NovelToon NovelToon
AKHIRNYA MENYESAL

AKHIRNYA MENYESAL

Status: sedang berlangsung
Genre:Saling selingkuh / Pihak Ketiga / Pelakor / Balas Dendam
Popularitas:16.2k
Nilai: 5
Nama Author: Hasri Ani

Saat kehamilan itu benar-benar terjadi pada Livia, dia bermaksud memberikan kejutan dengan datang ke kantor suaminya untuk mengabarkan kabar bahagia tersebut.

Tapi apa yang dia dapatkan, sangatlah mengguncang perasaannya.

Ternyata di ruangannya, Alex tengah bersama seorang wanita berparas lembut, dengan gadis kecil yang duduk di pangkuannya.

Bukannya merasa bersalah, setelah kejadian itu Alex malah memberi pernyataan, "kita berpisah saja!" Betapa hancur hati Livia. Dia tak menyangka, Alex yang begitu

mencintainya, dengan mudah mengatakan kata-kata perpisahan. Lalu apa jadinya jika suatu hari Alex mengetahui kalau dia sudah menelantarkan darah dagingnya sendiri dan malah memberikan kasih sayangnya pada anak yang tidak ada hubungan darah dengannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasri Ani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DAN HARI ITU TIBA

"D-Dokter Rudy?" Suara Ishana gugup dan bergetar. Lelaki itu mengangguk sambil tersenyum.

"Apa kabar? Lama tidak bertemu, ya... Ini pasti Keysha, yang waktu itu masih bayi, kan?"

Ishana hanya mengangguk. Tubuh wanita itu mendadak panas dingin. Ada ketakutan terpancar dari matanya.

"Kalian saling kenal?" tanya Alex kaget. Masalahnya, empat tahun yang lalu Rudy melanjutkan spesialis bedah di Amerika.

"Ishana ini dulu pasien bokap gue, dan gue suka bantuin beliau waktu..."

"Waktu aku dan Mas Adam kecelakaan," sambung Ishana cepat. Matanya mengarah ke Rudy dengan tatapan penuh harap, seolah ingin mengatakan, "Tolong jangan bilang apa pun pada Mas Alex!"

Rudy sepertinya paham. Dia pun tak melanjutkan obrolan tentang Ishana. Biar bagaimanapun, sebagai dokter, dia harus merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, termasuk identitas, informasi medis, dan hasil pemeriksaan, bahkan setelah pasien meninggal dunia. Kerahasiaan ini diatur dalam sumpah dokter dan berbagai peraturan perundang-undangan, seperti Undang-Undang Praktik Kedokteran dan Kode Etik Kedokteran.

"Jadi, hubungan kalian?" tanya Rudy penasaran, bibirnya senyam-senyum nakal.

"Ishana bini gue," jawab Alex spontan, membuat Rudy sedikit kaget. Masalahnya, dia tahu persis keadaan Ishana. Dulu, jika ia liburan ke Indonesia, Alex sering curhat kalau Livia belum juga hamil, padahal dia sudah sangat merindukan kehadiran seorang bayi.

Sementara sekarang, dia married sama Ishana.

Padahal rahim wanita ini sudah diangkat saat setelah mengalami kecelakaan dulu.

Rudy menarik napas dalam. Ada rasa tak nyaman menyergap dadanya, tapi ia tetap berusaha tersenyum seolah tak ada yang salah.

"Wah, selamat ya, Lex. Gue gak nyangka Lo malah udah nikahin Ishana, mantan pasien bokap gue." ucapnya dengan nada datar yang tersamar rapi.

Alex tertawa ringan, lalu menepuk bahu Rudy. "Gue pikir lo udah nggak balik-balik dari Amerika, kepincut cewek rambut blonde." keduanya tertawa ngakak.

"Ya... baliklah, karena bokap sakit. Sekalian bantuin di rumah sakit juga," jawab Rudy.

Tatapannya sempat mengarah pada Ishana, yang kini memeluk Keysha erat-erat. Wajah wanita itu pucat. Matanya tak berani menatap balik. Rudy tahu, Ishana

Sedang dilanda kepanikan luar biasa.

Apalagi sekarang, dia istri dari pria yang dulu begitu menginginkan anak.

Ironisnya, rahim wanita itu telah lama tiada.

Rudy masih ingat jelas, prosedur histerektomi itu dilakukan setelah kecelakaan yang hampir merenggut nyawa Ishana. Dia sendiri yang membantu ayahnya melakukan operasi itu.

Dan sekarang... Ishana berdiri di depannya, bersama Alex, sahabatnya yang dulu sering curhat tentang istrinya, Livia, yang belum juga hamil.

Apa Alex tahu tentang keadaan Ishana?

Tahu kalau istrinya yang sekarang tak lagi bisa mengandung?

Rudy menahan diri untuk tidak menunjukkan keterkejutannya. Sebagai dokter, dia tahu batasnya. Tapi sebagai manusia biasa, ia tak bisa memungkiri rasa penasaran dan gejolak moral yang perlahan mencuat di dalam dirinya.

Apalagi jika semua ini adalah bagian dari kebohongan besar yang belum terungkap.

Ishana menunduk. Telapak tangannya dingin dan berkeringat. Ia bisa merasakan detak jantungnya berlomba dengan ketakutannya sendiri.

Dia tahu, cukup satu kalimat dari Rudy satu saja

Dan seluruh hidupnya akan runtuh.

Suasana sempat hening. Rudy masih berdiri di hadapan mereka dengan senyum yang dipaksakan, sementara Ishana terus menunduk.

Keysha merapat pada tubuh ibunya, seolah ikut merasakan kegelisahan yang tidak ia pahami.

Tiba-tiba suara pengumuman dari pengeras suara memecah keheningan.

> "Kepada para penumpang pesawat Garuda Indonesia dengan tujuan Jakarta, dipersilakan bersiap menuju gate 7. Boarding akan dimulai dalam sepuluh menit."

Alex spontan melirik arlojinya. "Kita harus jalan sekarang."

Dia meraih koper, lalu mengangguk singkat ke arah Rudy. "Kapan-kapan kita ngobrol lagi. Kayaknya banyak yang harus kita obrolin."

"Ya, gue juga senang ketemu kalian. Hati-hati di jalan." Rudy mencoba tetap tenang, meski pikirannya masih berputar soal Ishana.

Ishana masih diam, bahkan tidak mengucapkan salam perpisahan. Tapi sebelum benar-benar pergi, dia sempat menatap Rudy. Sekilas.

Tatapan yang dalam, penuh pesan tersembunyi. Tatapan seorang wanita yang berharap masa lalunya terkubur untuk selamanya.

Rudy membalasnya dengan senyum tipis. Tidak ada kata, tapi juga tak ingin mengucap janji apapun untuk menjaga rahasia yang seharusnya tidak menjadi rahasia.

Karena dalam membina pernikahan, yang seharusnya diutamakan adalah kejujuran.

Langkah Alex makin cepat. Keysha digendongnya sekarang, sementara Ishana berjalan di sisi, masih terlihat gugup.

Mereka melangkah menuju gate 7. Meninggalkan Rudy, meninggalkan Bali, dan meninggalkan pertanyaan-pertanyaan yang menggantung di udara.

Tapi pertanyaan paling besar adalah...

Sampai kapan rahasia Ishana bisa bertahan?

Beberapa bulan kemudian, di sebuah ballroom hotel bintang lima di Bali, milik Erick Giordano suami dari dokter Chiara, sepasang suami istri baru tengah larut dalam kebahagiaan.

Dentingan piano mengalun lembut, lampu kristal berpendar hangat, dan ruangan dipenuhi harum bunga putih yang mewah tapi tak berlebihan.

Livia tampak memesona dalam balutan gaun pengantin ivory klasik rancangan desainer Italia.

Sederhana, tapi elegan. Tangannya bertaut erat dengan tangan Sean. Pria yang sudah sejak lama memendam cinta untuknya. Dan dengan segala kesabarannya, akhirnya mampu menghidupkan kembali hati Livia yang sudah mati akibat pengkhianatan Alex.

Tak ada satu pun undangan yang hadir dari kehidupan lamanya, kecuali Ibu panti Rosi dan mbak Ira.

Tidak ada Alex, apalagi keluarganya, termasuk Aletta yang sudah seperti kakaknya sendiri.

Livia sengaja menghilang dari mereka, demi melindungi keberadaan Cello.

"Selamat ya Livia, Sean, Tante dan Om doakan, semoga kamu selalu mendapatkan kebahagian dan hidup rukun selamanya."

Chiara dan Erick berdiri di depan mereka dengan Cello di gendongan Erick, menatap penuh kebahagiaan, seolah yang menikah adalah putri mereka. Bahakan mata Chiara terlihat berkaca-kaca. Cello berada di gendongan Erick, den mengenakan tuxedo mungil, melekat di tubuhnya. Persis sama dengan tuxedo yang dikenakan Sean.

"Terimakasih Tante... Om... aku sangat menghargai kebaikan kalian. Kalian selalu ada disaat aku membutuhkan. Aku seperti memiliki orangtua yang tak pernah ku miliki." Ucap Livi dengan mata berembun. Rasa haru dan bahagia bercampur di dada. Chiara langsung memeluknya

"Iya sayang, Tante dan Om nggak keberatan kok, kamu anggap kami seperti itu."

"That's enough, it's a happy day, no tears!" Tegur Erick sambil terkekeh dan mencium pipi Cello dengan gemas saat sang bayi gemoy ikut-ikutan terkekeh.

Setelah Chiara dan Erick, giliran Siska dan Dario, yg juga menyampaikan doa serta kebahagiaan mereka, memiliki menantu seperti Livia.

"Semoga ini yang terakhir dan selamanya, Liv. Semoga Cello cepat punya adik." Kata Rossi dan Ira

"Selamat Bu Livia, doa saya selalu yang terbaik untuk Bu Livia, tuan Sean dan tentu saja untuk dedek gemoy, Cello."

Elis tak ketinggalan memberikan ucapan selamat dan doanya

Livia tak lepas memasang wajah bahagianya. Hari ini adalah milik. Hari di mana ia menutup buku lama, dan benar-benar menulis bab pertama yang baru.

"Are you happy?" bisik Sean pelan, menatap mata Livia dengan lembut.

Livia mengangguk. Senyumnya kecil, tapi tulus.

"I think... for the first time in a long while, yes. I'm happy."

Mereka tersenyum satu sama lain, lalu melangkah ke tengah ruangan. Musik berubah menjadi alunan dansa pertama. Semua tamu bersorak, mengangkat gelas, bertepuk tangan.

Livia menari dalam pelukan pria yang kini resmi menjadi suaminya.

Sudah lewat tengah malam saat mereka tiba di suite hotel. Udara hangat Bali menyelinap masuk lewat balkon yang terbuka, membawa suara ombak dari kejauhan. Lilin-lilin kecil menyala, menyebarkan aroma lavender yang menenangkan.

Livia berdiri di depan cermin, melepas sanggul perlahan. Sean memperhatikannya dari belakang. Bukan dengan tatapan penuh hasrat, tapi dengan rasa kagum yang tulus.

Istrinya

Perempuan yang dulu hanya bisa ia lihat dari kejauhan, kini berdiri di depannya... dan akhirnya jadi miliknya.

"Kenapa liatin aku seperti itu?" Suara Livia bergetar dan jantungnya semakin berdegup, saat Sean berjalan mendekat. Ia berdiri tepat di belakangnya, lalu menyentuh pundak Livia. "Cantik." Bisiknya, tepat di telinga Livia.

Dia menatap pantulan mereka berdua di cermin. Tangannya menyusup ke jari-jari Livia, menggenggamnya erat.

"Kamu cantik sekali malam ini," Sean kembali berbisik. Napas hangatnya menggelitik rongga telinga Livia. Membuat wanita itu bergidik geli.

Livia tersenyum. "Cuma malam ini?"

Sean tertawa pelan. "Setiap saat. Tapi malam ini kamu istri aku. Itu yang membuat beda."

Livia menatapnya. Wajah Sean yang hangat, sorot matanya yang tenang, membuat hatinya ikut tenang. Ia tidak merasa tegang atau gugup. Justru nyaman, dan... siap.

"Aku tak pernah menyangka, kamu akan menjadi milikku sekarang. Dulu, aku hanya bisa melihatmu, karena kamu milik pria lain. Tapi entah kenapa, aku tetap menunggumu. Bukan karena aku yakin saat ini akan datang, tapi karena aku tak bisa pergi.

Livia menarik napas panjang, lalu memeluk Sean. Tidak ada air mata. Yang ada hanya kelegaan, dan rasa dihargai.

"Maaf ya, dulu aku hanya melihatmu sebagai atasanku." ucapnya pelan. "Aku pernah buta. Aku pernah keliru melihat siapa yang benar-benar sayang sama aku."

Sean mencium ubun-ubunnya. "Tidak usah minta maaf. Cukup malam ini kamu di sini. Sama aku."

Livia mendongak. Wajah mereka hanya berjarak beberapa inci.

Sean mengangkat tangan, menyentuh wajah cantik istrinya. Mengusap lembut garis rahangnya, lalu menyelipkan rambut yang jatuh ke pipi.

"Boleh aku cium kamu?"

Livia tidak menjawab. Dia hanya mengangguk pelan, dan Sean langsung menunduk, mencium bibirnya.

Ciuman itu tenang, tidak tergesa. Lembut di awal, lalu semakin dalam. Sean memeluk pinggangnya, menariknya lebih dekat, dan Livia membalas ciumannya dengan sepenuh hati. Semua rasa yang dulu tak pernah tersampaikan, meledak dalam satu momen itu.

Saat mereka melepas ciuman, napas keduanya masih beradu. Mata mereka tetap saling menatap.

"Aku menyayangimu dan Cello," bisik Sean, kali ini lebih lirih.

"Aku tahu," jawab Livia, dan ia pun kembali menarik wajah Sean untuk mencium lagi... lebih dalam, lebih hangat. Bahkan mulai memercikkan bara api gairah.

Hingga tak tahu siapa yang memulai, kedua tubuh itu sudah polos. Tak menghalangi jemari mereka untuk saling menyentuh, meremas dan saling mengenali lekuk tubuh satu sama lain. Menciptakan keintiman yang mereka bangun bersama. Tidak hanya soal napfsu, tapi karena ingin menikmati setiap detik. Kalau malam ini adalah milik mereka berdua, sepenuhnya.

Di atas ranjang, dalam pelukan yang erat, keringat yang membasahi tubuh dan napas tersengal. Mereka saling memiliki untuk pertama kalinya. Bukan sekadar menyentuh tubuh, tapi menyentuh hati yang selama ini menunggu dalam diam.

1
Ayudya
ayolah buat nathali jerah dan ga nganggu keluarga kecil mu lagi
Mundri Astuti
ga bisa dibiarin ni mah Sean ...kudu dibikin kapok
Ayudya
nat niat iri dan akan menghancurkan mu
Dila Dilabeladila
sukurin dan lo akan lebih menyesal pafa saat tau klu itu anak lo.behhhhhhhh
Hasri Ani: sabar saaaay sabaaar🤣🤣🤣
total 1 replies
Ayudya
maem tu sesal lex🤣🤣🤣🤣🤣
Hasri Ani: 🤣🤣penyesalan emang sllu belakng say.. klw di awal itu pendaftaran nmnya🤣🤣
total 1 replies
Ayudya
lah siapa lagi tu yg teriak teriak kayak tarzan
Ejan Din
punya niat jd pelakor
Ayudya
seru dan menarik
kalea rizuky
lanjut donk
kalea rizuky
dih lu yg mandul
kalea rizuky
hahahaah mampus lu lek istri lu g ada rahim
kalea rizuky
woy Sean putusin dlu lampir serakah jg lu mau dketin Livia kok masih punya pcr mana mau livia
kalea rizuky
dih siapa loe lek ngatur
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!