Estsaffa ahiara, gadis yatim piatu yang diadopsi oleh kedua orangtua angkatnya. Terpaksa menikah untuk membayar hutang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riendiany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 Malam pertama ??
"Sayang..." suara Tony menggema di dalam sebuah kamar hotel berkelas vvip. Matanya menatap sekeliling dengan kepala yang sesekali menoleh kekiri maupun kekanan, demi mencari keberadaan istri cantiknya.
"Lau...Laura sayang" mengulang panggilannya dengan nada rendah penuh cinta. Sesaat sebelum mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi. Senyumnya mengembang, ternyata istrinya sudah mempersiapkan diri untuk malam yang sudah sangat diimpikannya, tanpa ia minta.
Hari ini tepat satu bulan usia pernikahan Laura dan Tony. Dan selama itu pula mereka belum pernah sekalipun menjalani yang disebut malam pertama. Bagaimana mungkin? tentu saja bisa untuk orang-orang dengan kesibukan extra seperti mereka.
Tony Lewis adalah putra sulung Adam Lewis yang berkebangsaan Amerika dan Susan Suroso yang asli warga negara Indonesia beretnik China. Sudah bisa dibayangkan betapa tampannya dia bukan. Namun sayang kemewahan dan popularitas yang dimiliki tidak serta merta membuat Tony bahagia. Ada sisi kelam dalam dirinya yang tidak semua orang tahu. Keluarganya dan bahkan orang lain hanya tahu ia penderita thantopobia. Dan yang sebenarnya terjadi, adalah lebih dari itu.
Siapa yang tidak mengenal seorang Adam Lewis. Dia adalah pemilik beberapa hotel berbintang yang tersebar hampir di setiap negara di kawasan Asia Tenggara dan Asia Timur. Bahkan sudah merambah hingga Eropa.
Dan semua yang lelaki paruh baya itu miliki akan jatuh ke tangan anak sulungnya Tony Lewis. Karena Tony hanya mempunyai satu saudara perempuan, yaitu Rorencia Lewis yang masih berusia tujuhbelas tahun. Sudah otomatis tampuk kepemimpinan dipegang oleh Tony sebagai satu-satunya anak lelaki dalam keluarga Lewis.
Dengan alasan yang masuk akal itulah, mereka menunda malam pertama mereka. Padahal yang terjadi sebenarnya adalah, sang istri Laura selalu merasa belum siap harus bercinta dengan suami yang sama sekali tidak ada di hatinya. Dia terjebak egonya sendiri karena merasa kecewa dengan Adrian hingga akhirnya menerima Tony. Dia yang merasa yakin bahwa Adrian akan mempertahankannya dihari pernikahannya malah harus menelan pil pahit dimana lelaki itu malah datang dan dengan santainya memeperkenalkan seorang gadis sebagai calon istrinya.
Dan demi apa Tony adalah orang yang sabar menghadapi Laura. Dia sabar menunggu untuk mendapatkan sebuah malam pertama dengan istrinya tersebut pada saat bulan madu mereka. Dan dalam kesehariannya, sama sekali Laura tidak mau disentuh, hanya mengatakan alasan lelah, mengantuk dan beribu alasan lain hingga saat semua alasan itu terpatahkan, bulan madulah senjata terakhir Laura untuk berhadapan dengan suaminya.
Di dalam kamar mandi mewah ini, Laura yang sudah menyelesaikan ritual bersih-bersihnya sejak setengah jam yang lalu, malah duduk menyamping di atas pinggiran bathtub. Dengan hanya mengenakan kimono sebatas tengah paha, jemarinya sesekali mempermainkan riak air yang dibuatnya sendiri dalam bathtub itu. Seakan rasanya membahagiakan, padahal hanya bermain air.
Laura bahkan tidak menyadari kedatangan suaminya yang semenjak tadi menunggunya di dalam kamar. Sampai suara ketukan membangunkan lamunannya.
"Sayang, kau baik-baik saja kan?" suara Tony terdengar cemas karena sudah satu jam lebih istrinya itu tidak juga keluar dari kamar mandi.
ceklek!
Pintu dibuka oleh Laura. Menampakkan tubuhnya yang berbalut kimono dengan rambut yang basah.
Satu
Dua
Tiga
Set
Tatapan Tony mulai dari bawah hingga terakhir jatuh ke wajah Laura. Kaki yang jenjang, kimono yang hanya setengah paha membalut tubuh putih nan mulusnya dan terakhir rambut panjang dan juga basah yang menambah keseksiannya.
Gluk!
Tony menelan salivanya. Wanita yang hampir separuh umurnya selalu menghiasi mimpi indahnya. Sedang berdiri di depannya, dan menggodanya. Ahh lebih tepatnya Tony yang tergoda. Dan tidak akan terjadi sebaliknya.
"Kau bahkan sudah siap sayang" jemari lelaki itu mengelus wajah Laura, mulai dari pelipis, pipi dan berakhir ke dagu dengan sedikit memutar jempolnya berulang-ulang.
"Tony, aku...mmm bisakah lain kali saja, aku..aku.." wanita itu tercekat tenggorokannya sendiri. Benarkah hari ini dia tidak bisa beralasan lagi.
"Sssttt.." Tony meletakkan satu jarinya di bibir Laura. "Tidak ada lain kali!" suaranya lirih di dekat telinga Laura, suara serak yang menuntut dan terdengar menahan gairah.
Hembusan napas Tony seperti angin surga yang tidak hanya mengganggu pendengaran Laura, namun juga berhasil mendesirkan hatinya yang semenjak tadi menahan gelisah.
Cup
Tony mencium bibir Laura. Namun istrinya itu sama sekali tidak bereaksi. Berikutnya.
Cup
Cup
Cup
Berkali-kali ciuman singkat itu mendarat di bibir istrinya. Dan tidak ada yang berubah. Laura hanya mematung dan menatapi balik suaminya. Sungguh biasanya ialah yang selalu menggoda Adrian dengan berani. Namun dengan Tony, wanita itu melempem. Bingung, takut membuat ia seakan lupa bernapas.
Mata lelaki itu sudah berkabut gairah, disambarnya tubuh istrinya kemudian didorongnya ke ranjang king size yang tampak mewah itu dengan paksa.
Laura menurut saja, namun yang terjadi sebenarnya pikirannya sedang kalut mencari cara untuk menghentikan Tony. Cara yang tidak menyakiti dan juga terdengar wajar.
'Ayo Laura pikirkan caranya, kau belum siap untuk menghadapinya'. Laura berbicara dalam hati, dan setelahnya.
Tepat ketika lelaki bergelar suaminya itu akan merapatkan pelukannya dan mencium bibirnya.
"Tony..aku..aku...kalenderku sedang merah" cicit Laura tiba-tiba. Bibirnya dijepit dengan senyum yang setengah memelas. Sekuat tenaga kedua tangan Laura mendorong tubuh Tony yang menghimpitnya.
"Apa maksudmu? kau ini bicara apa? kalender merah? kalau hari libur ya merah" dahi Tony mengernyit, namun berhasil mengendurkan kunkungannya. Dia berbicara dengan sedikit membentak.
"Iya itu maksudku Tony, aku sedang libur, jadi kau harus libur juga" tangan wanita itu mengelus lembut lengan suaminya, supaya kalaupun marah tidak meledak-ledak.
"Katakan yang jelas sayang, kita sedang bulan madu tentu saja kita libur, kau ini" tanpa mendengarkan jawaban Laura selanjutnya, diserangnya bibir ranum yang selalu menggodanya itu.
"Hmmmphh...Tony..aku..aku sedang haid" lelaki itu langsung menghentikan serbuan bibirnya. Dilepaskanlah kungkungan dari tubuh istrinya. Menggeser tubuhnya, duduk di tepi ranjang membelakangi Laura.
Wanita itu merasa bersalah, tapi dia tidak punya alasan lain lagi selain itu. Ia benar-benar belum siap untuk menyerahkan diri seutuhnya kepada sang suami.
Dengan memberanikan diri, dipeluknya tubuh lelaki berotot miliknya itu dari belakang. "Maafkan aku" hanya kata itulah yang keluar dari bibir Laura. Padahal dikepalanya sudah bertumpuk alasan guna meyakinkan suaminya.
Membuang nafas kasar, kemudian melepas paksa rengkuhan tangan istrinya tanpa menatap pada istrinya lagi. Tony melangkah keluar kamar dengan langkah yang terlihat geram dan kecewa.
Namun hal yang paling menyakitkan bukanlah ditinggalkan, tetapi diacuhkan.Ya, Tony meninggalkan Laura tanpa berbicara sepatah katapun.
Dan wanita itu, hanya menatap nanar kepergian suaminya. 'Aku telah menyakitinya, padahal terlepas dari apa yang kudengar tentang sepak terjangnya diluar, dia selalu memperlakukanku seperti ratu dirumah'.
'Laura..kau membuatnya kecewa, kau menyakitinya...ahh bodo..intinya aku belum siap' menggumam kemudian memijat pelipisnya dan menghempaskan tubuhnya di ranjang.
terima kasih othorku🤣🤣🤣💯💯💯👏👏👏