Cinta yang datang dan menetap di relung hati yang paling dalam tanpa aba-aba. Tanpa permisi, dan menguasai seluruh bilik dalam hati. Kehadiran dirimu telah menjadi kebutuhan untukku. Seolah duniaku hanya berpusat padamu.
Zehya, seorang gadis yang harus bertahan hidup seorang diri di kota yang asing setelah kedua orang tuanya berpisah. Ayah dan ibunya pergi meninggalkan nya begitu saja. Seolah Zehya adalah benda yang sudah habis masa aktifnya. Dunianya berubah dalam sekejap. Ayahnya, cinta pertama dalam hidupnya, sosok raja bagi dunia kecilnya, justru menjadi sumber kehancuran baginya. Ayahnya yang begitu sempurna ternyata memiliki wanita lain selain ibunya. sang ibu yang mengetahui cinta lain dari ayahnyapun memutuskan untuk berpisah, dan yang lebih mengejutkan lagi, ternyata Zehya bukanlah anak kandung dari wanita yang selama ini Zehya panggil ibu.
Siapakah ibu kandung Zehya?
yuk, ikuti terus perjalanan Zehya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yunacana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lalu, siapa aku?
Malam ini Zehya terbangun dari tidur lelapnya karena suara pekikan ibunya dan benturan benda tumpul. Gadis kecil berusia 5 tahun itu mengusap matanya sembari melangkahkan kaki menuju sumber suara. Namun, teriakan ibunya membuatnya membeku, terpaku di depan pintu ruang kerja ayahnya yang terbuka sedikit, menciptakan cela yang memberikan akses lada Zehya untuk mendengar dan menyaksikan pertengkaran hebat kedua orangtuanya.
" KAMU TEGA MAS! KENAPA KAMU MELAKUKAN ITU SEMUA PADAKU? TOLONG KATAKAN PADAKU BAHWA INI SEMUA BOHONG!" Reni menghujani Bagas, suaminya dengan teriakan pilu. air mata sudah membanjiri kedua sisi wajahnya. Menciptakan anak sungai yang mengalir dengan deras. Belum lagi tatapan sendunya dan penampilan yang kasut.
Bagas hanya menyenderkan kepalanya pada sandaran kursi kerjanya dengan mata terpejam. seolah enggan menjawab semua pertanyaan dari sang istri.
" 6 tahun. 6 tahun lamanya aku menjadi istrimu, menemani kamu dari nol hingga menjadi arsitek ternama di negara ini. Aku selalu melakukan yang terbaik untuk kamu, untuk Zehya, untuk keluarga besar kita.. lalu.. apa kuraangku padamu, mas?" Rani mulai menumpahkan segala kesah yang menghantuinya beberapa waktu ini.
Wanita itu kini duduk bersimpuh di atas karper ruang kerja Bagas. dengan suara isak tangis yang semakin memilukan. Namun, semua yang terjadi pada Reni tak membuat iba seorang Bagas muncul.
" Mengapa harus ada wanita lain dalam rumah tangga kita, mas? mengapa ? tolong jawab aku?" Pinta Reni dengan suara yang melemah.
Kali ini Bagas bereaksi. Lelaki itu beranjak dari duduknya dan berjalan pelan dan berhenti di depan jendela besar yang menghadap taman depan rumahnya. Bagas menatap pemandangan luar dengan tatapan sendu. dalam keheningan malam dan isak tangis Reni, suara helaan napas Bagas semakin membuat suasana semakin sendu.
" Reni.. apakah kamu pernah mencintaiku?" Pertanyaan sederhana dari Bagas membuat seluruh tulang dalam tubuh Reni seolah mencelos. Membuatnya lemas hingga suarapun tak mampu ia suarakan. Matanya yang memerah penuh air mata menatap nanar pada Bagas. Sosok yang begitu dia hormati.
Bagas memutar tubuhnya dan membalas tatapan nanar dari Rani, wanita yang selama 6 tahun menjadi istrinya. Lagi, helaan nafas Bagas terdengar memilukan.
" Kamu tidak mencintaiku, Reni. Kamu hanya memenuhi kewajibanmu sebagai seorang istri, ibu dan menantu di keluarga besarku, Apa aku salah?"
Lagi, kalimat yang keluar dari bibir Bagas kembali memberikan dampak yang luar biasa untuk Reni. Hatinya hancur libur bersama derasnya air matanya
" Apa... apa semua perlakuanku padamu tidak cukup menjelaskan betapa besar cintaku untukmu, Mas?" pernyataan Reni kali ini membuat Bagas bungkam. " Bukan aku yang tidak mencintaimu, tapi kamulah yang tidak memiliki rasa itu untuk aku, wanita yang selama 6 tahun menjadi istrimu..." Reni memaksakan dirinya untuk bangkit dan berdiri di atas kakinya.
" Semua alasanmu tidak pernah bisa membenarkan perselingkuhan kamu dengan wanita lain, mas. . . "
Reni merapikan gaun malamnya dan kembali berkata. " Mari kita berpisah. Aku akan mengurus perceraian kita, dan Zehya akan pergi bersamaku." Setelah mengatakan hal tersebut, Reni memutar tubuhnya dan hendak pergi. Namun suara Bagas bagai ultimatum untuknya
" Kamu tidak bisa membawa serta Zehya dengan mu, Rani. Dia bukan darah dagingmu"
Tubuh Reni bergetar hebat, dengan langkah gontai, Reni menghampiri Bagas. Mencengkram kerah kemeja Bagas dengan kuat dan menatap nyalang lelaki yang malam ini telah membunuhnya berulang kali.
" berapa banyak kebohongan yang kamu tutup dariku, Bagas??? JIKA ZEHYA BUKAN ANAKKU, LALU DIMANA ANAK YANG AKU KANDUNH DAN AKU LAHI4KAN 5 TAHUN LALU??" Teriak Reni dengan sekuat tenaganya. Bagas membiarkan semua perlakuan Reni padanya. Matanya yang selalu teduh kini menatap Reni dengan kosong.
" JAWAB BAGAS!" Benyak Reni dengan menggebu. Bagas mendongakkan kepalanya sejenak sebelum kembali menatap datar pada Reni.
" Reni, anak mu meninggal sesaat setelah di lahirkan" Jawaban Bagas membuat kerutan di dahi Reni semakin dalam.
" Apa maksudmu? dia anak kita bukan hanya anaku"
Bagas menghempaskan cenhkraman tangan ringkih Reni dan menjauh dari wanita itu.
" BERHENTILAH RENI. JUJURLAH PADAKU. ANAK YANG KAMU KANDUNH DAN KAMU LAHIRKAN BUKANLAH DARAH DAGINGKU. BAYI ITU BUKAN BENIHKU!"
Bagas meluapkan semua rasa sakit karena di khianati istrinya selama ini. Napas Bagas memburu, bersama dengan rasa muak yang menguar dari dirinya. Reni melangkah mundur dengan tatapan sendu.
" Apa penjelasanku dulu hanya angin lalu bagimu, Bagas? Apakah fitnah wanita simpananmu itu begitu nyata untukmu? Tidak adakah rasa percaya padaku? Bayi yang aku kandung dan aku lahirkan adalah anak kita. Tidak ada satupun lelaki yang menyentuhku selain kamu" Dengan penuh kekecewaan Reni membela dirinya.
" Kamu pikir aku bodoh, Reni? Kamu kira aku tidak mencari bukti? malam itu, bukan aku yang masuk ke kamar pengantin kita. Tapi Reyhan. "
Mendengar nama sepupu jauhnya, Reni terdiam. seolah ada pipa panjang yang menyedotnya kembali ke masa lalu. Ingatannya yang samar-samar membawanya pada malam pengantinnya. kilasan-kilasan kejadian malam itu kembali tergiang. Bagaimana mungkin dia melupakan malam itu, jika saat itulah kali pertama dan terakhir lelaki yang dia anggap suami menyentuhnya.
Tubuh Reni bergetar hebat. Rasa jijik pada dirinya sendiri kini menguasainya. Rasa itu jauh lebih menyiksa dari rasa kecewa dan marah karena perbuatan Bagas.
" Kamu mengakuinya sekarang?"
" Kenapa kamu tidak menceraikanku sejak malam itu, Mengapa kamu menyiksaku hingga saat ini?" Suara lemah Reni kembali terdengar.
" Apa aku tidak pernah berusaha melepasmu?"
Lagi, pertanyaan Bagas menghantam jiwa Reni. Ya.. Bagas sudah berulang kali berusaha pergi dari hidupnya. Namun Reni selalu menyanhkalnya. Kini, wanita itu kembali tergugu dalam tanhisnya.
" Bukan hanya kamu yang terluka dalam hubungan ini, Reni. Akupun jauh tersiksa dengan keadaan seperti ini. Tak pernah sedetikpun aku ingin melukaimu. Kamu, sahabat yang sangat berarti bagiku. Maaf, karena kebimbanganku, kita jadi merasakan sakit yang teramat. Aku harap, kita bisa menemukan jalan yang seharusnya milik kita. Tolong, jangan bawa Zehya bersamamu.. Dia anakku. "
Setelah mengatakan hal itu, Bagas melangkah keluar dari ruang kerjanya, melewati tubuh kecil Zehya yang sedari tadi bersembunyi di belakang pot bunga besar di depan ruang kerja Ayahnya. Tubuhnya bergetar hebat dengan kedua tangan mungil yang membekap mulutnya sendiri. Malam ini, Langit malam tak sekelam keadaan keluarga kecilnya yang selama ini terlalu sempurna.