NovelToon NovelToon
Guruku Suami Rahasiaku

Guruku Suami Rahasiaku

Status: tamat
Genre:Nikahmuda / Cinta Seiring Waktu / Tamat
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Yunita, siswi kelas dua SMA yang ceria, barbar, dan penuh tingkah, tak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis saat orang tuanya menjodohkannya dengan seorang pria pilihan keluarga yang ternyata adalah guru paling killer di sekolahnya sendiri: Pak Yudhistira, guru Matematika berusia 27 tahun yang terkenal dingin dan galak.

Awalnya Yunita menolak keras, tapi keadaan membuat mereka menikah diam-diam. Di sekolah, mereka harus berpura-pura tidak saling kenal, sementara di rumah... mereka tinggal serumah sebagai suami istri sah!

Kehidupan mereka dipenuhi kekonyolan, cemburu-cemburuan konyol, rahasia yang hampir terbongkar, hingga momen manis yang perlahan menumbuhkan cinta.
Apalagi ketika Reza, sahabat laki-laki Yunita yang hampir jadi pacarnya dulu, terus mendekati Yunita tanpa tahu bahwa gadis itu sudah menikah!

Dari pernikahan yang terpaksa, tumbuhlah cinta yang tak terduga lucu, manis, dan bikin baper.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2 — Rencana Gila Keluarga

Siang itu, di kantin, Yunita duduk bersama tiga sahabat perempuannya: Nadia, Salsa, dan Rara, serta satu teman cowok paling dekat, Reza.

Reza duduk di seberang, menatap Yunita sambil tersenyum hangat.

“Kamu kenapa lesu banget? Biasanya kalau habis pelajaran Pak Yudhistira, kamu langsung ngeluh seharian.”

“Capek hati,” jawab Yunita dramatis sambil menggigit sedotan minuman.

“Guru killer itu... bikin hidup gue kayak drama.”

“Drama komedi atau horor?” tanya Salsa.

“Campur. Tapi kalau dia nggak galak, kayaknya lumayan ganteng juga deh.”

Seketika Reza tersedak minuman. “Apa?! Ganteng?”

Yunita meliriknya. “Eh, iya, tapi maksudku... ganteng kayak boneka pajangan. Cuma buat dilihat, bukan buat disayang.”

“Bagus. Soalnya kamu udah punya yang sayang kamu,” kata Reza lembut.

“Siapa?” tanya Yunita polos.

Reza menunjuk dirinya sendiri sambil senyum malu-malu.

Sahabat-sahabat mereka bersorak kecil. “Cieee Rezaaa~ Akhirnya nembak juga!”

Yunita tersipu. “Jangan bercanda, ah.”

“Siapa yang bercanda? Aku serius,” ujar Reza, menatapnya lekat. “Kalau aku lulus nanti, aku bakal nembak kamu beneran.”

Jantung Yunita berdetak cepat. Ia menunduk, tak berani menatapnya.

Reza memang teman dekatnya sejak SMP. Selalu ada, selalu perhatian.

Andai saja tidak ada hal aneh menunggunya di rumah nanti, mungkin ia akan menyambut kata-kata itu dengan bahagia.

 

Malamnya, di rumah besar keluarga Yunita, suasana justru tak tenang.

Ibunya, Bu Ratna, duduk di ruang tamu bersama Ayahnya, Pak Heru, dengan wajah serius. Yunita baru saja pulang dari les tambahan dan langsung disuruh duduk.

“Yunita,” ucap sang ibu dengan nada pelan tapi tegas, “Mama mau bicara hal penting.”

“Waduh… ini nada-nada ujian hidup,” gumam Yunita pelan.

“Apa tadi?” tanya ayahnya tajam.

“Nggak, Pah! Yunita siap mendengar”

Bu Ratna tersenyum tipis. “Kamu sudah besar. Umur tujuh belas tahun, kan?”

“Baru masuk tujuh belas Ma.”

“Nah, jadi Mama pikir ini waktu yang tepat.”

“Untuk apa?”

“Untuk kamu… dijodohkan.”

.

.

.

“HAH?!”

Teriakan Yunita hampir menjatuhkan vas bunga di meja. “MA—MA—MAKSUDNYA APA?! Aku masih SMA!”

Pak Heru menatapnya dengan wajah tenang tapi serius. “Ini perjanjian keluarga lama. Waktu Papa masih muda, Papa pernah berjanji pada sahabat Papa untuk menjodohkan anak-anak kita.”

“Dan sekarang saatnya janji itu ditepati,” sambung ibunya.

“Enggak bisa dong! Aku belum siap nikah! Aku bahkan belum punya pacar—eh, belum punya pacar yang resmi!” katanya cepat.

Bu Ratna menatap lembut. “Nak, ini bukan pernikahan besar. Hanya ikatan sederhana dulu. Nanti kalau kamu sudah lulus kuliah, bisa dilanjutkan secara resmi.”

“Tetep aja, Ma! Aku masih sekolah! Siapa sih orangnya sampai segitunya harus buru-buru dijodohin?!”

Ayahnya tersenyum kecil. “Kamu kenal, kok.”

“KENAL?! SIAPA?!”

Pak Heru membuka map berisi foto. Ia menyerahkan selembar kertas kepada Yunita.

Saat matanya jatuh pada foto itu… napasnya langsung tercekat.

Wajah itu rahang tegas, kacamata tipis, tatapan dingin tapi memikat.

Bibir Yunita bergetar.

“INI—INI—INI KAN—!!”

“Ya,” sahut ibunya tenang. “Pak Yudhistira.”

“GURU KILLER ITU, MAA?!” jerit Yunita sambil berdiri. “NGGAK MUNGKIN!!”

“Dia anak dari sahabat Papa,” jawab ayahnya mantap. “Dan dia sudah setuju.”

Yunita menatap kedua orang tuanya dengan mata membulat. “Setuju?! Pak Killer itu setuju nikah sama muridnya sendiri?! Dia pasti kena hipnotis!”

Bu Ratna mengelus kepala putrinya. “Dia bilang akan menjaga kamu dengan baik. Dia orang yang bertanggung jawab, Nak.”

“Tapi Ma, Pa… aku masih pengen main, masih pengen jadi remaja normal! Masa baru tadi pagi aku diceramahin karena gambar hati di papan, malamnya aku disuruh jadi istrinya?!”

Ayahnya menatap dalam. “Kadang, jalan hidup memang tak terduga.”

“Tapi ini terlalu nggak terduga!”

Malam itu Yunita berlari ke kamarnya sambil menjerit pelan di bantal.

“YA TUHAN, KENAPA DUNIA SEKEJAM INI?!”

 

Keesokan paginya, di sekolah, Yunita datang dengan mata bengkak.

“Kenapa lo?” tanya Nadia heran.

“Jangan tanya,” jawab Yunita lemas. “Pokoknya mulai hari ini, hidup gue berakhir.”

“Lo di tembak Reza.?”

“Lebih parah.”

“Lo ketahuan nyontek?”

“Lebih parah.”

“Lo di DO?”

“Lebih PARAH!”

Sebelum sempat menjelaskan, suara berat khas seseorang terdengar di depan kelas.

“Selamat pagi.”

Semua murid berdiri. Yunita refleks menunduk dalam.

Di depan kelas berdiri Pak Yudhistira, rapi seperti biasa dengan kemeja putih dan dasi hitam.

Namun bagi Yunita, kali ini suaranya terdengar berbeda.

Bukan cuma killer… tapi sekarang juga “suaminya masa depan”.

Deg.

“Baik, hari ini kita bahas integral tak tentu. Keluarkan buku catatan kalian,” ucapnya tenang.

Sementara Yunita hanya bisa menatap papan tulis, matanya kosong, pikirannya berputar.

“Gue dijodohin sama… GURU MATEMATIKA?!” Ia menepuk dahinya pelan, lalu berbisik lemah, “Matematika aja susah, apalagi hatinya…”

Dan di sinilah semua kekacauan manis itu dimulai antara murid barbar yang cerewet dan guru killer yang ternyata diam-diam penyayang.

Mereka belum tahu, tapi benih cinta itu… baru saja ditulis di papan kehidupan mereka berdua.

...----------------...

Malam masih muda, tapi di rumah keluarga Yunita sudah seperti medan perang.

Suara Ibu, Ayah, bahkan neneknya bercampur jadi satu, sibuk membicarakan “rencana besar” yang baru saja diumumkan: pernikahan Yunita dan Yudhistira.

Di ruang tengah, Yunita duduk di sofa sambil memeluk bantal, wajahnya penuh protes.

“Ma, Pa, ini beneran? Aku pikir semalem tuh cuma mimpi buruk. Tapi kok sekarang malah jadi kayak rapat keluarga besar sih?!”

Bu Ratna mengangguk dengan tenang. “Ini bukan mimpi, Nita. Ini rencana.”

“Rencana apa? Rencana penghancuran masa remajaku?”

“Jangan drama,” sahut ayahnya, Pak Heru, dengan nada datar tapi sabar. “Kamu tahu kan, Papa dan Om Darma, ayah Yudhistira, sudah bersahabat dari muda. Dulu mereka janji kalau punya anak dengan umur cukup jauh, mereka akan menikahkan anak-anak mereka. Dan ternyata cocok. Kamu tujuh belas, Yudhistira dua puluh tujuh.”

“Cocok dari mananya, Pa?! Umurnya kayak om sama keponakan! Aku masih SMA, dia udah kerja!”

“Justru itu bagus. Kamu bisa belajar banyak darinya,” balas ibunya santai.

Yunita memegangi kepala, ingin pingsan. “Belajar apa, Ma? Belajar menghitung integral sambil masak nasi goreng?!”

“Yunita, tolong jangan teriak-teriak,” kata neneknya sambil mengipas. “Zaman nenek dulu malah nikah umur lima belas. Kamu ini kebanyakan drama.”

“Maaf, Nek, tapi zaman dulu belum ada TikTok dan UNBK. Aku butuh ijazah dulu, bukan akta nikah!”

Bu Ratna tersenyum geli. “Tenang saja, sayang. Pernikahan ini tidak akan diumumkan ke siapa pun. Ini pernikahan rahasia antara dua keluarga. Hanya keluarga inti yang tahu.”

“Rahasia?” Yunita menatap sang ibu dengan dahi berkerut. “Terus aku harus pura-pura jadi murid biasa di sekolah, sementara di rumah jadi istri guru killer itu?!”

Ayahnya menatapnya datar. “Ya.”

“Pa, ini film atau prank sih?”

“Nyata,” jawab sang ayah tegas. “Dan sudah disetujui oleh keluarga Yudhistira.”

Yunita memegangi dadanya dramatis. “Aku harus minum teh manis dulu, takut gula darahku turun.”

bersambung

1
sahabat pena
Luar biasa
sahabat pena
makan cuka
sahabat pena
duh kasian.. tp gpp pacaran setelah menikah lbh menyenangkan loh.
Wulan Sari
lha sudah tamat Thor? bahagia seh tapi rasane kurang pingin nambah karena ceritanya gwmesin lucu,....
yo weslah gpp semangat Thor 💪 salam sukses dan sehat selalu ya cip 👍❤️🙂🙏
inda Permatasari: terima kasih kak atas dukungannya 🙏♥️
total 1 replies
bunda kk
bagus
Cindy
lanjut kak
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Wulan Sari
wkwkwk lanjut gokil lihat pasutri itu 🤣🤣🤣
Wulan Sari
yaaaa pelakor muncul🤦🏼‍♀️thor jangan sampai iepuncut lho enggak banget kepincut pelakor namanya laki2 mokondo sudah punya istri kegoda yg lain amit2 😀😀😀maaf lanjuuut trimakasih Thor 👍
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Wulan Sari
semoga langgeng ya sampai kakek nenek pak guru dan muridnya Aamiin 🤲😀
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Wulan Sari
aku ikut bahagia 💃💃💃
Cindy
lanjut kak
Wulan Sari
cip lanjutkan Thor semangat 💪 Thor salam sukses selalu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!