perjalanan anak remaja yang berusaha bekerja keras , namun perjuangannya penuh dengan duri
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bang deni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Fitnah
Hari ini Rangga ujian Praktek, Rangga mengambil jurusan Bangunan karena ia bercita cita ingin menjadi Arsitek .
" Rangga , sketsa yang kamu buat sudah sangat bagus , perincian bahan bahan yang di butuhkan pun pas " pak Atmo yang menjadi guru praktek memuji hasil praktek Rangga
" terima kasih pak" ucap Rangga senang ,
" belajar lebih giat yah" ucap pak Atmo
" ya pak, saya pasti belajar dengan giat demi cita cita saya" jawab Rangga bersemangat.
Rangga termasuk pintar , teman teman satu jurusan dengannya sering meminta bantuan padanya, bahkan bila ada tugas banyak temannya yang sanggup membayar asal mereka terima beres tugasnya namun Rangga tak pernah tahu, bila ia yang mengerjakan maka teman temannya nantinya tak akan pernah bisa, ia membantu mereka memberikan cara mengerjakannya bukan memberikan hasil akhir.
" gw yakin loe nanti pasti jadi Arsitek terkenal " ucap Didi , teman sebangku Rangga
" do'ain aja Di" sahut Rangga tersenyum.
" Perhatian semuanya!" pak Atmo di depan memberikan isyarat dan berkata lantang , ruang praktek seketika menjadi hening
" ada apa pak?" Bimo ketua kelompok bertanya ,
" Minggu depan kita akan melakukan kemah di kaki gunung Tanggamus, itu untuk penambahan nilai ekstra kurikuler Pramuka, jadi siapkan diri kalian, kita akan berkemah PERJUSAMI , selama tiga hari." ucap pak Atmo
" Horeeee!" seluruh siswa bersorak, ruang praktek jurusan bangunan menjadi berisik.
" tok tok tok" pak atmo mengetok meja dengan keras
" kalian jangan mengganggu kelas lain yang sedang praktek !" tegur pak Atmo .
" he he he ,maaf pak, kami terlalu bergembira"" ucap Bimo sambil tersenyum malu, karena suaranya tadi yang paling besar.
" ya sudah, karena ujian praktek sudah beres, kalian boleh pulang, Bimo pimpin doa" ucap pak Atmo.
" ya pak, berdoa di mulai!" teriak Bimo , " berdoa selesai, " baru Bimo selesai berteriak, para murid sudah berhamburan menuju pak Atmo, mereka menyalami pak Atmo sebelum mereka keluar kelas.
" Ngga ikut gw aja" kan toko loe kelewatan sama arah gw pulang " ajak Didi, rumahnya memang melewati pasar bawah tempat Rangga bekerja ,
" ga , ngerepotin?" tanya Rangga , walau berteman dekat , Rangga tak mau memanfaatkan mereka.
" ga , ayo naik," ajak Didi, sambil menyerahkan helm pada Rangga.
" terima kasih Di" ucap Rangga.
" santai aja, loe kaya sama siapa aja" ucap Didi.
" ya udah gw di sini aja" ucap Rangga saat sampai di depan Ramayana Tanjung karang, ia bekerja di salah satu toko yang berada di jalan Bengkulu, di sebrang jalan Ramayana .
" terima kasih Di, hati hati di jalan" ucap Rangga turun dari boncengan motor.
" sama sama , eh itu helmnya lepasin dulu" tegur Didi yang melihat Rangga yang mau menyebrang
" he he he, sorry gw lupa " Rangga terkekeh kecil , dengan cepat ia melepas helm yang di pakainya dan menyerahkan pada Didi .
" ya udah gw balik" Didi melajukan motornya mengarah ke kampung sawah lama .
Rangga dengan cepat menyebrang menuju tokonya , ia biasa datang setelah dhohor sekitar jam 1 an, hari ini dia datang lebih cepat karena ujian praktek .
" Rangga , jangan dulu kerja di panggil bos !" Eki yang melihat Rangga akan berganti pakaian menegur terlebih dahulu.
" oh, iya makasih kak" Rangga bergegas cepat menuju tempat bosnya.
Di meja bos , Rangga melihat kain yang biasa ia pakai bebersih etalase, dan juga tasnya .
" bos manggil saya" tanya Rangga
" ini tas kamu?" tanya bos, Rangga agak kaget mendengar nada suara bosnya yang terdengar sinis
" iya bos, itu tas saya ketinggalan kemarin, ada apa bos?" tanya Rangga tak mengerti
" ada apa saja di tas kamu?" tanya si bos menyelidik
" cuma uang receh sama handuk kecil bos" jawab Rangga seadanya
" uang receh??" si bos menatap tajam rangga , melihat apa Rangga berkata jujur atau tidak.
" ia ,paling hanya ada 30 ribuan bos"
" kalau ini apa uang receh" si bos mengeluarkan uang merah seratus ribuan tiga lembar dari tas pinggang Rangga, Rangga kaget melihat uang tiga ratus ribuan ada di tasnya.
" itu bukan uang saya bos, jelas saya masih ingat kalau uang saya hanya tiga puluhan, mungkin ada yang sengaja menaruh di sana atau uangnya beranak kaya pinjol" sangkal Rangga .
" saya kehilangan uang di laci satu juta, dan uang ini ada di kamu!" ucap si bos dengan suara meninggi.
" bukannya ada cctv bos?" tanya Rangga , si bos tak menjawab hanya melemparkan lap yang biasa Rangga pakai dan juga foto kamera yang di tutupi oleh kain itu
Sekarang Rangga mengerti, rupanya ada yang memfitnah dirinya , ia tak bisa mengelak, karena barang bukti ada di tasnya.
" sekarang terserah si bos, mau percaya atau tidak , saya tidak mengambil uang itu, mungkin ada yang tak suka saya bekerja di sini" ucap Rangga , ia melirik sekilas pada Eki yang berdiri tak jauh dari si bos.
" mulai sekarang , kamu ga perlu kerja lagi, ini uang gaji kamu , saya potong dengan kehilangan saya" ucap si bos menyerahkan tujuh lembar uang merah ratusan ribu.
Rangga menghela napas , dengan pelan ia mengambil uang yang di berikan si bos , ia di gaji satu juta tujuh ratus sebulan ,dengan uang makan 10 ribu sehari
" terima kasih bos," Rangga mengambil tas pinggang nya dan keluar dari toko .
" hei kamu kenapa?" mawar yang melihat Rangga keluar dari toko dengan wajah murung bertanya
" eh , ga ada apa apa mbak cuma di pecat" ucap Rangga sambil berusaha tersenyum.
" di pecat?" mawar heran , setahu dia Rangga orangnya rajin, dan tak pernah mengeluh .
" hei ga usah dekat dekat sama maling mawar!" Eki yang keluar dari toko melihat Rangga dan Mawar sedang mengobrol di depan toko mawar.
" maling?" mawar bergumam dengan pelan, dan menatap Rangga dengan penuh selidik.
" ya , bos kehilangan uangnya satu juta dan entah kenapa uangku yang tadinya hanya 30 ribu jadi ada 300 ribu, " ucap Rangga santai , baginya terserah orang mau menilainya seperti apa, selama dia tidak melakukannya nanti juga pasti kelihatan siapa yang salah.
mawar mundur menjauh, dan sambil menggeleng ia masuk ke dalam tokonya.
Rangga hanya bisa tersenyum masam, dia melihat Eki yang tertawa senang, walau Rangga curiga dengan Eki namun tak ada bukti, ia hanya bisa memendam rasa kesalnya saja.
dengan uang yang ada di tangannya Rangga mencari sepatu yang cocok di toko toko yang berjajar di jalan pemuda sampai Simpur .
Namun nama semua toko menolak melayani Rangga , dia yang di tuduh mencuri uang bosnya entah dari mana seluruh toko mengetahuinya.
" hais, sepertinya aku menyuruh orang lain saja membeli sepatu Andri" keluh Rangga. Ia menelpon Didi berharap bisa membantunya, namun entah mengapa Didi tak mengangkat telponnya dan saat di hubungi lagi sama sekali tak bisa.
" Beli di loakan dulu saja lah, untuk sementara" ucap Rangga ,ia berjalan dengan gontai ke pasar bawah di mana banyak pasar loak yang menjual barang bekas .