NovelToon NovelToon
Detik Yang Membekas

Detik Yang Membekas

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Misteri / Romansa Fantasi / Diam-Diam Cinta / Romansa / Office Romance
Popularitas:28.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ahmad Vicky Nihalani Bisri

Di dermaga Pantai Marina, cinta abadi Aira dan Raka menjadi warisan keluarga yang tak ternilai. Namun, ketika Ocean Lux Resorts mengancam mengubah dermaga itu menjadi resort mewah, Laut dan generasi baru, Ombak, Gelombang, Pasang, berjuang mati-matian. Kotak misterius Aira dan Raka mengungkap peta rahasia dan nama “Dian,” sosok dari masa lalu yang bisa menyelamatkan atau menghancurkan. Di tengah badai, tembakan, dan pengkhianatan, mereka berlomba melawan waktu untuk menyelamatkan dermaga cinta leluhur mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahmad Vicky Nihalani Bisri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CH - 26 : Ombak Kecil di Dermaga

Tiga tahun telah berlalu sejak kelahiran Rinai, dan kini putri kecil Aira dan Raka telah tumbuh menjadi anak yang ceria dan penuh rasa ingin tahu. Rinai, yang kini berusia tiga tahun, memiliki rambut ikal pendek yang mirip Aira dan mata berbinar seperti Raka, selalu berlarian di sekitar rumah dengan tawa kecil yang mengisi setiap sudut.

Rumah kecil mereka di daerah Candi kini lebih hidup, dengan dinding yang dipenuhi coretan-coretan kecil Rinai menggunakan krayon warna-warni, dan halaman depan yang sering menjadi tempat Rinai bermain dengan bola atau sepeda kecilnya.

Pagi itu, Aira sedang memasak sarapan di dapur, telur dadar dan nasi goreng sederhana dengan potongan wortel kecil yang disukai Rinai, sementara Rinai duduk di kursi makan kecilnya, tangan kecilnya memegang krayon dan mewarnai gambar ikan di buku mewarnainya.

Aira mengenakan celemek sederhana di atas kaus dan celana panjang, rambutnya dikuncir tinggi agar tidak mengganggu saat memasak. Dia tersenyum sambil melirik Rinai, yang tampak fokus mewarnai dengan ekspresi serius.

“Rinai, ikannya bagus banget. Warnanya biru, ya? Kayak laut,” kata Aira, tersenyum sambil membalik nasi goreng di wajan.

Rinai menoleh, matanya berbinar.

“Iya, Mama! Laut… laut sama Papa!” serunya, teringat saat mereka pergi ke Pantai Marina beberapa bulan lalu.

“Rinai mau ke laut lagi,” tambahnya, nadanya penuh antusias.

Aira tertawa kecil, meletakkan wajan di kompor lalu mendekati Rinai.

“Nanti kita ajak Papa ke laut lagi, ya. Sekarang, kita sarapan dulu, biar Rinai kuat main sama Papa,” katanya, mencium kening Rinai dengan lembut.

Raka masuk ke dapur, mengenakan kemeja lengan pendek dan celana jeans, rambutnya sedikit berantakan tapi wajahnya penuh semangat. Dia baru saja menyelesaikan proyek desain untuk sebuah buku anak-anak, dan hari ini adalah hari liburnya.

“Pagi, Mama sama Rinai,” sapanya, tersenyum lebar saat melihat Aira dan Rinai.

“Aku denger tadi Rinai bilang mau ke laut?” tanyanya, duduk di samping Rinai dan mengelus rambut kecilnya.

“Pagi, Papa!” seru Rinai, langsung memeluk leher Raka dengan tangan kecilnya.

“Iya, Papa! Rinai mau laut! Main pasir!” tambahnya, matanya berbinar penuh antusias.Aira tersenyum, meletakkan piring berisi nasi goreng dan telur dadar di meja.

“Pagi, suamiku. Iya, tadi Rinai bilang dia kangen ke Pantai Marina. Kita… kita ke sana aja hari ini, ya? Udah lama kita enggak ke sana bareng,” katanya, nadanya penuh harapan.Raka mengangguk, tersenyum lebar.

“Ide bagus, Aira. Aku juga kangen ke dermaga itu, tempat kita bikin banyak kenangan. Kita bawa Rinai main di sana, ya,” katanya, lalu mencium pipi Aira dengan lembut.

“Makasih sarapannya, istriku,” tambahnya, nadanya penuh cinta.

Setelah sarapan, mereka bersiap untuk pergi ke Pantai Marina. Aira mengenakan dress sederhana berwarna biru laut dengan topi lebar untuk melindungi Rinai dari matahari, sementara Raka mengenakan kaus dan celana pendek, kameranya tergantung di leher seperti biasa.

Rinai mengenakan baju renang kecil berwarna kuning dengan gambar bintang laut, matanya berbinar saat melihat tas kecil yang berisi mainan pantai miliknya.

Perjalanan ke Pantai Marina terasa penuh tawa. Rinai duduk di kursi belakang, bernyanyi kecil dengan suara sumbang tentang “laut biru” dan “ikan kecil,” membuat Aira dan Raka tersenyum sambil melirik ke arahnya.

Sampai di pantai, Rinai langsung berlari kecil ke arah pasir, tangan kecilnya memegang ember plastik untuk bermain.

Aira dan Raka duduk di tikar kecil yang mereka bawa, menikmati angin laut yang sejuk sambil mengawasi Rinai.

“Raka… aku ngerasa kayak balik ke masa lalu lagi,” kata Aira, suaranya lembut sambil memandang dermaga kecil di kejauhan.

“Tempat ini… tempat ini selalu bikin aku inget pertama kali kita ketemu, waktu hujan itu. Dan sekarang… kita bawa Rinai ke sini,” tambahnya, matanya berkaca-kaca karena haru.

Raka tersenyum, memeluk pundak Aira dengan lembut.

“Iya, Aira. Dermaga ini… dermaga ini kayak saksi bisu cerita kita. Dan sekarang, Rinai jadi bagian dari cerita itu. Aku… aku seneng banget kita bisa bikin kenangan baru bareng dia di sini,” katanya, nadanya penuh cinta.

Rinai berlari kecil ke arah mereka, tangannya memegang cangkang kecil yang dia temukan di pasir.

“Mama, Papa, lihat! Cangkang cantik!” serunya, menunjukkan cangkang kecil berwarna putih dengan bintik-bintik merah.Aira tersenyum, mengambil cangkang itu dari tangan Rinai.

“Cantik banget, Rinai. Kita simpen, ya, buat kenang-kenangan,” katanya, lalu memasukkan cangkang itu ke dalam tas kecil mereka.

Raka mengangkat Rinai ke pangkuannya, tersenyum sambil menunjuk ke arah dermaga.

“Rinai, tau enggak, dulu Papa sama Mama suka duduk di dermaga itu. Kita ceritain banyak hal, tentang laut, tentang hujan. Sekarang… kita bawa Rinai ke sini, biar Rinai juga punya cerita di dermaga ini,” katanya, nadanya penuh kelembutan.

Rinai memandang dermaga dengan mata penuh rasa ingin tahu, lalu tersenyum lebar.

“Rinai mau cerita! Rinai mau ke dermaga!” serunya, tangannya menunjuk ke arah dermaga dengan antusias.

Aira dan Raka tertawa kecil, lalu mengangguk. Mereka berjalan bersama ke arah dermaga, tangan Rinai dipegang erat oleh Aira dan Raka di sisi masing-masing.

Angin laut menerpa wajah mereka dengan lembut, dan suara ombak kecil yang menghantam tiang dermaga terasa seperti melodi yang akrab bagi Aira dan Raka.

Mereka duduk di ujung dermaga, Rinai berada di pangkuan Aira, matanya berbinar saat melihat ikan-ikan kecil berenang di bawah permukaan air.

“Raka… aku ngerasa hidup kita penuh keajaiban sekarang,” kata Aira, suaranya lembut sambil memandang laut yang berkilauan di bawah sinar matahari.

“Rinai… dia bikin setiap hari jadi lebih indah. Aku… aku pengen dia tumbuh dengan cinta, dengan kenangan indah kayak gini.

”Raka tersenyum, tangannya memegang tangan Aira dengan erat.

“Aira, aku juga ngerasa gitu. Rinai… dia ombak kecil kita, yang bikin hidup kita lebih berwarna. Aku… aku pengen kita terus bikin kenangan indah bareng dia, bareng keluarga kecil kita,” katanya, nadanya penuh cinta.

Sore itu, mereka kembali ke rumah dengan Rinai yang tertidur di kursi belakang, lelah setelah bermain seharian.

Aira meletakkan Rinai di ranjang kecilnya dengan hati-hati, mencium keningnya dengan lembut.

“Tidur yang nyenyak, Rinai sayang,” bisiknya, lalu menoleh ke Raka yang berdiri di sampingnya, tersenyum penuh kasih.

Setelah Rinai tertidur, Aira dan Raka duduk di sofa, menikmati teh hangat sambil melihat foto-foto yang mereka ambil di pantai.

Aira tersenyum saat melihat foto Rinai yang sedang tertawa kecil di dermaga, tangannya memegang cangkang kecil yang dia temukan.

“Raka… aku ngerasa hidup kita kayak cerita yang terus berkembang,” katanya, suaranya lembut.

Raka mengangguk, memeluk Aira erat.

“Iya, Aira. Dan Rinai… dia bikin cerita ini makin indah. Aku… aku pengen kita terus tulis cerita ini bareng, cerita tentang cinta kita, tentang keluarga kita. Aku sayang kamu, selamanya,” katanya, nadanya penuh cinta.

Malam itu, mereka duduk di halaman depan rumah, menatap langit Semarang yang dipenuhi bintang.

Aira memandang gelang di pergelangannya, gelang yang menjadi simbol perjalanan cinta mereka, dan tersenyum kecil.

“Raka… semua dimulai dari hujan, dari dermaga, dan sekarang kita punya Rinai. Aku… aku bersyukur banget bisa bareng kamu,” katanya, suaranya lembut.Raka tersenyum, memeluk Aira erat.

“Aku juga, Aira. Dermaga itu… dermaga itu selalu jadi awal cerita kita, dan sekarang Rinai jadi ombak kecil yang bikin cerita ini makin indah. Aku sayang kamu, selamanya,” katanya, nadanya penuh janji.

Di bawah langit malam yang penuh bintang, Aira dan Raka saling berpelukan, merasa bahwa setiap ombak kecil yang dibawa Rinai adalah bagian dari cerita cinta mereka, cerita yang akan terus mereka tulis bersama, dengan cinta sebagai tinta abadinya.

1
Miu Nih.
maasyaa Allaah, kisahnya indah ☺☺
tuan angkasa: terima kasih🙏
total 1 replies
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
siapa itu Rinai? koq kayak merk kom...r yaa thor🙏🏻
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ: melodi tuh bagus bt nama
tuan angkasa: wkwkw iya kah? tpi bagus ih
total 4 replies
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
melodi cinta 🤩🤩🤩
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
selamat yaa Aira dn Raka.....samawa
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ: siyaapp
tuan angkasa: yu ikuti terus cerita mereka hehe
total 2 replies
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
yesss i do......🥰🥰
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
aamiin
Delbar
aku mampir kak 💪💪💪💪
tuan angkasa: terima kasih kak🙏
total 1 replies
Bee Sa Maa
novelnya bagus, menarik, ceritanya ringan, lucu dan menghibur, lanjutkan thor!
Dante
kok bisa sih, selucuuu ini 🐣
tuan angkasa: bisa dong, kek yang bacanya juga lucu
total 1 replies
Miu Nih.
arg! nusuk banget ini 🥲
tuan angkasa: bener kak😢 semangat yaa
total 1 replies
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
LDRan ceritanya yaa
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ: siyaapp
tuan angkasa: hehe, pasti relate nih kakak nanti ngebaca nya dari hari ke hari, tenang aja, kita up setiap pukul 5 sore setiap harinya, stay tuned yaa:)
total 4 replies
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
saling melengkapi....
Miu Nih.
untuk bisa masuk ke dalam cerita gitu emang butuh detail yang 'sangat' ,,tapi beda di novel digital itu emang perlu jalan cerita yang cepat tak tak tak gitu biar langsung ngena pembaca...

padahal niatnya ya itu author bikin cerita yang bisa nyentuh, memaknai setiap paragraf, enggak sekedar cerita dan bikin plot... kamu tahu, aku bikin jalan cerita 3 hari itu menghabiskan 15 bab 🤣🤣
tuan angkasa: wah 3 hari 15 BAB termasuk cepet loh kak
total 1 replies
Miu Nih.
cocok nih raka sama Aira... raka bisa bantu bikin sketsa gitu, nanti bisa jadi komik atau lightnovel 🤗
Miu Nih.
betul, aku juga merasa begitu? menurutmu apa tantangan dalam menulis novel digital gitu?
Miu Nih.
Halo Aira, nama kita sama 🤗
mampir bentar dulu yaa... lanjut nanti sekalian nunggu up 👍

jgn lupa mampir juga di 'aku akan mencintaimu suamiku' 😉
tuan angkasa: hai kak aira, terima kasih sudah mampir, ditunggu kedatangannya kembali😊

baik
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!