Sekretaris Papaku
"Lesta, bangun !" ucap Anisa teman satu kontrakan dengan Lesta.
"Whoaaa, udah jam berapa sekarang Anis ?" tanya Lesta yang masih belum sadar dari alam bawah sadarnya.
"Udah jam 7 noh.. bukannya kamu masuk kantor jam 8 pagi. Cepetan mandi, ini hari pertamamu kerja kan, setelah sekian lama menjadi pengacara dermawan" ucap Anis.
"Haah ? Pengacara Dermawan ?" ucap Lesta yang tampak kebingungan. Secara, semenjak lulus kuliah dia telah mengangur selama setahun. Baru pertama kalinya ini dia lulus sampai tahap akhir dan lulus diterima bekerja. Ya, biasanya kalau enggak tumbang di awal ya ditengah-tengah. Pokoknya kelulusannya diterima bekerja di Perusahaan itu, benar-benar suatu mukjizat bagi Lesta.
"Pengacara dermawan apaan sih Anis ?" ulang Lesta.
"Pengangguran banyak acara mondar-mandir kerumah kawan !" ucap Anis seraya tertawa.
"Uh, Dasar Markonah !" ucap Lesta sambil melempar gulingnya pada Anis.
Lesta dan Anis telah lama bersahabat. Mereka telah bersahabat dari pertama kali mereka masuk kuliah. Sama-sama berkuliah di salah satu universitas negeri di Jakarta dan sama-sama sebagai anak rantau dari Palembang, membuat mereka mengontrak sebuah rumah kecil yang berisikan dua kamar tidur, satu buah kamar mandi, dapur dan ruang tamu yang sekaligus dijadikan ruang nonton televisi bagi mereka.
Sampai sekarangpun mereka tetap menghuni kontrakan tersebut. Selain ada teman cerita, mengontrak berdua dapat meringankan biaya pembayaran uang sewa mereka. Bedanya kalau dulu Anis suka meminta uang kiriman dari orang tuanya untuk membayar biaya sewa dan keperluan sehari-hari, sekarang dia dapat membiayai semuanya sendiri.
Anis memang lebih dulu diterima bekerja daripada Lesta. Mungkin dua bulan setelah lulus kuliah, Anis langsung mengikuti tes di Perusahaan Ritel dan akhirnya lulus di terima bekerja di sana sebagai Sekretaris Manager.
Lesta sempat merasa minder karena Anis telah mendapatkan pekerjaan lebih dahulu, sedangkan dia selalu gagal saat melakukan tes untuk melamar pekerjaan. Dia juga merasa malu kepada orang tuanya yang masih mengiriminya uang padahal dia sudah lulus kuliah. Uang itu dia pakai untuk membeli perlengkapan ATK untuk melamar pekerjaan. Entah, sudah berapa puluh map dan amplop coklat yang dia gunakan selama setahun untuk melamar pekerjaan.
Dan Akhirnya setelah melewati tahap akhir dan mengalahkan banyak pesaing, Lesta akhirnya diterima bekerja sebagai Sekretaris Presiden Direktur di sebuah Perusahaan Kontruksi ternama di Jakarta.
Khayalan Lesta sudah sangat tinggi sekarang. Dia sangat berharap sang Presdir tersebut tampan, muda, kaya dan jomblo. Sehingga dia dan sang Presdir bisa saling jatuh cinta, menikah dan punya anak. Sungguh khayalan tingkat dewa yang mengada-ada.
Setelah selesai mandi dan sarapan dengan sistem kebut ala Lesta. Kedua sahabat itu lalu berjalan ke halte yang tidak jauh dari kontrakan mereka. Ini juga yang menjadi salah satu alasan mereka memilih kontrakan tersebut sebagai tempat tinggal. Dekat dengan halte.
Mereka menaiki bis yang sama, hanya tempat pemberhentian saja yang berbeda. Anis turun terlebih dahulu daripada Lesta. karena jarak ke kantor Lesta lebih jauh.
Lesta yang turun dari bis segera menyebrang melewati jembatan penyebrangan dan berjalan menuju Perusahaan MD (Marta Dianata) Group, tempatnya bekerja.
Dengan mengenakan setelan blazer bewarna pastel, Lesta melangkah dengan pedenya memasuki ruangan Manager Personalia.
"Maaf Pak, Saya Lestari melapor sebagai karyawan baru yang telah dinyatakan diterima di Perusahaan ini, sebagai Sekretaris Presdir" ucap Lesta setelah tadi bertanya pada Resepsionis kemana dia harus melapor mendapatkan arahan tugas untuk pekerjaan barunya.
"Oh, iya. Selamat datang Tari" ucap Pak Tito, Mamager Personalia. Dia mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.
Lesta menyambut uluran jabat tangan dari Pak Tito.
"Terima kasih, Pak. Tapi maaf Pak. Kalau bisa manggilnya Lesta saja" ucap Lesta.
"Kenapa ? Tari kan juga nama kamu" ucap Pak Tito.
"Eh, Kurang gaul aja Pak rasanya" ucap Lesta yang langsung nyeplos dengan wajah yang mesem-mesem.
Lesta memang anti dipanggil Tari. Karena menurutnya, nama itu terkesan kurang up to date baginya. Sama sepemikiran dengannya, Anisa Rahma juga enggan dipanggil nisa. Dia lebih suka orang memanggilnya Anis. Nama panggilan yang di buatnya sendiri. Dia juga merasa kalau dipanggil Anis itu lebih keren ketimbang Nisa. Sungguh dua sahabat yang pemikirannya sama-sama somplak.
Pak Tito tersenyum mendengarnya.
"Oke, Lesta. Jadi nama panjangmu hanya Lestari saja ? Singkat ya" ucap Pak Tito sambil membaca data pribadi milik Lesta.
"Iya, Pak. Singkat, padat dan jelas" ucap Lesta yang pikirannya langsung mengingat kejadian saat dia masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Dia sempat bertanya pada Ibunya mengapa namanya hanya secuil. Berbeda dengan nama teman-temannya yang terdiri dari 2 atau 3 suku kata, bahkan ada nama temannya yang panjangnya udah nyaingin rel kereta api. Tapi jawaban Mamanya simpel. Mamanya bilang sengaja menamai anaknya satu suku kata agar memudahkan Lesta menuliskan namanya di LJK ujian. Ya, terdengar sedikit masuk akal dan rada aneh sih.
"Oke, Lesta. Disini kamu terpilih sebagai Sekretaris Presdir. Tugas-tugas yang harus kamu lakukan adalah membantu pekerjaan pimpinan, sebagai penghubung antara Presdir dan kolega atau karyawan lainnya, baik melalui surat, telepon atau media lainnya, melakukan pengarsipan, memeriksa dan menindak lanjuti dokumen, surat masuk dan surat keluar, mengatur jadwal rapat, dan mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh Pak Presdir" ucap Pak Tito panjang lebar.
Lesta mengangguk seolah paham apa yang dicelotehkan oleh Pak Tito.
Banyak juga ya..
Batin Lesta.
"Nanti sebelum bertemu Pak Presdir, kamu juga akan dibimbing oleh Tiwi. Sekretaris dari divisi administrasi umum. Kamu belajar dulu sama dia nanti" ucap Pak Tito.
"Baik, Pak !" ucap Lesta.
Lesta lalu memencet tombol lift ke lantai 3, menemui Sekretaris Tiwi.
Sekretaris Tiwi menyambut Lesta dengan hangat. Dia sosok yang mudah bergaul dan ramah terhadap orang yang baru dia kenal. Mungkin hanya selisih satu tahun perbedaan usia mereka.
Tiwi mengajarkan tugas yang harus dikerjakan oleh Lesta dengan cekatan. Lesta tampak serius mempelajari tugas demi tugas yang akan dia jalankan sebagai Sekretaris nanti.
"Jadi gini, Pak Presdir itu orangnya baik banget Tar. Dia.." Belum selesai Tiwi menyelesaikan ucapannya, Lesta langsung memotong.
"Lesta aja mbak Tiwi. Jangan Tari" ucap Lesta yang langsung sensitif saat namanya dipanggil Tari.
Tiwi cuma senyum-seyum mendengarnya.
"Iya, walaupun Pak Presdir orangnya baik banget tapi kedisiplinan tetap menjadi acuannya. Jangan sekalipun melanggar aturan yang telah di tentukannya" ucap Tiwi.
Lesta mengangguk.
"Mbak Tiwi, aku boleh nanya enggak ?" ucap Lesta.
"Panggil Tiwi aja. Toh kan kita selisih umur cuma satu tahun doang" ucap Tiwi.
"Mau nanya apa, Lesta ?" sambung Tiwi.
"Pak Presdir, Masih lajang atau sudah berkeluarga ?" tanya Lesta.
"Hmm.. Kalau itu nanti juga kau kan akan tahu dengan sendirinya, Les. Yang jelas Pak Presdir itu orangnya ganteng dan berwibawa banget" ucap Tiwi sambil tertawa kecil.
Ah, jadi Pak Presdirnya ganteng ya. Jadi enggak sabar deh melihatnya.
Batin Lesta.
Akhirnya Tiwi mengantar Lesta ke lantai 12, tempat Ruangan Presdir.
"Oke. Saya tinggal ya Les. Jangan lupa ketuk pintu dulu sebelum masuk" ucap Tiwi.
Lesta mengangguk.
Sebelum mengetuk pintu, Lesta merapikan pakaian dan rambutnya agar terlihat rapi.
Dia membuka pintu ruangan setelah terdengar suara dari dalam meneriakinya untuk masuk.
Dengan mengaktifkan mode anak perawan rumahan, yang malu-malu kucing. Lesta berjalan dengan lemah gemulai ke hadapan tiga Pria di hadapannya. Ada dua orang pria yang duduk di sofa tengah dan satu orang pria yang berdiri di samping mereka.
Yang berdiri di samping itu pasti Asisten Pribadinya.
Batin Lesta.
"Maaf Pak Presdir, Saya Lestari. Pegawai yang baru saja di terima sebagai Sekretaris anda. Mohon bimbingannya" ucap Lesta dengan senyum sumringahnya menghadap salah satu pria yang perawakannya masih muda, yang sedang duduk di sofa itu. Mungkin pria itu berusia sekitar 29 tahun.
Pria itu tersenyum.
Duh manisnya !
Batin Lesta.
"Maaf, Nona Lesta. Sepertinya anda salah paham. Saya hanya Manager Keuangan disini. Sedangkan Pak Presdir, yang duduk disebelah saya sekarang !" ucap Pak Aldo, Manager Keuangan.
Lesta kaget mendengarnya. Mata Lesta langsung melirik pada Pria disamping Pak Aldo.
Pria yang sudah berumur dengan rambut yang sedikit beruban, dan ada sedikit kerutan di wajahnya.
Zonk !
Batin Lesta.
Jangan lupa beri dukunganmu ya.. dengan cara like, vote, beri rate 5 bintang dan komentar kalian.. #buanyak banget mintanya ya 🤭 Saranghaee 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
nurhalimah
dulu w punya temen nm'y siti atikah,, klo di panggil siti marah bgt mau'y di panggil tika biar lebih keren kt'y😀
2024-04-11
0
nurhalimah
kenapa gak tari ajj sih nama panggilan'y biar lebih enak gitu baca'y.. dilraba
2024-04-11
0
Kelinci imut🐰
waduh kalo sama2 somplak mah emg cocok 😂😂✌️
2023-07-31
0