NovelToon NovelToon
Ella Dan Emma

Ella Dan Emma

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Reinkarnasi
Popularitas:6.8k
Nilai: 5
Nama Author: Alizar

Ella Dan Emma adalah anak kembar dari sepasang keluarga terpandang yaitu Arkatama. Banyak dari orang orang yang merasa iri dengan keluarga yang terlihat cemara itu, padahal nyatanya salah satu dari anak mereka selalu disiksa baik fisik maupun batinnya. Namun setelah jiwa asing masuk keraga Emma justru semuanya terbongkar satu persatu dan kemudian menjadi rebutan dua pria yaitu kakak beradik, yang manakah salah satu dari mereka yang membuat Emma luluh? Baca kelanjutannya yuk

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alizar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

4

Jarak rumah sakit menuju kerumah tidaklah jauh. Cukup memakan waktu kurang lebih sekitar 45 menit saja, dan selama perjalanan itu Hanna atau Emma habiskan dengan melamun.

Bik Maidah ingi sekali mengajak nya berbicara, tapi ia enggan dan takut hanya untuk mengeluarkan sedikit saja suara. Kenapa demikian? Itu karena wajah nona mudanya saat ini sangat jauh sekali dengan yang sebelumnya.

Dimana wajah yang dulu terkesan lugu dan selalu tersenyum memperlihatkan kecerian meski sering di kasari oleh keluarga nya. Tapi tidak untuk saat ini, wajah Emma datar dan memunculkan aura dingin yang membuat bik maida sedikit menggigil.

Tanpa Sadar taksi yang ditumpangi oleh Emma pun tiba di sebuah komplek elit dan mewah. Mobil berhenti dan membuat Bik maida mengucapkan Terima kasih pada sang sopir, seketika Emma pun tersadar.

"Non ayo, kita sudah sampai di kediaman nona. " Ujar bik Maida menyadarkan nona mudanya.

"Hmm., "gumamnya.

Mata Emma menelisik setiap sisi sudut perkarangan rumah. Matanya menatap keatas melihat bangunan yang menjulang tinggi tersebut. Perlahan namun pasti langkah nya membawa kehadapan pintu.

Bik Maida dengan segera membukakan pintu, dan terlihat beberapa orang yang berada di ruang tamu. Ruangan yang semulanya ramai kini mendadak sepi. Semua dengan kompak dan menoleh pada area pintu.

Dimana disana terlihat gadis dan seorang art berdiri diambang pintu. Mereka tidak terkejut sebab mereka sudah mengetahui siapa orang tersebut.

Mereka adalah sekumpulan para gadis yang membully Emma disekolah. Tatapan permusuhan dilayangkan oleh Clara dan para anteknya, namun yang membuat Clara heran adalah, kenapa gadis itu justru malah menatap nya balik? Tidak seperti biasanya yang selalu menundukkan Kepala setiap kali mereka bertemu.

Emma menatap mereka semua satu per satu seraya berdecih. ' ini kah orang nya? Cih, ABG labil! Lihatlah, apa apaan itu, kenapa dia menatap ku begitu? Heran kah ngeliat gue yang udah sembuh dan kembali kerumah. Lihat aja kalian semua akan dapat pembalasan dari gue satu persatu, tunggu saja ajal kalian sebentar lagi. '  batin Emma tersenyum smirk yang membuat mereka tertegun.

Clara mengepalkan tangannya melihat Emma yang berjalan dengan dagu terangkat. ' masih hidup, hmm. Seperti nya lo perlu kekerasan yang lebih kuat lagi dari gue. ' batin Clara.

"Semua barang barang non sudah bibi rapikan dan kemas. Silahkan beristirahat non. " Ucap bik Maida yang mendapat anggukan kecil dari Emma.

Emma menatap kamar itu dengan teliti. Tidak buruk, dan lumayan cukup bagus. Seenganya meskipun Emma asli sering disiksa tapi untuk kamar yang diberikan cukup layak. Meski tak sebesar kamar miliknya didunia nya yang sebelumnya.

"Okee, nggak masalah meski kecil setidaknya masih aman dari kehujanan. " Gumam Emma pelan dan berjalan menelusuri kamar itu.

Kamarnya kecil dan memiliki peralatan yang tidak terlalu banyak. Hanya ada kursi, meja belajar, lemari pakaian serta cermin. Dengan dinding yang berwarna abu abu dan kasur yang tidak terlalu besar.

Emma berjalan menuju cermin dan memandang dirinya sendiri. Ia menyentuh pipinya serta memperhatikan setiap inci tubuh miliknya. Badan yang kecil dengan tinggi 168 cm, rambut panjang kepang dua. Dan sudah pasti kacamata kuda yang selama ini bertengger di hidungnya yang terbilang tidak mancung dan tidak pesek juga.

Emma membuka kacamata itu dan menatap cermin. " Hei, mata ini tidak minus sama sekali? Lalu kenapa dia selalu memakai kacamata,. "Heran Nya

Dengan pelan Emma membuka kepangan rambut nya lagi dan lagi ia terkejut. Jika tubuh ini dirawat dan dipoles sedikit saja pasti akan cantik. Emma menatap seluruh tubuhnya kemudian berlari kecil menuju kamar mandi.

Dengan cepat ia membersihkan dirinya dan 'dam it'

"Sudah aku tebak. Ini bukanlah warna asli tubuhnya. Ini hanyalah cushion berwarna gelap yang ia gunakan untuk menutupi warna kulit aslinya. Dasar bodoh! Pantas saja mereka mengucilkan dirimu, lihat lah apa yang kau lakukan pada dirimu sendiri. Kau itu cantik dan dengan bodohnya kau merubah penampilan mu. But it's oke. Yang jelas setelah ini gue akan menujukan jati diri lo yang asli. Tidak akan ada lagi Emma yang kucel serta culun seperti ini. "

Usai bermonolog pada diri sendiri, Emma pun memutuskan untuk dengan segera mandi membersihkan dirinya terlebih dahulu, setelah nya Emma harus pergi ke mall dan salon guna merubah penampilan nya. Lagi pula ini di bandung, dan kota dia dilahirkan adalah jakarta, tak terlalu jauh bagi Emma jika hanya pulang pergi dari bandung jakarta.

Setelah beberapa menit membersihkan diri dan memoles wajahnya dengan alat make up yang terbilang cukup sederhana, itu sudah cukup membantu merubah penampilan nya dari yang dekil dulu.

Untuk pakaian yang Emma gunakan hanya memakai celana jeans panjang berwarna hitam, Hoodie cream serta sepatu sneakers putih. Hanya itu yang cocok dengan dirinya. Sementara pakaian yang lain memiliki warna seperti ondel ondel saja.

Sudah merasa cukup penampilan nya Emma pun turun ke lantai bawah dan dengan segera pergi dari rumah itu. Beruntung saat ia turun tidak ada lagi para cabe cabean itu, dan juga orang tua si pemilik tubuh asli. Entahlah Emma malas sekali jika harus bertemu dengan orang tua asli si pemilik tubuh untuk saat ini.

Yang pertama tama Emma lakukan adalah pergi ke salon dahulu, ia harus memotong rambutnya menjadi sebahu dan akan merubah sedikit warnanya. Dengan taksi yang sudah ia pesan Emma dengan segera naik dan menunjukkan kemana tujuan yang akan ia tuju.

***

Sementara ditempat lain

"Clar, lo kenapa? Dari tadi gue perhatiin lo lebih banyak diem. " Tanya angelina

Mereka saat ini berada di caffe soraya hanya berdua. Sementara teman temannya yang lain sedang berbelanja di mall. Angelina memperhatikan Clara yang sedari pulang Rumah Ella lebih banyak diam dan melamun. Angelina yang tak tahan pun sontak saja bertanya agar rasa penasaran nya tidak meronta lagi.

"Ah, apa? Gue? Gue baik nggak kenapa kenapa. " Sahut Clara tersentak.

Angelina berdecak. " Ck! Lo itu dari tadi diam aja tahu nggak sih. Bingung gue, kesambet apaan sih, lo. " Ujarnya.

Clara kembali terdiam beberapa saat hingga akhirnya bibirnya pun terbuka. " Nggak. Gue cuma mikirin si cupu aja. " Ucapnya jujur dengan tangan yang terus mengaduk minuman nya.

Alis angelina berkerut samar. "Cupu? Maksud lo si Emma kakaknya Ella? " Tanyanya memastikan dan Clara mengangguk kan kepala.

"Ngapain lo mikirin dia sampe bengong begitu. " Ujar Angelina malas

"Hmm entahlah. Gue ngerasa dia kaya berbeda aja tadi. Setelah keluar dari rumah sakit. Emang lo nggak memperhatikan?, " Tanyanya dengan raut yang serius.

Angelina sendiri menanggapinya dengan malas. " Nggak, B aja tuh. Masih cupu dan dekil. " Ucapnya santai

"Ck! Maksud gue bukan itu. Lo nggak liat pas dia dateng dan mandang kita semua dengan tatapan yang tidak biasa?, " Ucapnya

"Nggak biasa gimana? Perasaan lo aja kali. " Sahut Angelina,

"Nggak, ini nggak cuma perasaan gue aja. Cupu yang kita kenal nggak bakal berani natap kita secara terang terangan begitu. Lo nggak inget pas dia masuk dia jalan dengan dagu yang terangkat, kaya seolah olah nggak ada takutnya sama sekali dengan kita. " Ucap Clara yang membuat Angelina terdiam dan mengingat beberapa saat yang lalu.

"Hei semuanya. " Ucap Ella yang baru saja tiba bersama yang lainnya.

Ingat geng yang di isi Clara hanya bertiga saja, yaitu Clara, Angelina dan Ella. Sementara yang lainnya saat ini hanya teman biasa atau teman dari luar sekolah.

"Kenapa pada bengong? " Tanya Ella pada kedua sahabat nya.

"Ni si Clara, dia bilang kaya aneh aja sama kakak lo yang cupu itu. " Ucap Angelina pada

Ella dan yang lainnya mendudukkan bokong dan menatap Clara. " Lo juga ngerasa hal sama?, " Tanya Ella pada Clara

" Ya, gue ngerasa dia berbeda dari yang sebelum masuk rumah sakit." Ucap Clara yang diangguki setuju oleh Ella

" Gue juga ngerasa gitu sih, tapi menurut gue itu tidak menjadi masalah. Palingan juga dia masih kaya biasanya., " Ucap Ella yang di setujui oleh Angelina

Namun hal yang di sampaikan oleh Ella justru tak membuat Clara tenang. Entah kenapa dia merasa was was untuk saat ini. Ia sendiri pun bingung pada dirinya sendiri. Namun Clara lebih memilih cuek dengan perasaan nya dan kembali berbincang pada sahabat nya tanpa memikirkan bahwa di antara mereka akan ada yang terkena masalah.

***

Sementara itu ditempat lain orang yang tengah menjadi perbincangan antara Clara and the gengs justru tengah asik menikmati pijatan halus yang dirasakan nya.

Emma saat ini sedang berada di salah satu Spa langganan nya dulu. Melakukan beberapa pijat rilek sebelum akhirnya memutuskan untuk mempercantik diri.

Setelahnya ia akan memotong rambutnya dan merubah warna rambutnya menjadi coklat tua, tidak lupa dengan membersihkan kuku.  Setela semua selesai Emma memutuskan untuk mengisi perut dahulu, sebelum ia berangkat ke Jakarta untuk mengambil beberapa barang miliknya.

*

Dikota jakarta.

"Ngapain lo pada disitu?, " Ucap Seorang pria. Bryn menepuk pundak temannya dan ikut duduk disebelah nya.

Pemuda itu pun yang lain adalah Aidan, Agam dan Gavin. " Nggak papa, kita cuma mikir kenapa Hanna bisa pergi ninggalin kita semua. " Ucap Agam sendu

Bryan terdiam " Hm namanya manusia. Semua pasti bakal berpulang, tapi jujur gue nggak ngerasain kalau Hanna pergi ninggalin kita. Gue ngerasa kalau Hanna masih hidup dan tinggal di kota lain, mungkin. " Ucap Bryan ragu ragu

Agam, Aidan dan Gavin sontak menatap lekat Bryan. "Maksud lo, Hanna masih hidup tapi dengan raga orang lain begitu? Kaya yang di novel novel? " Ucap Gavin dan dibalas anggukan kepala oleh Bryan.

" Gue nggak yakin sih hal itu bakal terjadi, secara itu hanya cerita novel. Ingin menyangkal, tapi feeling gue bilang memang begitu. " Ujar Bryan

" Mana mungkin. Orang sudah dengan jelas kalau Hanna udah nggak ada, bahkan kita sendiri yang ikut menguburkan nya. Mana mungkin dia hidup lagi, apalagi dengan tubuh orang lain. Lo kebanyakan baca novel jadi mikir Hanna juga bakal begitu. " Ucap Aidan

Bryan menggedikan bahunya. Merasa kalau feeling nya kali ini benar benar tepat. Jika memang apa yang ada di Cerita novel itu benar terjadi di dunia asli maka Bryan sangat senang sekali.

" Gue nggak yakin, tapi semoga aja itu benar. " Lirih batin Agam merasa konyol akan pemikiran nya sendiri.

"Gimana dengan Andy, " Kini Bryan sudah memasang wajah yang serius membuat Aidan dan yang lainnya menatap nya.

"Dia masih hidup! Bisa aja gue bakal bunuh dia, tapi mati dengan cepat itu tidak akan asik. Gue akan menghajar sedikit demi sedikit sampai ia sendiri yang meminta ampun. Sakit dibalas ikhlas itu tidak lah seru, maka nyawa dibayar nyawa lah yang menjadi seru. " Ucap Gavin dengan rahang yang mengeras.

Waktu pertempuran itu berlangsung, Andy dan yang lainnya bisa dikalahkan Gavin dan anggota mafia yang lainnya. Dan untuk posisi mereka masih di no 1 teratas. Kepergian Hanna untuk selama lamanya tak membuat mereka lemah, justru semakin bringas dan kejam.

Bahkan anak buah Andy saja di bantai habis habisan oleh Gavin menyalurkan emosinya yang terbendung serta mengingat wajah Hanna yang tak bertenaga lagi.

"Ya, lo benar. Nyawa harus dibayar dengan nyawa. Andy pantas menerima penderitaan nya secara perlahan. " Ucap Bryan

***

Emma saat ini sudah tiba di jakarta dan langsung menuju apart miliknya. Untuk hari ini ia tidak akan pulang terlebih dahulu dikarenakan hari yang sudah gelap.

Emma memutuskan untuk beristirahat di apart nya dan mengemasi beberapa barang miliknya. Atm, pakaian, laptop dan beberapa barang penting lainnya. Emma duduk di kasur nya dan membuka laptop untuk mencari tau semua kebenaran yang selama ini tersembunyi.

" Dimulai dari mana dulu? Hmm seperti nya dari para cabe cabean itu saja. Urusan orang tua Emma asli nanti saja. " Ucap Nya.

Emma memainkan jari lentik nya di atas keyboard dengan lincah mencari sesuatu Emma menemukan beberapa fakta tentang Clara. Yang membuat Emma berdecih sinis

" Hmm, hanya bocah ingusan saja sok belagu sekali dia. " Ucap Emma tersenyum smirk

"Mungkin peringatan kecil lebih cocok untuk lo, sebelum yang besar menyusul dan menjatuhkan lo, Clara" Ujarnya

" Oke, satu persatu akan gue balas. Tunggu saja tanggal nya. Hmm, aku sudah tidak sabar dengan kejutan yang akan aku berikan pada kalian semua. Hahahaha. " Emma tertawa dengan keras dengan sensasi yang ia rasakan

Pasalnya mereka ini hanyalah manusia manusia kecil yang tidak sadar diri dan tahu diuntung. Membasmi mereka bukanlah yang sulit. Jika ia yang turun tangan maka hanya dengan jentikan jari saja semua telah musnah.

Selesai mencari info, Emma memutuskan untuk membersihkan diri sebelum akhirnya ia beristirahat, ia harus pergi dari apart nya besok subuh subuh sekali, mengingat raga yang tengah ia tempati saat ini masih bersekolah, sudah cukup berleha leha nya, dan sudah waktunya bagi Emma untuk membuat kehebohan.

" Ah iya, gue sampai lupa. Sedikit bermain sebelum tidur bukankah itu menyenangkan? "Ucap Emma tertawa licik

Kembali jarinya menari dengan lincah di laptop miliknya dan kemudian seringaian terbit di sudut bibirnya. " Baiklah. Semua sudah beres dan lihat kejutan besok hari, "

Entah apa yang ia lakukan yang jelas ini adalah peringatan kecil dari Emma yang sekarang. Dan itu hanya dia sendiri lah yang tahu.

Sementara korban pertama yang akan terkena masalah esok pagi justru tengah menikmati kenikmatan surga Dunia di salah satu kamar yang berada di clubbing terdekat.

Hal ini sering ia lakukan hanya untuk menambah pundi pundi kekayaan. Dia juga terlahir dari keluarga kaya, hanya saja uang yang orang tuanya berikan tidak lah cukup untuk memenuhi gaya hedon nya itu.

Dengan kamar yang tidak kedap suara, ditambah lagi dengan suara bising dari musik yang terdengar membuat sepasang manusia yang berbeda umur itu semakin semangat bermain hingga desahan mereka saling beradu dengan musik yang berdentum sangat keras.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!