Ini kisah Riana , gadis muda yang memiliki kekasih bernama Nathan . Dan mereka sudah menjalin hubungan cukup lama , dan ingin melangkah ke jenjang yang lebih serius yaitu pernikahan .
Namun kejadian tak terduga pun terjadi , Riana memelihat Nathan sedang bermesraan dengan teman masa kecilnya sendiri. Riana yang marah pun memutuskan untuk pergi ke salah satu klub yang ada di kotanya .Naasnya ada salah satu pengunjung yang tertarik hanya dengan melihat Riana dan memberikannya obat perangsang dalam minumannya .
Dan Riana yang tidak tahu apa-apa pun meminum minuman itu dan membuatnya hilang kendali atas tubuhnya. Dan saat laki - laki tadi yang memasukan obat akan beraksi , tiba-tiba ada seorang pria dewasa yang menolongnya. Namun sayangnya obat yang di kasi memiliki dosis yang tinggi sehingga harus membuat Riana dan laki - laki yang menolongnya itu terkena imbasnya .
Dan saat sudah sadar , betapa terkejutnya Riana saat tahu kalau laki-laki yang menidurinya adalah calon ayah mertuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rodiah Karpiah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Takdir
Keesokan paginya, sinar matahari menembus celah tirai kamar hotel, menerangi ruangan yang masih diselimuti keheningan. Rania menggeliat pelan, kepalanya terasa berat dan tubuhnya seperti tidak bertenaga. Matanya perlahan terbuka, dan hal pertama yang ia lihat adalah langit-langit kamar hotel yang asing baginya.
Kebingungan langsung menyelimuti pikirannya. Ini bukan kamarnya. Ini bukan tempat yang seharusnya ia berada. Ia mencoba menggerakkan tubuhnya, tetapi rasa nyeri di sekujur tubuhnya membuatnya mengerang pelan.
Saat itulah matanya menangkap sosok pria yang masih tertidur di sebelahnya. Sosok yang familiar, tapi bukan orang yang biasanya ia lihat. Rania pun terkejut dan langsung bangun dari tidurnya , menyadari bahwa ia tidak mengenakan pakaian selembar pun , Rania langsung menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya.
“Pak… Pak Bagaskara?” ucap Rania dengan suara bergetar sambil melihat kearah laki-laki yang tertidur di sebelahnya itu .
Bagaskara yang merasakan pergerakan di sampingnya pun membuka matanya dengan malas, namun begitu kesadarannya kembali, ekspresi wajahnya berubah drastis. Ia langsung terduduk, menyadari keadaan mereka. Bagaskara sadar kalau tubuhnya tidak di tutupi sesuatu , namun karena selimut sudah di pakai Rania . Terpaksa ia menggunakan bantal untuk menutupi bagian depannya.
“Kamu… apa yang terjadi?” tanya Bagaskara dengan suara yang serak, matanya mengamati keadaan sekitar, mencoba mengingat bagaimana mereka bisa berada dalam situasi ini.
Rania menggeleng, air matanya mulai menggenang. “Saya… saya tidak ingat apa pun. Saya hanya ingat minum di bar, lalu tiba-tiba pusing… dan setelah itu saya sudah di sini.” ucapnya dengan terbata , sesekali ia akan memukul kepalanya untuk mencoba mengingat apa yang terjadi dengan mereka.
Bagaskara mengusap wajahnya, pikirannya kacau. Ia ingat kalau ia menyelamatkan Rania dari pria yang berniat jahat padanya, dan karena Rania yang terus mengeluh kepanasan ia pun berinisiatif membawa Rania di hotel dan berencana akan meninggalkannya . Namun , di saat ia kan pergi Rania menahannya dan karena ia juga terpengaruh alkohol terjadilah hubungan yang seharusnya tidak di lakukan.
Bagaskara yang ingat apa yang terjadi pun memukul kepalanya cukup kencang , ia merilis kebodohannya yang tidak bisa menahan hawa nafsunya . Meskipun Rania yang menggodanya , namun gadis itu terpengaruh obat perang*sang .
Beberapa detik mata mereka saling menatap dalam keheningan. Rania merasa dadanya sesak. Apakah ia baru saja tidur dengan ayah angkat Nathan? Pria yang sudah ia hormati sebagai atasan di perusahaan? Apa yang akan terjadi padanya sekarang?
Tiba-tiba, rasa jijik pada dirinya sendiri muncul. Ia meremas selimut dengan erat, lalu menundukkan kepala, air matanya jatuh satu per satu.
Bagaskara merasakan rasa bersalah yang begitu besar. Ia tidak tahu bagaimana hal ini bisa terjadi, tetapi yang jelas, ia telah melakukan sesuatu yang seharusnya tidak ia lakukan.
“Kamu pacarnya Nathan kan ? Rania ? " ucap Bagaskara sambil menatap Rania yang terus tertunduk. Dan Rania yang mendengar perkataan laki-laki di depannya pun mengangkat kepalanya ,sebelum menunduk kembali.
" Rania… saya minta maaf. saya benar-benar menyesal atas apa yang terjadi pada kita , namun yang harus kamu tahu , saya tidak sengaja melakukannya." Ucap Bagas dengan tulus , ia benar-benar merasa bersalah .
Sesekali Bagaskara akan mengumpat pada dirinya sendiri , ia tidak habis pikir dengan apa yang terjadi , bagaimana mungkin ia meniduri pacar anaknya sendiri , Nathan memang belum memperkenalkan mereka secara resmi . Namun Bagaskara sudah tahu hubungan mereka sejak lama , dan kini entah bagaimana hubungan mereka saat tahu apa yang sebenarnya terjadi .
Rania tidak menjawab. Ia masih berusaha mencerna semuanya, tetapi rasa sakit di hatinya karena pengkhianatan Nathan bercampur dengan kebingungan akibat kejadian ini.
Bagaskara berdiri dari tempat tidur, meraih pakaiannya, lalu mengenakannya dengan cepat. Setelah selesai memakai pakaiannya , ia pun mengambil pakaian Rania dan meletakkannya di samping wanita yang sudah tidak gadis lagi itu.
Rania masih duduk membeku di atas tempat tidur, jari-jarinya mencengkeram erat selimut yang menutupi tubuhnya. Air matanya terus mengalir tanpa bisa ia kendalikan. Rasanya seperti mimpi buruk yang terlalu nyata, sesuatu yang tidak pernah terlintas dalam pikirannya, apalagi terjadi dalam hidupnya.
Bagaskara berdiri di dekat tempat tidur, mengamati Rania yang masih terisak. Wajahnya penuh dengan rasa bersalah dan kebingungan yang mendalam. Ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya sebelum akhirnya membuka suara.
"Rania..." Suaranya dalam dan tenang, meskipun ada ketegangan yang jelas terdengar. "Saya ingin tahu... bagaimana kamu bisa ada di sini? Terakhir saya melihat kamu , kamu ada di bar, minum... dan setelah itu ada pria yang berusaha melecehkan kamu , saya berusaha menolong namun yang terjadi justru sebaliknya . Bukannya menolong kamu saya malah merusak kamu ! " ucap Bagaskara bercerita dengan jujur apa yang ia lihat malam itu.
Rania yang mendengar itu pun menggigit bibirnya, berusaha mengingat kembali kejadian semalam. Namun, ingatannya seperti kepingan puzzle yang belum tersusun dengan jelas. Ia hanya ingat suara musik yang berdentum di sekelilingnya, gelas-gelas minuman yang terus berdatangan, dan kemudian perasaan pusing yang luar biasa.
Namun , semakin Rania mencoba mengingat , ia ingat jika ia meminum minuman yang diberikan oleh bartender . Padahal saat itu ia tidak sedang memesan minuman.
"Saya... saya tidak ingat banyak," jawabnya dengan suara parau. "Yang saya ingat , saya sedang duduk di bar sendirian. saya butuh waktu untuk menenangkan diri setelah..." ucap Rania yang terhenti , ia ingat kalau alasannya ke bar karena ia melihat Nathan tengah selingkuh dengan Claudia .
Bagaskara yang mendengar itu pun mengangkat alisnya. "Setelah apa?" tanyanya yang penasaran dengan apa yang dikatakan oleh gadis yang baru saja ia ambil kegadisannya.
Rania menghela napas panjang , mau tidak mau ia harus memberitahukan pada Bagaskara kalau ia melihat anak angkatnya itu tengah bermadu kasih dengan wanita lain. Tangannya menghapus air mata yang masih mengalir sebelum akhirnya memberanikan diri untuk menatap Bagaskara.
"Setelah saya melihat Nathan dengan teman kecilnya , Claudia. Mereka menghianati saya , mereka membicarakan saya disaat mereka tengah berbagi peluh !" Ucap Rania dengan lirih , sesekali ia akan menghapus air matanya yang jatuh.
Bagaskara yang mendengar itu pun tidak bisa tidak terkejut, tetapi ia tidak langsung berbicara. Ia membiarkan Rania melanjutkan.
"Saya pergi ke bar, ingin menenangkan diri. Saya tidak pernah minum alkohol sebelumnya, tapi entah kenapa malam itu saya hanya ingin melupakan semuanya." Suaranya terdengar putus asa. "Saya terus minum, sampai akhirnya saya merasa sangat pusing dan tidak bisa berpikir jernih." Ucap Rania panjang lebar bercerita pada pria yang berhasil mengambil keperawa*nannya itu .
Bagaskara mengangguk pelan, kini ingatannya sedikit demi sedikit kembali. Ia ingat melihat Rania dalam keadaan mabuk berat, nyaris tak bisa berdiri dengan benar. Ia tahu kalau Rania ini merupakan pacar Nathan karena Nathan pernah bicara kalau ia punya pacar. Dan sebagai ayah yang baik ia mencoba mencari tahu , dan ia setuju jika Nathan berpacaran dengan Rania . Karena menurutnya , Rania ini wanita baik-baik.
"Bagaimana Nathan bisa berbuat seperti itu , di saat ia selalu membicarakan kamu dengan saya ! " ucap Bagaskara akhirnya , ia tidak habis pikir kalau anaknya akan bertindak seperti itu.
" Nathan membicarakan saya ? " tanya Rania dengan tidak percaya , dan Bagaskara yang mendengar itu pun menganggukan kepalanya.
" Ia sering bicara tentang kamu karena saya yang bertanya lebih dulu tentang kamu padanya , biar bagaimanapun saya tahu kalau Nathan itu selalu gonta-ganti pasangan . Dan saya bertanya tentang keseriusannya ! " ucap Bagaskara pada akhirnya , dan Rania yang mendengar itu pun merasa nyeri di dadanya.
Ternyata Nathan berbohong padanya , Nathan pernah berkata padanya kalau ia adalah pacar pertamanya .
Keheningan panjang menyelimuti mereka. Rania menggigit bibirnya, perasaan marah, sedih, dan bingung bercampur menjadi satu.
Bagaskara akhirnya berbicara lagi, kali ini suaranya lebih pelan, lebih dalam. " Saya akan bertanggung jawab." ucap Bagaskara lagi , kali ini ia menatap ke arah Rania .
Rania menoleh dengan ekspresi terkejut. "Apa?" ucapnya yang spontan karena kaget
"Saya sudah melakukan kesalahan besar," kata Bagaskara dengan mantap. "Saya tidak bisa berpura-pura ini tidak pernah terjadi. Saya tidak bisa membiarkan, kamu menanggung semuanya sendirian." Ucap Bagaskara lagi dengan tegas .
"Tapi... ini bukan salah bapak ," bisik Rania. "Saya juga tidak sadar ..." Ucapan Rania pun terputus , karena Bagaskara memotong perkataannya.
"Tidak peduli siapa yang salah atau benar," potong Bagaskara. "Yang jelas, saya tidak akan membiarkanmu menghadapi ini sendirian." Ucap Bagaskara lagi , ia benar-benar akan bertanggung jawab pada wanita yang seharusnya menjadi menantunya itu .
Rania menatapnya, hatinya dipenuhi oleh perasaan yang begitu bertentangan. Di satu sisi, ia merasa lega karena Bagaskara tidak akan lari dari tanggung jawab. Tapi di sisi lain, ia tidak bisa membayangkan akan menikah dengan pria yang seharusnya menjadi ayah mertuanya.
Terlebih lagi... bagaimana jika Nathan mengetahui kalau ia tidur dengan ayah yang selama ini menjadi panutannya!
Bagaskara menatap Rania dalam-dalam. "Kita akan mencari jalan keluar, Rania. Tapi untuk sekarang, yang paling penting adalah memastikan kamu baik-baik saja." Ucap Bagaskara lagi yang tahu apa yang saat ini sedang di pikirkan oleh Rania .
Rania terdiam. Ia ingin percaya bahwa semuanya akan baik-baik saja, tetapi dalam hatinya ia takut kalau ada nyawa yang hadir karena kejadian ini.
.
.
Bersambung...
Dimohon untuk tidak menjadi silent reader ya , aku menunggu keritik dan saran dari kalian 🤭🤗😍