NovelToon NovelToon
Desa Penjahit Kain Kafan

Desa Penjahit Kain Kafan

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Misteri / Horor / Rumahhantu / Hantu / Iblis
Popularitas:231
Nilai: 5
Nama Author: Mrs. Fmz

Di pinggiran hutan Jawa yang pekat, terdapat sebuah desa yang tidak pernah muncul dalam peta digital mana pun. Desa Sukomati adalah tempat di mana kematian menjadi industri, tempat di mana setiap helai kain putih dijahit dengan rambut manusia dan tetesan darah sebagai pengikat sukma.
​Aris, seorang pemuda kota yang skeptis, pulang hanya untuk mengubur ibunya dengan layak. Namun, ia justru menemukan kenyataan bahwa sang ibu meninggal dalam keadaan bibir terjahit rapat oleh benang hitam yang masih berdenyut.
​Kini, Aris terjebak dalam sebuah kompetisi berdarah untuk menjadi Penjahit Agung berikutnya atau kulitnya sendiri akan dijadikan bahan kain kafan. Setiap tusukan jarum di desa ini adalah nyawa, dan setiap motif yang terbentuk adalah kutukan yang tidak bisa dibatalkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. Fmz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8: Parasit dari Alam Gaib

Aris melihat sebuah parasit baru yang jauh lebih besar mulai keluar dari lubang telinga kakek buyutnya yang kini sudah berdiri tepat di depan mereka. Makhluk itu berbentuk seperti ulat sutra raksasa namun berwarna hitam legam dengan ribuan kaki kecil yang menyerupai jarum-jarum halus. Aroma busuk yang keluar dari liang telinga lelaki tua itu begitu kuat hingga membuat udara di sekitar mereka terasa berminyak dan berat.

"Sekar, jangan biarkan makhluk itu menyentuh tanah atau seluruh ruangan ini akan menjadi sarangnya!" teriak Aris sambil mencoba bangkit meski kakinya masih gemetar hebat.

"Tutup hidungmu Aris, asap yang keluar dari pori-pori parasit itu mengandung racun pemutus napas!" balas Sekar sambil melemparkan bungkusan kain berisi garam suci.

Parasit itu mulai menggeliat liar, mengeluarkan bunyi desisan yang terdengar seperti ratusan gunting yang sedang memotong kain secara bersamaan. Kakek buyut Aris hanya berdiri diam dengan mata yang terjahit benang emas, namun wajahnya tampak menikmati setiap inci penderitaan yang terpancar dari mata cucunya. Makhluk hitam itu perlahan-lahan merayap turun ke pundak lelaki tua tersebut, meninggalkan jejak lendir yang seketika membakar serat pakaian yang dilewatinya.

"Kenapa kakek membiarkan benda menjijikkan itu bersarang di dalam tubuh kakek sendiri?" tanya Aris dengan nada penuh amarah sekaligus ketakutan.

"Ini bukan beban, cucuku, ini adalah pelayan yang menjahit setiap helai umurku agar tidak pernah putus dimakan waktu," jawab sang kakek dengan suara yang bergema dari dalam dadanya.

Sekar Wangi menyadari bahwa kakek buyut Aris sudah bukan lagi manusia, melainkan sebuah wadah hidup yang dipelihara oleh parasit dari alam gaib. Sebagai seorang bidan yang paham akan siklus hidup, ia melihat bahwa detak jantung lelaki tua itu sudah berhenti sejak lama. Kehidupan yang sekarang ia jalani hanyalah hasil dari jahitan sihir yang menyatukan daging busuk dengan energi iblis dari hutan terlarang.

"Aris, kita tidak bisa melawan mereka dengan kekuatan fisik, kita harus memancing parasit itu keluar dari inangnya!" bisik Sekar sambil menyiapkan sebotol sari pati buah mengkudu yang sangat pahit.

"Bagaimana cara memancingnya sementara tanganku sendiri masih terikat oleh benang kutukan ini?" tanya Aris sambil menunjukkan lengannya yang kembali berdenyut.

Sekar tidak menjawab, ia justru menyayat telapak tangannya sendiri hingga darah segar mengucur dan membasahi lantai tanah yang lembap tersebut. Bau darah bidan yang masih murni itu seketika menarik perhatian sang parasit hitam yang mulai menjulurkan kepalanya ke arah Sekar. Makhluk itu tampak haus akan darah yang belum tercemar oleh dosa-dosa penjahit, sebuah mangsa yang jauh lebih lezat daripada daging mayat sang kakek.

Aris melihat parasit itu mulai melompat dari pundak kakek buyutnya, melesat di udara dengan kecepatan yang hampir tidak masuk akal. Refleks arsiteknya bekerja cepat, ia menyambar sebuah papan kayu bekas peti mati dan menjadikannya sebagai tameng bagi Sekar. Parasit itu menghantam papan kayu dengan suara benturan yang keras, menancapkan ribuan kaki jarumnya hingga tembus ke sisi lain hanya dalam hitungan detik.

"Sekarang Aris, siram dengan sari pati itu tepat di bagian mulutnya yang sedang terbuka!" teriak Sekar sambil menahan perih di telapak tangannya.

Aris menyambar botol dari tangan Sekar dan menyiramkan cairan hijau pekat itu ke seluruh tubuh parasit yang sedang meronta di atas papan kayu. Suara jeritan yang memilukan hati meledak dari makhluk itu, diikuti oleh keluarnya asap putih yang sangat panas hingga membakar jari-jari tangan Aris. Parasit itu mengerut, mengecil hingga seukuran ibu jari, namun kekuatannya justru berlipat ganda saat ia mulai menggali masuk ke dalam serat kayu papan tersebut.

Kakek buyut Aris tertawa melihat usaha mereka, tangannya yang keriput mulai bergerak membentuk pola jahitan di udara kosong. Aris merasakan tubuhnya ditarik oleh benang-benang tak terlihat, membuatnya melayang beberapa inci dari lantai dan terbanting keras ke dinding besi. Parasit yang mengecil itu tiba-tiba melompat keluar dari papan kayu dan mendarat tepat di atas luka sayatan di lengan Aris yang belum tertutup.

"Aris! Jangan biarkan ia masuk ke dalam aliran darahmu!" jerit Sekar yang berusaha berlari namun langkahnya dihentikan oleh lilitan benang merah dari lantai.

Aris merasakan sensasi dingin yang luar biasa saat kepala parasit itu mulai masuk ke dalam dagingnya melalui luka di lengannya sendiri. Ia melihat makhluk itu merayap di bawah kulitnya, bergerak cepat menuju ke arah leher dengan niat untuk mengambil alih kendali otaknya secara paksa. Pandangan merah Aris mulai bergetar, memperlihatkan sosok-sosok bayangan yang mulai berbisik di dalam kepalanya tentang kematian dan keabadian yang hampa.

"Tolong aku, Sekar! Aku bisa merasakan ia sedang memakan ingatanku!" rintih Aris sambil mencengkeram lehernya sendiri dengan kuat.

Sekar berjuang melepaskan diri dari jeratan lantai, namun kakek buyut Aris semakin kencang merapal mantra hingga ruangan itu dipenuhi oleh bayangan hitam yang menari-nari. Aris terjatuh di atas tumpukan tengkorak, matanya mulai memutih dan urat-urat di wajahnya menonjol keluar berwarna hitam pekat. Di ambang kesadarannya yang hampir hilang, Aris melihat pintu besi tua di depan mereka mulai mengetuk-ngetuk sendiri dari arah luar dengan sangat keras.

Di ambang kesadarannya yang hampir hilang, Aris melihat pintu besi tua di depan mereka mulai mengetuk-ngetuk sendiri dari arah luar dengan sangat keras.

1
Siti Arbainah
baru baca lngsung tegang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!