Kau tak perlu mengagumkan untuk bisa kusayangi. Cukup bersabar menemaniku saat aku marah, dan tetap tinggal walau aku membosankan. (cz).
Khayalan Lestari (25 tahun), yang akan bekerja menjadi Sekretaris Pimpinan yang muda dan tampan, harus dikuburnya hidup-hidup. Kenyataannya Presdir tersebut sudah berumur 56 tahun dan mempunyai istri dan dua orang anak.
Tapi Lestari sangat bersyukur karena sang Presdir merupakan sosok yang sangat rendah hati dan memperlakukan karyawannya dengan baik. Berbeda 180 derajat, dengan sifat anak sulungnya yang urak-urakan, angkuh, pemberontak, suka balapan liar, dan playboy. Sungguh paket lengkap untuk sebuah ukuran 'Pria enggak ada ahlak'.
"Minggir, Kau hanya 'Sekretaris Papaku' disini ! Bukan Bodyguard-nya kan ?" ucap Rey menyindir.
"Maaf, Pak ! Aturan tetap aturan. Pak Presdir sendiri bilang, kalau dia tidak bisa diganggu sekarang. Sekalipun itu anaknya sendiri !" ucap Lesta.
"Minggir atau kubuat kau mati segan hidup tak mau di perusahaan ini !" ancam Rey (28 tahun) yang menjabat sebagai Direktur Proyek di Perusahaan itu.
Lesta maju selangkah ke hadapannya.
"Silahkan tinggalkan pesan dan pergi dari sini sekarang juga. Atau aku buat Pak Direktur tetap hidup, tapi rasanya ambyar !" ancam balik Lesta.
Mata keduanya saling bertatapan, memancarkan aura kebencian satu sama lain.
Sekarang aku baru tahu, mengapa posisi Sekretaris Pimpinan ini bisa kosong di Perusahaan ini. Ternyata tekanan bukan datang dari sang Presdir, melainkan dari anaknya sang Preman Pasar !
Ini karyaku yang ke dua ya. Novel begenre romantis komedi ini kagak ada pelakornya, gelut ya gelut sama mereka sendiri. Paling entar adalah cabe-cabean yang muncul sekeliwer.
Jangan lupa like, komen, vote dan rate 5 ya ! Semoga suka 😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Citoz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Drama Keluarga
Pak Presdir, Marta Dinata melihat perempuan yang ada dihadapannya. Perempuan yang baru saja menjadi Sekretarisnya itu.
"Karena sudah tidak ada yang akan dibahas lagi, Kalau begitu kamu boleh keluar, Do" ucap Presdir pada Aldo.
Aldo mengangguk.
"Terima kasih, Pak" ucap Aldo yang sudah berdiri, siap melangkah ke pintu keluar.
Tetapi sebelum melangkah keluar, dia menebar senyum yang begitu manis kepada Lesta.
Eh, dia senyum barusan ke gue ?
Batin Lesta.
"Baiklah, jadi nama kamu Lestari ?" tanya Pak Marta.
"Iya, Pak. Panggil saja saya Lesta, Pak" ucap Lesta.
"Baik, Lesta. Apa Pak Tito dan Sekretaris Tiwi telah menjelaskan semua tugasmu sebagai Sekretaris Presdir ?" tanya Pak Marta.
"Iya, Sudah Pak" ucap Lesta.
"Bagus. Perlu saya tekankan disini. Selama menjadi Sekretarisku, kamu harus menuruti semua aturan yang telah saya tetapkan !" ucap Pak Marta.
Lesta mengangguk.
"Baiklah untuk tugas pertamamu tolong susun jadwal meetingku dengan kolega Perusahaan kita. Untuk melihat janji temu yang telah dibikin, Pak Yudi akan memberikan daftarnya padamu. Oh ya, Pak Yudi ini adalah asisten pribadiku" ucap Pak Marta.
"Salam kenal Pak Yudi" ucap Lesta.
Pak Yudi mengangguk sebagai jawaban membalas salam.
"Semoga kamu betah ya bekerja disini, yang penting kuncinya kamu harus kuat dan bersabar bila tiba-tiba menemui kendala yang kamu anggap berat disini. Apa kamu menyanggupinya ?" tanya Pak Marta.
"Iya, InshaAllah saya bisa Pak" ucap Lesta.
Lesta sudah bertekad, apapun yang terjadi dia harus mempertahankan pekerjaan ini. Karena mencari pekerjaan itu enggak gampang baginya.
"Baiklah Yud, antar Lesta ke meja kerjanya. Dan berikan tugas yang harus dia kerjakan" ucap Pak Marta.
"Baik, Pak" ucap Pak Yudi.
"Kalau begitu saya permisi keluar dulu ya Pak" ucap Lesta.
Pak Marta mengangguk.
Pak Yudi mengantarkan Lesta ke meja kerjanya yang berhadapan dengan pintu ruangan Presdir. Pak Yudi juga mengenalkan Lesta pada staff di ruangan itu.
"Perhatian semua ! Kenalkan, ini Lestari. Sekretaris Presdir yang baru. Mulai sekarang Lesta akan bergabung disini" ucap Pak Yudi.
"Hai semua, saya Lesta. Salam kenal semua. Mohon bimbingannya" ucap Lesta.
"Salam kenal balik Lesta" jawab mereka kompak.
Diruangan di lantai ini setidakanya ada 8 pegawai termasuk dengan Lesta. Mereka mengerjakan pekerjaan menyusun proposal sesuai dengan spesifikasi pekerjaan yang dilakukan, memantau adanya peluang lelang atau tender dari Perusahaan lain atau instansi pemerintahan yang membutuhkan jasa kontruksi, menyusun dokumen pekerjaan mulai dari lelang maupun kontrak, dan mencari calon klien potensial dan investor.
Kebetulan sekali anak-anak di ruangan ini sangat friendly. Tidak berlangsung lama, Lesta sudah terlihat akrab dengan mereka.
Sindi dan Nana yang mejanya tidak jauh dari meja Lesta, mendekat menghampiri Lesta.
"Lesta semoga betah ya disini. Kami udah males banget kalau sampai nih meja Sekretaris, ganti orang lagi !" ucap Sindi.
Nah loh ? Kok bisa ?
Batin Lesta.
"Memang sekretaris yang lama kemana Sin ?" tanya Lesta.
"Sekretaris yang lama ngajuin resign. Pokoknya yang jadi sekretaris Presdir cuma bertahan 3 bulan aja disini. Duh, padahal Pak Presdir itu baik banget orangnya" ucap Nana keceplosan. Dia lalu kaget sendiri dengan ucapannya. Dia menutup mulutnya sendiri dengan tangannya. Nana tidak meneruskan kata-katanya lagi.
Kenapa mereka bisa enggak betah ya. Pasti ada apa-apanya nih.
Batin Lesta.
"Kenapa enggak diterusin Na ? Kalau sama aku sih nyantai aja kok. Enggak ngefek !" ucap Lesta berpura-pura santai. Padahal penasaran setengah mati alasan apa yang membuat nih sekretaris pada ngacir.
"Eh.. Elo tau enggak Les, kalau Pak Presdir punya dua orang anak" ucap Sindi.
Lesta menggeleng.
"Yang bungsu kerja di anak cabang perusahaan di jalan Sudirman, yang sulung kerjanya di Perusahaan kita ini" ucap Sindi.
"Terus Sin, masih jomblo apa enggak nih anaknya Pak Marta ? Ganteng enggak ?" ucap Lesta yang sudah enggak kepingin tahu lagi alasan apa yang membuat sekretaris di sini pada ngajuin resign. Sekarang keingintahuannya teralihkan dengan cerita anak Presdir yang bekerja satu Perusahaan sama mereka. Seketika, jiwa jomblo Lesta meronta-ronta.
Ya, kalau Pak Presdirnya sudah bekeluarga kan.. Ada anaknya untuk digebet.
Batin Lesta.
Lah ? Si Lesta.. Kok jadi nanyain statusnya anak Presdir. Belum tahu dia sama kelakuan anaknya Pak Bos.
Batin Nana.
"Ganteng sih ganteng Les. Kerjaannya perfect. Secara dia workaholic. Tapi..." Tiba-tiba Nana menghentikan ucapannya. Dia melihat Pak Presdir keluar dari ruangannya.
"Pagi, Pak !" Sapa mereka semua kompak.
"Pagi" balas Pak Presdir yang sudah melangkah pergi menuju lift diikuti Pak Yudi dari belakang.
"Les, besok-besok lagi ya lanjutin ceritanya. Lagi banyak kerjaan yang ditunggu nih" Sambung Nana.
"Oke, Na" ucap Lesta.
Setelah duduk di atas meja kerjanya, Lesta membuka jadwal meeting yang diberikan oleh Pak Yudi tadi. Lesta mulai mengatur dan menginput jadwal meeting Pak Marta untuk seminggu ke depan. Dia lalu lanjut mengarsipkan dokumen.
Tidak terasa, waktu telah menunjukkan pukul 12:00 siang. Pak Marta yang sudah kembali sejak pukul 10 tadi, kembali keluar dari ruangan bersama dengan Pak Yudi, asisten pribadinya. Melihat dari usianya yang sekitar 40 tahun, Pak Yudi ini sepertinya telah lama bekerja dengan Pak Marta. Dia juga semacam orang kepercayaan Pak Presdir.
"Belum makan siang, Lesta ?" tanya Pak Marta.
"Belum Pak. Mungkin sebentar lagi. Nanggung ini kerjaannya" ucap Lesta.
"Kalau waktunya jam makan siang, kamu harus menghentikan pekerjaanmu dan segera makan. Kalau kita sakit karena terlambat makan, bekerja juga percuma. Enggak bakal konsentrasi" ucap Pak Marta.
"Oh, iya Pak. Kalau begitu bentar lagi saya tinggal makan ini kerjaannya" ucap Lesta.
Pak Marta tersenyum dan berlalu pergi.
Pak Marta baik banget. Perhatian sama pegawainya.
Batin Lesta.
Setelah makan siang bersama Sindi dan Nana di kantin Perusahaan. Mereka kembali melanjutkan pekerjaannya.
Lesta yang telah membuat surat keluar, dan membuat jadwal meeting untuk seminggu ke depan, meminta tanda tangan Pak Marta untuk persetujuan jadwal meetingnya. Apalagi ada titipan dokumen dari Manager Personalia yang meminta tanda tangan Presdir dan telah di kroscek oleh Lesta sebelum masuk ke dalam ruangan terlebih dahulu.
Lesta mengetuk pintu dan masuk ke dalam ruangan Pak Marta.
"Maaf Pak, Ini ada yang harus ditanda tangani" ucap Lesta menyodorkan map yang berisi dokumen.
Pak Marta menyambutnya dan mulai menandatangani dokumen satu persatu. Lesta berdiri disampingnya menunggui dokumen tersebut.
Tiba-tiba terdengar ketukan dari luar.
Belum sempat Pak Marta menjawab, orang yang mengetuk tersebut sudah masuk ke dalam ruangan.
Lesta menoleh ke arah Pria tersebut.
OMG ! Ganteng banget ini cowok ! Style pakaiannya juga keren habis.
Batin Lesta.
Tanpa di persilahkan duduk, Pria itu langsung menarik kursi di hadapan Pak Marta dan mendudukinya.
"Selamat Siang Direktur Rey" ucap Pak Yudi pada Pria ganteng itu.
Siapa dia ? Sampai Pak Yudi memberi salam ?
Batin Lesta.
Pria itu hanya mengangguk sebagai respon jawabannya.
Direktur ? Oh, jadi dia seorang Direktur dan namanya Rey.
Batin Lesta.
Rey lalu melirik pada Lesta yang berdiri di samping Papanya.
"Bukan main, Sekretaris baru lagi Pak Presdir ?" tanya Rey menyindir.
Astaga, Berani sekali dia berbicara seperti itu di depan atasannya.
Batin Lesta.
"Kenapa aku berganti Sekretaris, seharusnya kamu yang lebih tahu kan Direktur Rey ?" ucap Pak Marta masih dengan nada bicaranya yang santai.
Rey menyeringai.
"Ada apa sebenarnya kedatanganmu kemari ?" ucap Pak Marta.
"Pa, Kenapa Papa menolak kerja sama dengan Perusahaan Adi Wijaya Group ? Padahal kemarin kami telah deal mencapai kesepakatan. Berkas dan dokumen juga sudah acc, tapi Papa menolaknya. Lalu kenapa Papa mengajak mereka mengadakan kerja sama kalau akhirnya kita juga yang menolak mereka !" ucap Pria itu berapi-api.
Lesta melirik pada tanda pengenal yang dipakai Pria itu. Dia membacanya sekilas.
Reyhan Marta Dinata, Direktur Proyek.. Oh jadi dia Direktur Proyek. Tunggu dulu ? Nama belakangnya Marta Dinata ? Papa ? Jadi ini anaknya Pak Marta yang juga bekerja disini.
Papa dan Anak ? Tapi kok dari tadi yang aku tangkep kelakuan anaknya selalu bikin kesel papanya ?
Batin Lesta.
"Ada beberapa persyaratan yang mereka ajukan tidak sesuai dengan kriteria kita. Jadi sebelum Proyek ini sudah berjalan lebih baik aku membatalkannya !" ucap Pak Marta.
"Papa enggak bisa begitu ! Papa hanya membuang waktuku dengan percuma kalau begitu. Kalau tahu bakal berakhir seperti ini. Harusnya aku masa' bodoh saja tentang proyek ini kemarin !" ucap Pria itu yang nada bicaranya yang sudah mulai enggak nyantai.
Pak Marta hanya tersenyum menanggapinya.
"Sudah, jangan bahas itu lagi. Kamu masih suka balapan kan dengan motor serampanganmu itu ?" ucap Pak Marta pada anaknya.
"Itu urusanku, bukan urusan Papa !" ucap Rey.
"Kalau sampai Papa melihatmu masih balapan. Papa tidak akan segan bertindak lebih jauh padamu nanti !" ucap Pak Marta.
"Cih !" Rey mendengus.
"Satu lagi. Berhenti bergonta ganti pacar di luar sana, Jangan sampai image itu berimbas pada Perusahaan kita. Segeralah menikah !" ucap Pak Marta.
"Kenapa Papa sibuk mengurusi masalahku ? Urus saja masalah anak bungsu Papa itu. Jangan mengusikku!" ucap Pria itu yang sudah berdiri dari tempatnya.
"Kalau tidak ada lagi hal penting yang dibicarakan, aku keluar !" ucapnya dengan sorot mata penuh kekesalan.
Rey pergi melangkahkan kakinya keluar ruangan.
Sedangkan Lesta hanya bisa melongo, menonton pertunjukan drama keluarga ini secara live.
"Uhuk..uhuk.." Pak Marta terbatuk-batuk saking kesal dengan perilaku anaknya.
Cepat-cepat Lesta memberikan segelas air minum pada Pak Marta. Dia kasihan melihat keadaan Pak Marta yang mengkhawatirkan anaknya, tapi justru yang di khawatirkan bertingkah masa' bodoh.
Lesta jadi geram sendiri melihat tingkah laku anak Pak Marta barusan.
Jangankan gue, Papanya aja males lihat anaknya ! Modelan gini mah kalau matinya dimutilasi orang, bukan salah yang memutilasi kayaknya !
Batin Lesta.
Seperti biasa ya.. Yok gerakkan hatimu untuk memberi double like pada dua bab ini, rate bintang 5, komentar syantikmu dan Vote yang banyak ya.. Jangan jadi pohon pisang, ada jantung tapi enggak punya hati..*Eh 🤭