NovelToon NovelToon
TERPAKSA MENIKAHI CEO BEJAD

TERPAKSA MENIKAHI CEO BEJAD

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Cerai / CEO / Percintaan Konglomerat / Konflik etika / Balas Dendam
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Dri Andri

Alviona Mahira berusia 15 tahun baru lulus SMP ketika dipaksa menikah dengan Daryon Arvando Prasetya (27 tahun), CEO Mandira Global yang terkenal tampan, kaya, dan memiliki reputasi sebagai playboy. Pernikahan ini hanya transaksi bisnis untuk menyelamatkan keluarga Alviona dari kebangkrutan.

Kehidupan rumah tangga Alviona adalah neraka. Siang hari, Daryon mengabaikannya dan berselingkuh terang-terangan dengan Kireina Larasati—kekasih yang seharusnya ia nikahi. Tapi malam hari, Daryon berubah menjadi monster yang menjadikan Alviona pelampiasan nafsu tanpa cinta. Tubuh Alviona diinginkan, tapi hatinya diinjak-injak.
Daryon adalah pria hyper-seksual yang tidak pernah puas. Bahkan setelah bercinta kasar dengan Alviona di malam hari, pagi harinya dia bisa langsung berselingkuh dengan Kireina. Alviona hanya boneka hidup—dibutuhkan saat Daryon terangsang, dibuang saat dia sudah selesai.

Kehamilan, keguguran karena kekerasan Kireina, pengkhianatan bertubi-tubi

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dri Andri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 23: KIREINA MENGETAHUI KEHAMILAN

#

Keesokan harinya, di kantor Mandira Global.

Daryon duduk di ruang kerjanya—lantai 25 dengan pemandangan kota dari jendela besar—tapi pikirannya tidak fokus pada laporan finansial yang terbuka di laptopnya.

Pikirannya melayang ke malam tadi.

Ke suara tawa Alviona di taman.

Ke bayangan senyum yang dia lihat sekilas dari jendela kamarnya.

*Kenapa dia bisa tersenyum? Setelah semua yang terjadi? Setelah aku bilang aku tidak akan berubah?*

Ada sesuatu yang mengganjal di dadanya—sesuatu yang tidak bisa dia identifikasi. Bukan rasa bersalah. Dia tidak mau mengakui itu rasa bersalah.

Tapi tetap... mengganjal.

Ketukan di pintu membuatnya tersadar.

"Masuk."

Pintu terbuka—tapi bukan Velindra atau sekretaris lain yang masuk.

Melainkan Syafira Anindya.

Ibunya.

Dengan blazer cream elegan, high heels yang berbunyi tegas di lantai marmer, rambut tersanggul rapi, dan tatapan tajam yang langsung membuat Daryon waspada.

"Ibu?" Daryon berdiri dari kursinya. "Ada apa? Kenapa tidak bilang mau datang—"

"Kita perlu bicara." Suara Syafira dingin, tegas. Dia menutup pintu di belakangnya—keras—dan berjalan dengan langkah penuh authoritas menuju kursi di depan meja Daryon.

Duduk dengan anggun, kaki dilipat, tangan terlipat di atas pangkuan, mata menatap Daryon dengan tatapan yang... menghakimi.

"Duduk," perintahnya—bukan meminta.

Daryon duduk perlahan, waspada. "Ada apa, Bu?"

Syafira diam sebentar—tatapannya menusuk—sebelum akhirnya membuka mulut:

"Gadis itu hamil."

Bukan pertanyaan. Pernyataan.

Daryon membeku sebentar. "Ibu... dari mana—"

"Pelayan memberitahuku." Syafira memotong dingin. "Bi Sari. Dia bangga sekali pada 'majikannya yang hamil.'"

Nada sarkasme jelas di setiap kata.

Daryon mengambil napas panjang. "Iya. Dia hamil."

"Dan kau berniat bagaimana?" Syafira bertanya dengan nada yang terlalu tenang—terlalu terkontrol—yang justru lebih menakutkan dari teriakan.

"Aku... belum mikirin itu—"

"Kau belum *mikirin*?" Syafira menaikkan suaranya sedikit, alisnya terangkat. "Itu istrimu, Daryon. Istrimu sedang hamil anakmu. Dan kau 'belum mikirin'?"

Daryon mengepalkan tangannya di atas meja. "Ibu tau ini pernikahan kontrak. Ibu tau aku tidak mencintainya—"

"Tapi dia tetap istrimu secara hukum!" Syafira memotong tajam. "Dan sekarang dia hamil. Kau tau apa artinya ini?"

Daryon diam.

Syafira berdiri—gerakan tiba-tiba—dan berjalan ke jendela besar, menatap pemandangan kota dengan tangan terlipat di belakang.

"Ini artinya... keluarga kita akan punya pewaris." Suaranya lebih pelan sekarang, tapi ada sesuatu yang gelap di nada itu. "Pewaris yang tidak kita rencanakan. Dari wanita yang... bukan pilihan kita."

Dia noleh ke Daryon—tatapannya dingin.

"Dan Kireina... perlu tau."

Jantung Daryon berhenti sedetik. "Jangan—"

"Sudah terlambat." Syafira tersenyum tipis—senyum yang tidak hangat sama sekali. "Aku sudah memberitahunya tadi pagi."

---

**Di apartemen mewah pusat kota—apartemen Kireina.**

Kireina Larasati duduk di sofa putih mewah dengan segelas wine merah di tangan—tapi wine itu tidak diminum. Hanya digenggam erat sampai tangannya memutih.

Ponselnya tergeletak di meja kaca di depannya—layar masih menyala dengan chat terakhir dari Syafira:

*"Alviona hamil. Dua bulan. Daryon adalah ayahnya."*

Lima kata sederhana yang membuat dunia Kireina... merah.

Merah karena amarah.

Merah karena kecemburuan.

Merah karena... ketakutan.

*Hamil.*

*Gadis kampungan itu hamil dengan anak Daryon.*

*Anak yang seharusnya... seharusnya jadi anakku.*

Gelas wine itu dilempar—PRANG!—pecah di dinding dengan suara keras, wine merah menyebar seperti darah di dinding putih bersih.

Kireina berdiri—napasnya berat, dadanya naik turun cepat, tangannya mengepal erat.

"SIALAN!" teriaknya pada ruangan kosong. "SIALAN! SIALAN! SIALAN!"

Dia meraih bantal dari sofa, melemparnya ke dinding—lagi—lagi—sampai napasnya tersengal.

Lalu dia berhenti.

Berdiri di tengah ruangan dengan dada naik turun, mata merah, rambut sedikit berantakan.

Dan sesuatu di matanya berubah.

Dari amarah... menjadi sesuatu yang lebih gelap.

Lebih berbahaya.

*Perhitungan.*

Dia berjalan pelan ke meja kerjanya di sudut ruangan—meja modern dengan laptop tipis dan beberapa dokumen tersusun rapi.

Membuka laci bawah.

Mengeluarkan sebuah folder cokelat tebal.

Membukanya.

Di dalamnya: foto-foto Alviona.

Foto dari resepsi pernikahan—Alviona dengan gaun pengantin, wajah pucat, mata kosong.

Foto Alviona di taman mansion—diambil dari jauh, tanpa sepengetahuan Alviona.

Foto Alviona di apotek—yang tanpa Alviona sadari, ada seseorang yang mengikutinya hari itu.

Kireina menatap foto-foto itu satu per satu dengan tatapan yang... obsesif.

"Kau pikir kau menang?" bisiknya pada foto Alviona, suaranya pelan tapi penuh racun. "Kau pikir dengan hamil... dengan punya anak Daryon... dia akan mencintaimu?"

Dia tertawa—tawa sinis yang terdengar seperti pecahan kaca.

"Kau salah, sayang. Sangat salah."

Jarinya menyentuh wajah Alviona di foto—gerakan yang lembut tapi mata penuh kebencian.

"Daryon itu milikku. Selalu milikku. Dan tidak ada—*tidak ada*—gadis kampungan sepertimu yang bisa mengambilnya dariku."

Dia menutup folder itu dengan keras.

Meraih ponselnya.

Scroll kontak.

Berhenti di satu nama: **"R. Kusuma - Private Investigator."**

Seseorang yang pernah dia pakai dua tahun lalu untuk... menyelesaikan masalah pribadi. Seseorang yang tidak punya moral, tidak punya batasan, asal dibayar mahal.

Jarinya hover di atas tombol panggil.

Sebentar dia ragu—hati nuraninya yang kecil berbisik: *"Ini terlalu jauh. Ini berbahaya."*

Tapi amarah dan kecemburuannya berteriak lebih keras: *"Dia mencuri masa depanmu! Dia mencuri Daryon! Dia harus dihentikan!"*

Dan amarah menang.

Dia menekan tombol panggil.

Nada sambung. Satu. Dua. Tiga.

"Halo?" Suara berat laki-laki di seberang—suara yang terdengar seperti seseorang yang terbiasa dengan pekerjaan kotor.

"Pak Rudi," ucap Kireina dengan suara yang tiba-tiba tenang—tenang yang mencekam. "Ini Kireina Larasati. Kita pernah bekerja sama dua tahun lalu."

"Oh, Nona Kireina. Tentu saya ingat." Suara di seberang terdengar tertarik. "Ada yang bisa saya bantu?"

Kireina berjalan ke jendela apartemennya—menatap kota yang ramai di bawah dengan tatapan dingin.

"Aku butuh bantuanmu untuk..." dia berhenti sebentar, memastikan tidak ada yang mendengar, "untuk menyelesaikan masalah."

"Masalah seperti apa, Nona?"

Kireina tersenyum tipis—senyum yang tidak mencapai mata.

"Ada seseorang yang... menghalangi jalan saya. Seorang gadis muda. Tujuh belas tahun. Sedang hamil."

Keheningan sebentar di seberang.

"Dan Nona ingin saya...?"

"Aku ingin kau memastikan..." Kireina berbisik pelan, tapi setiap kata terdengar jelas dan mengerikan, "dia tidak akan melahirkan bayi itu."

Keheningan lebih panjang.

"Itu... pekerjaan besar, Nona. Dan berbahaya. Harganya tidak akan murah."

"Aku tidak peduli harga." Kireina menjawab cepat. "Aku akan bayar berapa pun. Yang penting... bersih. Tidak ada jejak. Dan terlihat seperti... kecelakaan."

"Hmm..." Suara di seberang terdengar berpikir. "Bisa diatur. Tapi saya butuh informasi lengkap. Alamat. Rutinitas harian. Foto."

"Akan aku kirim semuanya malam ini." Kireina menjawab dingin. "Dan satu lagi... aku ingin ini cepat. Sebelum kehamilannya terlalu besar."

"Mengerti. Saya akan mulai observasi minggu depan."

"Bagus." Kireina tersenyum puas. "Dan Pak Rudi... pastikan tidak ada yang terluka selain... target."

"Tenang, Nona. Saya profesional."

Telepon ditutup.

Kireina meletakkan ponsel di meja—tangan masih sedikit gemetar, tapi bukan karena takut.

Karena... antisipasi.

Dia berjalan kembali ke meja kerjanya, membuka folder foto Alviona lagi.

Menatap satu foto—foto Alviona yang sedang tersenyum kecil di taman, tangan di perut, ekspresi... harapan.

Dan Kireina menatap foto itu dengan mata penuh kebencian yang membara.

"Kau tidak akan pernah melahirkan bayi itu," bisiknya pada foto, suaranya dingin seperti es.

"Aku akan pastikan... kau kehilangan segalanya. Seperti kau membuat aku kehilangan Daryon."

Dia menutup folder itu dengan keras.

Menyimpannya kembali di laci.

Dan berjalan ke kamar mandi untuk merapikan diri—seolah tidak ada yang terjadi.

Seolah dia tidak baru saja merencanakan... pembunuhan.

---

**Malam itu, di mansion Prasetya, Alviona tidur dengan damai—tangan di perut, senyum kecil di bibir, bermimpi tentang masa depan bersama bayinya. Dia tidak tahu bahwa di kota yang sama, seseorang sedang merencanakan untuk menghancurkan mimpi itu. Seseorang yang tidak akan berhenti sampai Alviona... dan bayinya... hilang. Dan yang paling mengerikan... seseorang itu adalah wanita yang dicintai oleh suaminya.**

**Apakah rencana jahat Kireina akan berhasil? Atau ada yang akan mengetahui dan menyelamatkan Alviona sebelum terlambat? Dan ketika Daryon mengetahui—jika dia mengetahui—apakah dia akan memilih Kireina... atau istri dan anaknya yang dalam bahaya?**

---

.

1
Eflin
.uuuuiu]uui
Eflin
pkpp
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!