Cinta Arga Untuk Vania
Pagi itu kakek Bram Pradopo, papa Dana dan mama Mutia tengah menunggu Arga sarapan dimeja makan. Arga William Pradopo melangkah gontai menuruni anak tangga karna sedikit malas bertemu mereka.
setiap bertemu mereka, Arga harus mendengar tentang perjodohan kedua orang tuanya yang memaksa dirinya menyetujui perjodohan itu. Arga juga harus memberi jawaban pagi itu juga.
"Ayo nak sini, kok lelet banget sih, Sayang," Tukas Mamanya Mutia
.
Arga duduk dalam diam dan mengambil makanan serta lauk pauknya dengan tenang.
"Gimana keputusan mu, kakek sudah tidak sabar menunggu jawaban mu?" tanya kakeknya jelas sudah pasti itu yang harus ia dengar pagi itu.
"Benar nak, sudah saatnya kamu lupakan Fiona dan membuka lembaran baru," tambah Papa Dana.
Arga menatap mereka secara bergantian.
"Tapi Pa, Kek, Arga kan masih muda. Arga belum berfikir ke arah sana saat ini," protes Arga disertai tatapan dingin.
"Arga, kamu adalah putra satu-satunya orang tuamu. Entah kapan Allah akan menjemput Kakek, sebelum itu terjadi. Kakek ingin kamu menikah dan memberi kakek cicit," jelas sang Kakek penuh harap.
Arga terdiam dengan penuh pertimbangan sambil melahap makananya pelan.
"Oke, Arga setuju untuk mencoba menerima perjodohan ini. Tapi Arga tidak janji bisa mencintai gadis itu," jawab Arga sambil menyeruput minumannya.
"Arga berangkat ke hotel duluan, Pa." Arga bangkit dan menyalami keluarganya.
"Silahkan, Den." sopir hendak membuka pintu mobil namun Arga mencegahnya.
"Tidak usah Pak, tidak perlu mengantar Arga biar Arga pergi sendiri," sungutnya lalu menaiki mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Pak Dana bergegas menelpon sahabatnya Romy.
Kring...!
kring...!
kring...!
Telpon rumah berdering.
"Halo, Dan," jawab dari sebrang telpon.
"Dengar, hari ini aku memberi kabar gembira bahwa putraku sudah bersedia dengan perjodohan ini,"ungkap Pak Dana bahagia.
"Oh, syukurlah," timpal Romy antusias.
"Bagaimana, dengan putrimu?" tanya Dana balik.
"Kami masih membahasnya," jawab Romy singkat.
"Oh, baiklah semoga kau juga membawa kabar gembira!"
"Oke, saya pasti akan membawa kabar bahagia untukmu," ucap Romy yakin.
Tu.. tut...
sambungan terputus.
Dari arah belakang Romy mendengar putrinya menyahut.
"Papa, bukankah sudah ku bilang, aku tidak mau dijodohkan, apalagi sama orang yang gak aku kenal, Papa keterlaluan," ucap gadis itu cemberut.
"Vania, Papa hanya ingin yang terbaik untukmu. Tapi bukan Bagas, pacarmu itu. Dia itu play boy yang suka main ke bar, Sayang," tegas Romy sambil melangkah duduk dikursi.
"Sini duduk!" Romy menepuk kursi disebelahnya
"Tapi Pa, aku tidak pernah melihat Bagas selingkuh. Aku sangat mencintainya, Pa," sahut Vania yang akhirnya ikut duduk disamping Papanya.
"Vania, kalau kamu tidak percaya sama, Papa. Pergilah ke bar malam ini buktikan apa yang dilakukan Bagas disana." Tentu saja pak Romy menyuruhnya kesana karna sudah menyuruh orang mematai Bagas.
Vania mengernyitkan dahinya dan menatap papanya serius.
"Iya aku tau, Rahma juga mengajak ku kesana," kata Vania dengan kecut.
"Ya, Papa tidak bohong dia pasti dengan gadis-gadis di bar itu." Romy senang dengan ide jitunya itu pasti akan berhasil membuat Vania menerima perjodohan mereka.
"Oke, Vania akan kesana. Tapi jika Bagas sendiri papa harus membatalkan perjodohan ini," cekat Vania dengan serius.
"Oke, Papa setuju." Keduanya bersalaman, seolah saking menantang.
Vania memutuskan pergi, tadinya ia menolak ajakan Rahma
Tapi untuk membuktikan ucapan Papanya ia harus pergi.
Vania sudah tiba di bar ia masuk dengan harapan ucapan Papanya itu bohong.
Ia mencari keberadaan Bagas, Nicho dan Rahma, benar saja mereka ada dipojokan sedang bersulang.
Vania melihat Bagas menggandeng gadis cantik sambil tertawa mesra dan mencium pipi gadis itu. Sontak saja Vania terkejut tapi ia masih menahan diri.
"Bagas, gimana kalau Vania melihat mu begitu?" Bisik Rahma khawatir.
"Mana mungkin, dia kan gak pernah kesini jika tidak ku ajak," tukas Bagas sambil tersenyum melirik gadis disampingnya.
"Tadi aku ajak Vania kesini, gak tau deh datang apa enggak?" jelas Rahma pada Bagas.
"Kenapa kamu beri tau dia?" Ucap Bagas kaget.
"Emangnya kenapa, kalau Rahma kasih tau aku? Kamu takut ketauan kalau kamu selingkuh?" Timbal Vania serta merta membuat Bagas terkejut.
"Ma.. maaf sayang aku cuma main-main sama Fira," Tukasnya gugup.
Plak!
Tamparan Fira mendarat dipipi Bagas.
"Jadi kamu cuma mempermainkan aku, dasar brengsek," ketus Fira langsung meraih gelas dan menyiramkannya ke wajah Bagas.
"Makan tu," tambahnya sambil berlalu.
"Sayang..," rayu Bagas.
Plak!
Lagi-lagi tamparan Vania mendarat ke wajah Bagas. Kedua pipi Bagas memerah dipegangnya.
"Sayang, maaf aku tidak bermaksud," rayunya lagi kali ini pada Vania sambil memegang pergelangan tangan Vania. Vania langsung menepisnya, Rahma dan Nicho hanya diam menyaksikan kejadiaan itu.
"Jangan temui aku lagi. Oya, satu lagi aku tidak sudi kamu menghubungiku juga, lihat ini!" tukasnya sambil menunjukkan handphone dan memblokir semua yang berhubungan dengan Bagas lalu pergi meninggalkan tempat itu.
"Yang, tunggu!" Teriak Bagas tapi Vania tak peduli.
"Eh Gas, makanya jangan play boy udah punya pacar kayak Vania masih aja ngerayu cewek lain. Emang kurang cantik apa Vania?" tukas Rahma menambahi pula.
"Ayo Rahma kota pulang!" ajak Nicho.
Bagas mengepalkan tangannya lalu memukulkannya kemeja dan mengaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal tanda ia merasa kalut kepergok Vania dan menyebabkan kehilangan Vania. Hingga akhirnya ia menghabiskan malamnya dengan mabuk-mabukan dan menggaet wanita penghibur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Yun Ariyun
mantep kak
semangat ya kak🥰
2023-01-23
1
kosong
pakcik....aku sdh mula baca ya😘😘😘
2022-02-12
6
Rhiedha Nasrowi
mampir d sini dulu ya bang, , sambil nunggu lapak kang Melvin 😁😁
2022-01-20
2