangkap," kata Livia menenangkan ibunya sudah panik.

Dara membawa anaknya keluar dari kantor polisi, tiba-tiba Nadia baru sampai juga. Membuat Livia mematung di tengah-tengah mereka.

"Ka-kamu tidak apa-apa, Livia?" Nadia langsung terkejut juga, saat mendengar kabar karena ada mata-mata di kediaman menantunya.

"Mama Nadia tidak perlu khawatir denganku, pasti ibuku tidak rela anaknya lama-lama di dalam sana. Terima kasih sudah mau datang," jawab Livia tersenyum manis.

"Ya ampun, Jeng. Kamu sampai datang ke sini segala, tahu dari mana?" tanya Dara, mulai curiga dengan orang terdekatnya. Padahal tidak ada siapa pun yang diberitahukan. "Pasti dari keluargaku, ya? Ck, tukang nguping rupanya."

"Maaf, bukannya aku ikut campur soal ini. Livia masih menantuku, jeng. Wajar aku khawatir untuk mewakili anakku," kata Nadia tersenyum menatap besannya.

Dara mengangguk pelan, berlalu pamit pulang dan meninggalkan besannya itu. Ia masih kecewa dengan besannya, dulu pernah membentak Livia dan memarahi anaknya. 

********

Pagi yang cerah, udara sejuk menyelimuti halaman belakang rumah ketika Livia tengah sibuk meregangkan tubuh. Gerakan olahraga yang terasa ringan tiba-tiba menjadi sedikit berat ketika langkah Jeni terdengar mendekat. 

Wajah Jeni menyiratkan sesuatu, sorot mata yang tajam dipadukan dengan seringai kecil di bibirnya sudah cukup memberitahu. Ia membawa kabar buruk. 

"E'em ... aku punya sesuatu untukmu," ujar Jeni dengan nada ringan, tetapi nadanya terdengar seperti racun. "Temanku yang tinggal di Kota Chen, dia bilang melihat suamimu tengah bersantai. Lihat ini," katanya sambil mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan sebuah foto. Foto suami Livia sedang berlayar bersama seseorang yang tidak asing terlihat seperti wanita. "Kalau kamu ingin mengecek sendiri, Kota Chen hanya dua jam perjalanan dari sini. Aku yakin kamu bisa sampai dan menemukan jawabannya." 

Livia menatap foto itu sesaat, lalu mengalihkan pandangan kembali ke wajah Jeni. Ada sebuah dorongan untuk marah atau merasa terpukul seperti dulu, tapi ia hanya tersenyum. Ya, senyum—bukan senyum getir, bukan senyum terpaksa. Sebuah senyum penuh keyakinan keluar dari bibirnya. "Kamu kira aku masih Livia yang dulu?" tanyanya dengan nada datar, diikuti oleh tawa kecil yang nyaris sinis. "Aku tidak peduli lagi, Jeni. Kalau dia bersama wanita lain? Hebat, semakin jelas bagiku. Bahkan lebih baik begitu. Bukti ini?" 

Livia mengisyaratkan ke arah ponselnya. "Akan berguna untukku. Aku bisa membawanya ke pengadilan agama. Setidaknya aku punya bukti kuat untuk menyatakan dia selingkuh." 

Sekilas Livia menangkap keterkejutan di mata Jeni. "Dia mungkin masih mengira aku adalah Livia yang akan menangis, bergegas ke Kota Chen demi mempertahankan suami yang bahkan tidak berusaha mempertahankan pernikahan kami. Tapi tidak lagi. Aku yang dulu sudah hilang, terkubur bersama dengan luka-luka yang dia torehkan. Aku sudah cukup menderita untuk terus membiarkan diriku berada di dalam jurang itu. Aku kini adalah Livia yang baru, seorang wanita yang lebih kuat, lebih tegas, dan siap melangkah maju—tanpa dia."

Jeni terkejut mendengarnya. "Masa? Aku tidak percaya dengan ucapanmu!" 

"Kamu ingin mengambil suamiku, kan? Ambilah, aku rela memberikannya kepadaku. Asalkan berpisah denganku," ucap Livia meninggalkan sepupunya itu.

Jeni mengepalkan tangannya dengan kuat. "Kenapa dia berubah? Aaaarrrghh ..!"

"Sepertinya Alex nanti yang mengejar Livia, kak. Karena .... Livia sudah berubah menjadi cuek," tiba-tiba Vanesha datang mendekati kakaknya.

"Iya, pasti Livia menjadi kesayangan keluarga Verick sekarang ini. Aku tidak rela!" Jeni sampai menghentakkan kakinya, harus mencari cara agar Livia kembali seperti dulu. "Orang-orang akan menyukainya, aku menginginkan Livia dibenci oleh orang lain. Termasuk Livia dibenci ibunya sendiri!"

Vanesha menghembuskan napas beratnya. "Ini sangat sulit sekali, Kak. Masalahnya Livia berubah total, bahkan tidak peduli dengan suaminya itu."

Jeni mulai menyusun rencanannya itu. "Aku harus bisa membuat Livia di pandang sebelah mata, tentu membayar seseorang untuk menculiknya. Setelah itu, kita buat Livia dipermalukan dengan video panasnya." 

Namun, Livia tetap mendengar ide licik sepupunya. "Sebelum semuanya terjadi, aku akan membuatmu menyesal sudah macam-macam denganku," gumamnya pelan, hampir tidak terdengar. Sebuah rencana muncul di pikiran. 

Livia harus menemukan bunga itu—bunga yang dulu pernah ditemukan saat masih menjadi Wulan, sebelum jiwanya berakhir di tubuh Livia ini. Bunga dengan efek gatal luar biasa. Ia tersenyum tipis. Kali ini, ia tidak akan tinggal diam.

Saat duduk di meja makan Livia bersama  ibunya, suasana tampak tenang, tapi tidak berlangsung lama. Satu per satu, anggota keluarga mulai muncul, termasuk sepupunya yang tahu selalu memiliki agenda terselubung. 

"Besok, suamiku dan keluarganya akan datang dari luar negeri. Mungkin seminggu mereka akan tinggal di kediaman ini," ujar Rekha, melirik mereka seakan menantang. Tatapannya seperti pisau bermata dua—tajam namun penuh kepalsuan.

"Untuk apa Mama masih bertahan di rumah ini?" tanya Livia dalam hati, rasa penasarannya terhadap alasan ibunya memilih bertahan terus menggelayut. Sungguh, rumah ini penuh bayang-bayang masa lalu dan intrik. "Asalkan mereka tidak membuat onar di sini," jawabnya dengan senyuman tipis di wajah, mencoba menutupi gejolak di dalam hati. Tapi ia  tahu, ucapan itu lebih ditujukan untuk memperingatkan Rekha daripada yang lainnya. 

Dara, salah satu anggota keluarga, menyesap teh hangatnya dengan santai, seolah tidak ada drama apa pun yang sedang terjadi. "Kalau begitu, aku akan pergi ke luar kota untuk menghadiri pameran lukisan temanku. Kak Rekha bisa melakukannya sendiri, kan?" ucapnya, santai namun seperti sengaja meninggalkan tanggung jawab besar di tangan saudaranya. 

Livia hanya terdiam, tapi otaknya sudah mulai menyusun langkah-langkah. Setiap ucapan mereka terdengar seperti potongan teka-teki yang harus dirangkai. Tidak peduli apa yang sedang mereka rencanakan, satu hal yang pasti, ia—atau lebih tepatnya Wulan dalam tubuh ini—akan bermain lebih pintar. "Bukankah kesempatan untuk membuat onar dengan saudara ibuku? Menyenangkan sekali, bukan?" pikirnya dengan penuh kesenangan.

Rekha menarik napas dalam-dalam. "Selalu menghindari keluargaku, apa ada masalah Dara?" 

1
Yuliana Tunru
mmg lebih baik.hidupntenang ya dara bekerja dan menghidupi siri sendiri nikmati keserakahan dan kejahatan mu rekha toh kau cuma benalu skrg sok baik padahal pusing..kalah z trs kevin biar zyan tak bisa lg byk tingkah
Yuliana Tunru
bagus livia biar zayn kapok nipu2 orang lg jgn dikasih celah ya
Nabila Al Adibah
Luar biasa
Dewi Sri
Typonya sangat bertebaran
Mawar Hitam: makasih komen kak, jadi aku perbaiki
total 1 replies
Dewi Sri
Pantas saja jarang yg koment atau suka novel ini, nama nama pemeran nya sering gonta ganti dan salah dlm penulisan.... perbaiki lagi thor
Dewi Sri
ceritanya lumayan bagus tp sepi komentar...tetap semangat ya othor, sy baru nemu cerita ini
Yuliana Tunru
swmua jd aneh saat kubia berubah mertua x jg ikut takut klo livia danbalex cerai pdhl alex cuek bgt eh malah MP ..up lg lah thorr penasaran
Yuliana Tunru
ayo alex jika mmg livia cintamu pertahankan krn samoe bab ini blm jelaa apakahvalex dan mm x mmg benar2 menganggap livia istri dan menatu yg berharga
Mawar Hitam: pengen tabok yakan kak
total 1 replies
Yuliana Tunru
good livia basmi semua penghianant dan orang2 yg penuh.dusta kyat demi hidupmu hg mama mu
Mawar Hitam: sabarr kak 🤣
total 1 replies
Yuliana Tunru
smoga livia yg baru lbh tangguh tak.mudah di tindas tak bodoh lupakan obsesi suami yg tak pernah mengagapmu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!