NovelToon NovelToon
Suster Kesayangan CEO Lumpuh

Suster Kesayangan CEO Lumpuh

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / CEO / Cinta Seiring Waktu / Pengasuh
Popularitas:35.2k
Nilai: 5
Nama Author: Ra za

Sebuah kecelakaan tragis merenggut segalanya dari leon—kesehatan, kepercayaan diri, bahkan wanita yang dicintainya. Dulu ia adalah CEO muda paling bersinar di kotanya. Kini, ia hanya pria lumpuh yang terkurung dalam kamar, membiarkan amarah dan kesepian melumpuhkan jiwanya.

Satu demi satu perawat angkat kaki, tak sanggup menghadapi sikap Leon yang dingin, sinis, dan mudah meledak. Hingga muncullah seorang gadis muda, seorang suster baru yang lemah lembut namun penuh keteguhan hati.

Ia datang bukan hanya membawa perawatan medis, tapi juga ketulusan dan harapan.
Mampukah ia menembus dinding hati Leon yang membeku?
Atau justru akan pergi seperti yang lain, meninggalkan pria itu semakin tenggelam dalam luka dan kehilangan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ra za, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33 Firasat

Leon duduk sendirian di balkon kamar, menatap jauh ke taman belakang rumahnya. Angin lembut menerpa wajahnya, tapi hatinya tetap gelisah. Ia masih memutar ulang kejadian semalam bagaimana Dika dengan tiba-tiba menyerangnya hingga ia terjatuh dari kursi roda, dan bagaimana ia nyaris tidak bisa berbuat apa-apa.

Untung saja nasib baik masih berpihak pada nya sehingga iya bisa mengalahkan Dika meski hanya menggunakan kedua tangan saja.

Matanya menatap ke arah kakinya yang diam tak bergerak. Dengan penuh tekad, Leon menggerakkan pikirannya, memerintah kedua kakinya untuk bergerak.

Tak ada respons.

Namun ia tak menyerah. Lagi dan lagi, ia mencoba. Hatinya membara oleh tekad. Untuk Nayla, untuk ibunya, untuk dirinya sendiri.

Dan saat itu terjadi.

Mata Leon membulat saat ia melihat jari-jari kakinya bergerak sangat pelan, namun nyata. Gerakan kecil yang selama ini ia harapkan.

"Ya Tuhan... dia bergerak... jari-jariku bergerak!" bisiknya penuh haru. "Aku harus segera periksa ke dokter. Ini... ini kemajuan."

Senyumnya mengembang, penuh harapan. Namun momen itu buyar saat sebuah suara lembut memanggilnya.

“Tuan...”

Leon terlonjak kaget, menoleh cepat. Ternyata Nayla sudah berdiri di sampingnya, membawa nampan berisi teh hangat dan beberapa cemilan.

“Kau mengagetkanku!” serunya.

Nayla terdiam. Wajahnya tampak cemas. Ia mengira Leon marah padanya.

Leon tersadar dan tersenyum kecil. “Aku hanya kaget, itu saja. Ayo, duduklah di sini.” Ia mendorong kursi yang ada di sampingnya agar Nayla bisa duduk lebih dekat.

Dengan hati-hati, Nayla meletakkan nampan di meja lalu duduk. “Maaf, Tuan. Saya tidak bermaksud mengkagetkan tuan.”

Leon tertawa pelan. “Kau terlalu sopan hari ini. Padahal biasanya kau cerewet sekali.”

Nayla mencibirkan bibirnya tanpa sadar, membuat Leon semakin gemas.

“Kau berani mencibirku, ya? Sekali lagi kau lakukan itu, aku gigit bibirmu,” ancam Leon setengah bercanda sambil tersenyum nakal.

Nayla buru-buru menutup mulutnya dan menggeleng cepat. “Jangan, Tuan!”

“Kenapa? Tidak sakit kok,” ucap Leon sambil mengambil cangkir teh dan menyesap isinya. Ia mengernyit. “Kenapa teh ini hambar?”

“Tidak mungkin, Tuan. Saya membuatnya seperti biasa,” jawab Nayla cepat.

“Coba kau buktikan. Minum dari cangkir ini,” kata Leon sambil menyodorkan cangkir itu ke arah Nayla.

Ragu-ragu, Nayla menyesap sedikit. “Manis kok, Tuan. Sama seperti biasa.”

Leon kembali menyesap teh itu, lalu tersenyum puas. “Nah, sekarang manis... setelah menyentuh bibirmu.”

Pipi Nayla seketika memerah. Gadis itu menunduk, tak berani menatap Leon yang kini mulai menggoda.

“Kenapa jadi malu? Baru segitu sudah gugup?” tanya Leon, menyadari perubahan ekspresi Nayla.

“Tidak, Tuan. Tidak ada apa-apa,” jawab Nayla cepat, suaranya pelan.

Leon meletakkan cangkirnya lalu menggenggam tangan Nayla lembut. “Kau masih takut dengan kejadian semalam?”

Wajah Nayla menegang. Ketakutan itu masih membekas. “Iya, saya... saya masih merasa ada yang mengawasi, padahal tidak ada siapa-siapa.”

Leon mengelus punggung tangan Nayla dengan ibu jarinya. “Kau tak perlu takut. Selama aku di sini, tak akan ada yang bisa menyakitimu lagi. Dan kalau ada apa-apa, jangan diam. Langsung beri tahu aku.”

“Baik, Tuan...” ucap Nayla pelan, merasa sedikit lega dengan perlindungan dari Leon.

“Oh iya,” ucap Leon tiba-tiba, “Aku merasa panggilan ‘Tuan’ itu terlalu kaku sekarang.”

“Lalu... Tuan mau saya panggil apa?” tanya Nayla bingung.

“Maunya sih kau panggil ‘Sayang’...” jawab Leon dengan senyum penuh arti.

“Ah, mana bisa! Itu terlalu berlebihan. Saya cuma perawat Tuan,” sanggah Nayla, wajahnya semakin merah.

Leon hanya tersenyum simpul, menahan tawa. Dalam hati, ia berjanji. Sekarang mungkin kau perawatku. Tapi setelah aku sembuh, kau akan jadi pendamping hidupku, Nayla.

“Lagipula mana ada perawat yang tidur seranjang dengan majikannya,” goda Leon lagi.

“Lho, itu Tuan yang tidur di ranjang saya! Dan saat saya mau bangun, Tuan malah menarik saya,” Nayla membela diri.

“Tapi kau terlihat sangat nyaman tidur dalam pelukanku,” balas Leon cepat.

“Saya mana tahu, saya kan tidur!” Nayla memalingkan wajah, tak tahan dengan tatapan dan godaan Leon.

Leon gemas melihat tingkah Nayla. Ia segera mencubit pipi gadis itu. “Kenyal banget sih pipinya...”

“Aduh, sakit, Tuan!” protes Nayla sambil memukul tangan Leon.

“Salah sendiri kenyal banget,” ucap Leon sambil tertawa.

“Kalau begitu, saya balas ya!” sahut Nayla sambil menjulurkan tangan dan mencubit pipi Leon. Tidak hanya mencubit, ia juga menarik-nariknya hingga wajah Leon terlihat lucu.

Nayla pun tertawa puas. “Lucu banget sih, Tuan!”

Leon tidak mau kalah. Ia pun membalas mencubit dan menarik pipi Nayla, membuat wajah gadis itu memerah.

Di tengah canda tawa itu, mereka tak menyadari bahwa Gaby sedang berdiri di ambang pintu balkon, memperhatikan mereka dengan senyum haru. Awalnya ia hendak menyampaikan sesuatu pada Leon, tapi niat itu menguap melihat pemandangan di depannya.

Putranya, yang selama ini tertutup dan murung, kini tampak begitu hidup bersama Nayla.

Ini tidak boleh hanya sementara. Nayla harus tetap berada di samping Leon. Mereka harus disatukan dalam sebuah ikatan.

Begitulah isi hati Gaby saat ia perlahan pergi meninggalkan balkon, membawa harapan baru untuk anaknya.

puas saling mencubit dan tertawa lepas, kini suasana di balkon itu berubah hening. Hanya angin sore yang menemani mereka berdua. Senyum masih tersisa di wajah Leon dan Nayla, tapi kini tatapan mereka lebih lembut, seperti tengah menikmati ketenangan setelah badai.

Leon menoleh pelan ke arah Nayla. “Nayla, bagaimana kabar ayahmu?” tanyanya tiba-tiba, membuat Nayla menoleh.

“Baik-baik saja, Tuan,” jawab Nayla lembut. “Setelah dari ruang tamu tadi, saya sempat menghubungi beliau. Ayah terlihat sehat dan tidak kurang suatu apa pun.”

Leon mengangguk pelan. Matanya menerawang sejenak sebelum kembali menatap Nayla. “Kalau begitu, coba hubungi lagi ayahmu sekarang.”

Nayla sedikit bingung. “Untuk apa, Tuan? Kenapa tiba-tiba ingin saya menghubungi ayah?”

Leon tersenyum tipis. “Tidak apa-apa. Apa tidak boleh?”

“Bukan begitu, Tuan…” Nayla terkekeh pelan, lalu mengangguk. “Baiklah, saya hubungi sekarang.”

Gadis itu merogoh saku bajunya dan mengeluarkan ponsel. Dengan cepat ia menekan kontak ayahnya dan menyalakan fitur video call. Tak butuh waktu lama, sambungan pun terhubung. Wajah seorang pria paruh baya muncul di layar, menatap Nayla dengan heran.

“Nayla? Ada apa, Nak? Bukankah tadi kamu baru saja menghubungi Ayah?” tanya sang Ayah lembut.

“Tidak ada apa-apa kok, Ayah,” jawab Nayla sambil tersenyum kecil. “Hanya saja… Tuan Leon ingin menyapa Ayah.”

Nayla lalu membalikkan ponselnya, memperlihatkan wajah Leon kepada ayahnya. Leon tersenyum sopan dan menyapa.

“Selamat sore, Pak. Bagaimana kabarnya?”

Wajah sang Ayah terlihat terkejut sekaligus senang. “Ah, Nak Leon… Sore juga. Ayah baik-baik saja. Nak Leon sendiri, bagaimana keadaannya sekarang?”

“saya juga baik, Pak. Terima kasih sudah menanyakan,” jawab Leon tulus. Suara Leon terdengar lebih hangat dari biasanya.

Obrolan mereka ringan, membahas kesehatan dan cuaca sore ini. Namun di tengah perbincangan hangat itu, suara ayah Nayla mendadak lebih serius. Wajahnya menatap lembut ke arah Nayla yang kembali menghadap layar.

“Nayla,” katanya pelan namun mantap, “Kamu harus jaga diri baik-baik, Nak. Ayah tidak selalu bisa mendampingimu. Tapi kamu harus kuat, ya. Jangan takut, jangan menyerah, dan percayalah bahwa Tuhan selalu bersamamu… Apa pun yang terjadi, kamu harus tetap berdiri.”

Nayla membeku di tempatnya. Matanya berkaca-kaca mendengar kata-kata itu, namun ia berusaha menahan air mata. Ia menoleh ke Leon yang duduk di sebelahnya. Leon tak mengatakan sepatah kata pun, namun jemarinya menggenggam erat tangan Nayla seolah menyampaikan bahwa ia akan menjadi penyangga gadis itu mulai sekarang.

“Ayah bicara apa sih…?” Nayla mencoba tersenyum meski suaranya terdengar berat.

“Ayah hanya merasa… sudah saatnya kamu melangkah sendiri. Tapi jangan khawatir, Ayah akan selalu mendoakanmu,” jawab sang Ayah dengan suara yang semakin lirih.

“Ayah…” ucap Nayla lirih, nyaris berbisik.

“Sudah, Nak. Jangan sedih. Ayah tidak ke mana-mana… hanya ingin kamu siap dengan segala kemungkinan,” ucap ayahnya, mencoba terdengar tenang.

Percakapan pun diakhiri dengan senyum yang dipaksakan oleh Nayla dan salam hangat dari Leon.

Setelah panggilan ditutup, Nayla menunduk. Diam. Tidak ada suara selain hembusan angin. Leon mengangkat tangan Nayla, menggenggamnya erat.

“Nayla…” panggil Leon pelan, suaranya lembut dan penuh perhatian.

Gadis itu menoleh, mencoba tersenyum meski senyumnya tampak rapuh.

Leon menarik napas pelan, lalu berkata, “Ayo besok pagi kita ke rumahmu.”

Nayla terkejut sejenak. “Ke rumah… saya, Tuan?” tanyanya pelan.

Leon mengangguk, matanya serius namun penuh kelembutan. “Aku ingin menemui ayahmu secara langsung. Dan… aku rasa kamu juga akan merasa lebih tenang kalau bisa bertemu beliau. Aku nggak mau kamu menyimpan rasa khawatir sendirian.”

Nayla menatap Leon, tersentuh oleh perhatian yang tulus dari pria itu. Hatinya terasa hangat, seolah seseorang datang untuk menampung semua resah yang sedari tadi ia pendam.

“Iya, Tuan… terima kasih,” ucap Nayla lirih, disertai senyum kecil yang kali ini terlihat lebih hangat

Sebenarnya sejak pagi, perasaan Nayla memang sudah tidak enak. Ia sendiri tak tahu apa penyebabnya. Semuanya terasa mengganjal di hati. Dan setelah mendengar pesan ayahnya barusan, perasaan itu semakin menjadi. Seperti firasat yang sulit dijelaskan, tapi jelas membebani.

1
Kimchi
critany luar binasa thor suka
Kimchi
buatlah crarissa dpt karma sm si davin ,,gmn rasa sakit.pgn ngliht berdua mati samber petir .
LISA
Rencana apa nih ?
Sunaryati
Semoga lancar sesuai rencana pernikahannya, jangan sampai Clarissa bisa mengganggu atau mendekati
Mar lina
semoga lancar pernikahannya
tak ada gangguan apa pun
dan Segera bisa jln untuk mempelai pria nya
lanjut thor ceritanya
do tunggu up nya
LISA: Amin..moga aj rencana liciknya Clarisa gagal..
total 1 replies
Dafi Maulana
jangan ada drama batal kawin thor,dan jangan sampai si sundal mangacaukan semua nya
LISA
Wah ikut senang nih Nayla udh menerima lamaran dari Leon..moga Leon segera dpt berjln kembali..bahagia selalu y Nayla & Leon 😊🙏
Mar lina
aku mampir
lanjut bacanya
Yani Sugondo
aaaah, sebentar lgi nayla, sabar
mungkin ini karena masih Leon yg dingin dan nayla polos dan pemalu,
up yg rutin thoor
LISA
Semangat Leon utk menarik hatinya Nayla
LISA
Leon koq g mau mengakui perasaannya ke Nayla..jujur aj Leon spy Nayla g merasa dinikahi hanya karena kmu kasihan pdnya
Umi Al'Zidane
konflik nya jangan yg berat2 thor.../Smirk//Smirk/
Nadhiraaa
lanjut thor...crtnya menarik
LISA
Moga ayahnya Nayla dpt pulih kembali.
𝐈𝐬𝐭𝐲
lanjut thor
Sunaryati
Semoga harapan Ny Giba dikabulkan
LISA
Puji Tuhan..Leon benar² dapat menerima Nayla bahkan meminta agar Nayla ada selalu di dekatnya..perkembangan yg bagus moga dgn itu kaki Leon dpt pulih kembali.
LISA
Sepertinya Leon dapat menerima Nayla sebagai perawatnya..
LISA
Moga Nayla kuat menghadapi sikap angkuhnya Leon..semangat y Nay..
LISA
Tuhan buka jalan utk biaya pengobatan papanya Naila & kebutuhan bibinya..yg sabar & kuat y Nai..Tuhan besertamu 🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!