Kirana kembali ke kampung halamannya dengan tekad bulat—menuntut balas atas kematian ibunya yang tragis. Kampung yang dulunya penuh kenangan kini telah dikuasai oleh orang-orang yang mengabdi pada kekuatan gelap, para penyembah jin yang melakukan ritual mengerikan. Ibunya, yang menjadi tumbal bagi kepercayaan jahat mereka, meninggalkan luka mendalam di hati Kirana.
Apakah Kirana akan berhasil membalaskan dendam ibunya, ataukah ia akan terjerat dalam kutukan yang lebih dalam? Bagaimana ia menghadapi rintangan yang menghadang niat balas dendamnya? Temukan jawaban dari pertanyaan ini dalam perjalanan penuh ketegangan, misteri, dan kekuatan gelap yang tak terduga.
Apakah Kirana akan keluar sebagai pemenang, atau malah menjadi bagian dari kegelapan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurulina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17
Kirana mematung mendengar kan kalimat yang terucap dari ibunya, perlahan lahan wujud ibu nya berubah menjadi kurus kering, pucat, mata nya cekung, "mereka semua ibliss, mereka telah bersekutu dengan setan!!" ibu Sari perlahan menghilang.
"Ibuk.... Ibuk.... Ibuk.....!!!" teriak Kirana memanggil manggil ibu nya,
"Kak!! Kak Kirana!! Bangun kak!!! " Jam menunjukan pukul 02.30 dini hari. Nisa dan mbak tuti menguncang tubuh Kirana yang teriak teriak.
Mendengar itu seisi rumah bangun dan langsung menuju kamar itu, termasuk pak Rahmat dan istrinya juga terbangun mendengar teriakan Kirana.
Kirana membuka mata, terlihat semua orang memandang nya dengan tatapan cemas.
"Tuti ambil kan air hangat" perintah buk Nur, mbak tuti segera menuju dapur, tak lama membawa segelas air, Kirana meminum air itu dan perlahan lahan bulir bulir bening terjatuh dari matanya, dia menangis sejadi-jadinya sambil memeluk Nisa yang tampak keheranan,
"Nisa, ibuk udah nggak ada Nisa" isak Kirana di sela sela tangis nya
"Maksudnya apa kak!! Kakak jangan ngomong gitulah!! "
"Kakak mimpi ibuk Nisa, dia bilang jangan cari ibu lagi, kata nya dia udah tenang sama bapak Nisa!!" Kirana sesenggukan sambil terus memeluk adik nya itu.
"Kakak jangan gitu lah, itukan cuma mimpi, kakak pasti kecapean, ibu pasti baik baik aja."
"Enggak Nisa enggak!! Firasat kakak mengatakan kalau itu beneran ibu, dia suruh kita pergi dan jangan kembali ke kampung itu Nisa!"
"Sudah sudah Kirana kamu tenangkan diri dulu, kembali istirahat, mudah mudahan mimpi itu hanya bunga tidur" ucap bu Nur sambil mengelus belakang tubuh Kirana,
Malam itu semua kembali beristirahat...
Kirana tak bisa tidur lagi, dia hanya berbaring memikirkan ibunya, matanya tak bisa terpejam, bayangan ibunya selalu menghantui, serasa ada yang kosong di hati nya, seperti kehilangan sesuatu disana.
Adzan shubuh berkumandang, pak Rahmat mengajak Azka dan Rizal untuk sholat berjamaah di surau kampung itu, sementara bu Nur, Kirana, Nisa dan mbak Tuti sholat dirumah.
Pagi itu cuaca cerah, suara motor warga berderu hilir mudik, anak anak banyak yang berangkat kesekolah, banyak juga warga yang hendak ke kebun dan sawah mereka, suasana kampung ini hidup sekali, dari teras rumah itu, Nisa memandangi ke arah anak anak itu, bibir nya tersenyum, melihat tingkah lucu anak anak itu, sudah lama dia tak merasakan suasana pagi yang normal seperti ini.
"Nisa sekolah kamu di kampung sini kan?"
Ucap Kirana yang membuyar kan lamunan Nisa," iya kak, tapi kalau mau berangkat sekolah pun aku lupa bawa buku kak"
"Yasudah nanti kita kesekolah mu ya, biar kakak izin ke guru kamu"
"Iya kak" Nisa mengangguk.
Azka juga mengabari Ayah nya tentang apa yang terjadi di sini, mengingat sudah tiga hari sejak kepergian nya, dia belum memberi kabar lagi. Pagi itu setelah sarapan, mereka berempat bersiap siap untuk menemui pak Imran, yang dahulu tinggal sekampung dengan Kirana, pak Rahmat mengantar kan mereka, setelah beberapa menit tibalah mereka di rumah kayu sederhana, pak Rahmat memasuki halaman rumah itu, diikuti empat orang di belakang nya, tampak lelaki ber usia 60 an memakai kopiah hitam, tampak duduk di teras sambil menyeruput kopi hitam, lelaki itu tampak terkejut melihat kedatangan kepala desa dan beberapa orang dibelakang nya.
"Assalamu'alaikum pak Imran, maaf pagi pagi menganggu"
"Walaikumsalam salam Pak Rahmat, silahkan masuk" pak Imran mempersilahkan tamu nya masuk,
Kirana dan yang lain nya menyalami pak Imran dengan sopan,
"Ini Kirana dan Nisa kan? Anak nya Sari dan Nurdin?? Dan kamu nak Azka ya?? Anak nya Hendra??" pak Imran tampak terkejut,
yang semangat dong yang semangat dong
aku penasaran nih
semangat terus pokoknya author saya tunggu lanjutan eps nya👍🔥🔥🔥