NovelToon NovelToon
Bermimpi Di Waktu Senja

Bermimpi Di Waktu Senja

Status: sedang berlangsung
Genre:Slice of Life
Popularitas:26
Nilai: 5
Nama Author: Mbak Ainun

Penasaran dengan ceritanya yuk langsung aja kita baca

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 13: Ujian Air

Langit di atas Jakarta tidak lagi berwarna jingga; ia berubah menjadi abu-abu pekat yang menyesakkan. Hujan turun bukan lagi sebagai rintik, melainkan seperti tirai air raksasa yang mencoba menenggelamkan kota. Di Sektor 12-B, permukaan sungai yang biasanya tenang kini berubah menjadi monster cokelat yang menggeram, membawa sampah dan batang pohon yang menghantam apa saja di jalurnya.

Aris berdiri di tepi dermaga darurat, jas hujannya yang tipis berkali-kali diterjang angin kencang. Air sungai sudah mulai meluap, merayap masuk ke area lantai dasar Rumah Senja yang baru setengah jadi.

"Pak Aris! Air naik sepuluh sentimeter setiap jam!" teriak Hendra di tengah deru hujan. "Kita harus mengevakuasi warga ke lantai dua yang sudah terpasang struktur bambunya, sekarang!"

Aris menatap struktur bambu petung yang baru saja mereka laminasi minggu lalu. Ini adalah ujian pertama. Secara teori, bambu memiliki kelenturan yang lebih baik daripada beton saat menghadapi tekanan dinamis air, namun ia tetap merasa cemas. Ribuan nyawa warga bergantung pada perhitungannya di atas kertas yang kini basah kuyup.

"Hendra, arahkan warga masuk ke struktur utama! Gunakan tali pengaman untuk menyeberangi area yang arusnya deras!" perintah Aris.

Satu per satu warga—anak-anak, ibu-ibu, dan para lansia—dipandu masuk ke dalam kerangka Rumah Senja. Bangunan itu tampak seperti sarang burung raksasa yang kokoh di tengah amukan air. Meski lantai bawah terendam, struktur bambu yang diikat dengan teknik baut baja khusus itu tetap stabil, bergoyang sedikit mengikuti arus namun tidak menunjukkan tanda-tanda akan roboh.

Di tengah kepanikan, Aris melihat seorang anak kecil—anak yang dulu memuji gambarnya—terjebak di atas sebuah atap rumah semipermanen yang mulai miring diterjang arus sungai. Ibunya histeris di tepi sungai, tertahan oleh warga lain agar tidak nekat melompat.

"Jangan ke sana, Pak Aris! Arusnya terlalu kuat!" teriak Yudha saat melihat Aris mulai melilitkan tali di pinggangnya.

"Aku yang merancang tempat ini untuk melindungi mereka!" sahut Aris tanpa menoleh. "Jika ada satu nyawa yang hilang, maka bangunan ini hanyalah tumpukan kayu yang tak berguna!"

Aris melompat ke dalam air yang sedingin es. Tubuhnya yang tua segera dihantam oleh arus. Paru-parunya terasa terbakar saat ia mencoba berenang melawan tekanan air yang membawa lumpur. Berkali-kali kepalanya tenggelam, namun bayangan Sarah dan wajah anak itu membuatnya terus menggerakkan tangan.

Dengan sisa tenaganya, Aris berhasil meraih tiang rumah yang hampir roboh itu. Ia memeluk anak tersebut, mengikatnya ke punggungnya dengan kain jarik yang ia bawa.

"Pegang erat, Nak! Jangan dilepas!" bisik Aris di telinga anak itu.

Perjalanan kembali ke struktur Rumah Senja adalah perjuangan antara hidup dan mati. Hendra dan para pemuda warga menarik tali pengaman dengan sekuat tenaga. Saat tangan Aris akhirnya berhasil meraih salah satu pilar bambu utama bangunan itu, sorak-sorai warga pecah di tengah suara petir.

Aris terduduk lemas di lantai dua yang kering, sementara anak itu dipeluk erat oleh ibunya. Tubuh Aris gemetar hebat karena hipotermia, namun ia tersenyum melihat ke arah pilar-pilar bambu itu. Mereka bertahan. Rumah Senja tidak hanya berdiri; ia memberikan perlindungan di saat rumah-rumah lain hancur.

Malam itu, di tengah kegelapan karena aliran listrik diputus, Rumah Senja menjadi satu-satunya tempat yang terang oleh harapan. Warga berkumpul, berbagi selimut dan sisa makanan. Aris duduk di pojok ruangan, dibalut handuk kering oleh Maya.

"Bapak gila," bisik Maya sambil menyodorkan teh hangat. "Bapak bisa saja mati tadi."

"Mati saat melakukan hal yang benar jauh lebih baik daripada hidup selamanya dalam penyesalan, Maya," jawab Aris pelan, suaranya parau.

Tiba-tiba, suara helikopter terdengar di atas mereka. Lampu sorot besar menyinari bangunan bambu itu. Ternyata itu adalah tim penyelamat dan awak media yang sedang memantau banjir Jakarta. Di layar televisi nasional malam itu, jutaan orang melihat sebuah keajaiban: sebuah bangunan "miskin" dari bambu yang berdiri tegak menyelamatkan ratusan warga di saat beton-beton mewah di sekitarnya terendam banjir.

Baskoro, yang menonton dari apartemen mewahnya, hanya bisa menatap layar dengan tangan terkepal. Ia tahu, setelah malam ini, tidak ada lagi fitnah atau sabotase yang bisa meruntuhkan Rumah Senja. Alam sendiri telah memberikan sertifikasi kekuatannya.

Namun, bagi Aris, kemenangan ini terasa pahit. Ia merasakan nyeri yang menusuk di dadanya yang kian hebat. Ia tahu, ujian air ini telah menguras habis sisa-sisa daya tahan tubuhnya. Saat fajar menyingsing di atas air yang mulai surut, Aris menatap langit dengan tenang. Fondasi itu sudah teruji, dan sekarang, ia hanya perlu memastikan bangunan ini benar-benar selesai sebelum "senjanya" sendiri berakhir sepenuhnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!