NovelToon NovelToon
AIR MATA SURGA

AIR MATA SURGA

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Lari Saat Hamil / Pengganti / Beda Usia / Teen Angst
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: adelita

Ciara Tamara, hanya memiliki sahabat yang dirinya punya. bukan tanpa alasan ia berpikir seperti itu Cia cukup berhutang budi terhadap orang tua sahabat nya Daliya Karimatun Nisa.

apapun akan Ciara lakukan demi kebahagiaan sahabatnya sekali pun ia harus berpindah agama, menaruh dirinya sebagai istri kedua untuk sahabat Suaminya Keenan Algazi Ustman.

Demi permintaan Daliya yang mengalami sakit kanker otak selama bertahun-tahun Cia harus rela mengorbankan kebahagiaan untuk diberikan kepada Gus Azi yang terpaksa menikahinya demi permintaan terakhir Daliya sebelum wanita itu pergi untuk selamanya.

Daliya cukup beruntung bisa dicintai dan disayangi suami dan keluarga nya, wanita yang begitu sempurna tapi hanya satu kekurangannya ia tidak bisa memberikan kehadiran anak dalam rumah tangga mereka.

Daliya ingin memberikan keluarga yang utuh untuk suaminya, cuman Ciara saja lah yang bisa memenuhi keinginannya walaupun dirinya terkesan egois Cia rela melakukan nya dengan ikhlas.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adelita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

AMS-1

DRRT...

DRRT...

DRRT....

Dering ponsel menyadarkan seorang lelaki, yang sedang mengajarkan beberapa surah pada anak-anak pondok pesantren. 

" Sebentar dulu ya Anak-anak. " 

" Baik Ustadz. " balas Anak-anak kisaran usia 6 sampai 12 tahun. 

Lelaki berusia 35 tahun, bernama Gus Keenan Algazi Ustman biasa dipanggil Gus Azi atau Azi. dilihatnya layar ponsel menampilkan nomor istrinya. 

Gus Azi bergegas keluar dari dalam Musholla yang sangat berisik anak-anak yang tengah bermain dan menghafal. 

" Assalamualaikum sayang, ada apa telepon Mas? kamu gak apa-apa kan? " tanya Gus Azi khawatir. 

" Waalaikum salam Mas, apa aku menganggu waktu Mas mengajar? " tanya istrinya. 

" Tidak Daliya, sayang. katakan ada apa? " tanya Gus Azi lembut. 

Daliya Karimatun Nisa, wanita berusia 27 tahun, terkekeh di seberang sana mendengar suaminya yang berkata lembut. 

" Aku lupa memberitahu mu, hari ini aku ada jadwal periksa kerumah sakit, kalau Mas sibuk aku bisa pergi sama Cia aja. " ucap Daliya. 

" Mas gak sibuk kok, sama Mas aja. kamu siap-siap aja. " ucap Gus Azi. 

" Mas yakin? bisa? kalau gak bisa gak masalah Mas, ada Cia kok yang- " 

" Mas bisa Daliya, kamu siap-siap aja nanti Mas jemput. Assalamualaikum. " ucap Guz Azi mematikan sambungan teleponnya. 

TUT...

Gus Azi masuk kembali kedalam Musholla ia sempat menghubungi teman rekan nya untuk menggantikan nya mengajar. 

" Maaf anak-anak Ustadz harus pergi dulu sebentar, nanti Ustadz Fahmi akan mengajar kalian. " ucap Gus Azi. 

" Emang Gus mau kemana? " 

" Saya ada urusan, jadi kalian tidak boleh bermain kemana-mana ya. saya tinggal dulu Assalamualaikum semuanya. " ucap Gus Azi. 

" Waalaikum salah Gus. " 

Didepan Musholla. 

" Gus Azi. " panggil Fahmi. 

" Eh Fahmi, saya pergi dulu ya. " ucap Gus Azi. 

" Mau antar istri berobat ya Gus. " tanya Fahmi. 

" Iya, saya minta tolong ya. maaf sering merepotkan. " ucap Gus Azi. 

" Tidak masalah Gus, saya ikhlas menolong nya. saya masuk dulu. " ucap Fahmi. 

...✿ ✿ ✿ ✿...

Di sebuah rumah megah namun terkesan sederhana, tampak seorang wanita yang memakai hijab pasmina putih dan gamis krayon warna putihnya ia memperhatikan tampilan nya didepan cermin. 

TINN...

Suara bunyi klakson pertanda, suaminya telah datang. Daliya, bergegas mengambil tasnya keluar rumah.

Dalam mobil. 

" Kenapa gak bilang kalau hari ini konsultasinya? " tanya Gus Azi yang masih fokus menyetir. 

" Aku lupa Mas, kalau bukan dokter Aidan yang mengingatkan aku mungkin tidak akan kontrol lagi. " jawab Daliya diselingi kekehan pelannya. 

" Nanti biar Mas aja deh, yang atur jadwalnya agar kamu tidak perlu lupa jadwal kontrolnya. Mas takut kalau kamu sampai kenapa-kenapa sayang. " ucap Gus Azi menatap sekilas Daliya. 

" Aku gak apa-apa Mas, Mas gak perlu khawatir. " jawab Daliya menenangkan suaminya. 

" Gak bisa sayang, Mas khawatir kalau kam sampai terjadi sesuatu. " ucap Gus Azi. 

Berselang beberapa menit, mereka telah sampai di rumah sakit Medika Natura. tidak sampai setengah jam kini giliran nama Daliya yang dipanggil dokter kedua pasangan itu saling bergandengan memasuki ruangan dokter Aidan. 

KLEK...

" Selamat Siang, Nyonya Daliya dan Pak Keenan. " sapa Dokter Aidan. 

" Selamat siang juga Dok. " jawab Gus Azi. 

" Hari ini jadwal kontrol Nyonya Daliya, apa ada peningkatan selama beberapa minggu dengan obat yang saya resepkan? " tanya dokter Aidan. 

" Alhamdulillah dok lumayan lah, cuman kepala saya sering pusing hampir beberapa kali pingsan. " jelas Daliya. 

" Kamu gak pernah bilang sama aku sayang?! " ucap Gus Azi menatap raut wajah istrinya yang kaget. 

" Aku gak mau buat kamu khawatir Mas, apalagi kamu sering bekerja. " jawab Daliya. 

" Setidaknya kamu harus memberitahuku sayang! atau Mbak dirumah tahu kamu sering pusing. " tanya Gus Azi. 

"Y-ya, kadang aku memberitahunya. " ucap Daliya memalingkan wajahnya tidak menatap suaminya. 

Gus Azi menghembuskan nafas gusar. 

" Kalau gitu, kita lakukan kemoterapi lagi ya. " ucap Dokter Aidan menengahi. 

" Baik dokter. " Jawab Daliya. 

Daliya dan Gus Azi bersama dokter Aidan memasuki ruangan Kemoterapi. Gus Azi selalu berada disamping Daliya dimanapun wanita itu berada ia tidak mau sedikitpun melewatkan setiap kemoterapi yang dilakukan Daliya. 

Gus Azi menatap Daliya yang begitu tegar menjalani kehidupan nya, Daliya begitu sabar melewati setiap cobaan yang dilaluinya bertahun-tahun walaupun kini Gus Azi bersamanya tapi wanita itu tidak pernah membebankan apa yang ditanggung nya pada Gus Azi. 

Kurang lebih sekitar 8 jam, kemoterapi Daliya jalani selama itu pula Gus Azi setia menemani Daliya tidak pernah meninggalkannya sedetik pun. 

Mereka kembali menuju ruangan dokter Aidan. 

" Apa ada kemungkinan istri saya bisa sembuh Dokter Aidan? " tanya Gus Azi. 

" Kemungkinan bisa Pak atas kuasa Tuhan, saya tidak bisa memastikan keselamatan Nyonya Daliya saya juga hanya manusia biasa saja yang bisa melakukan semampu saya. " 

" Yang penting, Nyonya Daliya tetap semangat menjalani aktivitasnya dan bertekad akan sembuh. " 

" Apalagi Kanker yang dialami Nyonya sudah ditahap Stadium 4 jadi harus rajin berkonsultasi pada saya. " jelas Dokter Aidan. 

" Iya dok, terimakasih atas penjelesannya. " ucap Daliya. 

" Saya akan memberikan resep obat tambahan untuk Nyonya Daliya, selalu beritahu saya jika terjadi sesuatu Nyonya Daliya. jangan sungkan pada saya. " ucap dokter Aidan. 

" Baik dok, terimakasih kami permisi dulu. " ucap Gus Azi menggenggam jemari tangan istrinya menuntun keluar dari ruangan dokter. 

Setelah menebus obat, Gus Azi mulai menjalankan mobilnya hanya keheningan yang menghiasi diantara keduanya. 

Sesekali Daliya melirik Gus Azi yang terlihat begitu datar. 

Apa ada kata-kata dokter yang membuat suasana hati suaminya berubah? perasaan Daliya tidak ada sama sekali. 

Daliya menyentuh lengan suaminya di sisi satunya yang menganggur di usap pelan menenangkan emosi Gus Azi terlihat urat-urat lehernya timbul karena emosinya namun tidak di tunjukan dihadapan istrinya tapi Daliya tahu suaminya menahan emosionalnya. 

" Jangan dipikirkan lagi Mas, sudah tidak apa-apa. " ucap Daliya mengusap pelan. 

" Aku kesal dengan perkataan dokter Aidan! berani sekali dia berkata seperti itu. " ucap Gus Azi mengungkap isi hatinya. 

" Dia dokter wajar saja Mas, dia lebih tahu perkiraan penyakit diderita dari pada pasiennya. " ucap Daliya. 

" Tapi aku tidak suka dengan cara bicaranya, seolah-olah kamu tidak akan sembuh dari penyakitmu! " sahut Gus Azi. 

" A-aku hanya terlalu takut kehilangan kamu Daliya, Mas tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika kamu tinggalin Mas sendirian didunia ini. " ucap Gus Azi menhentikan mobil tepat didepan rumah mereka. 

" Dengarkan aku Mas, kita tidak tahu kedepannya akan seperti apa. yang pasti setiap manusia hanya makhluk Allah dan tidak akan abadi. seperti aku? aku juga tidak akan abadi suatu saat aku pasti akan pulang ke pelukan penciptanya Mas. "  jelas Daliya. 

" Tapi Mas belum siap kalau harus kehilangan kamu secepat itu Daliya! " ucap Gus Azi lirih membalas genggaman tangan Daliya. 

" Cobalah mulai sekarang Mas mengiklaskan aku jika sudah tidak ada lagi, agar hati Mas tidak terlalu sakit disaat harus menerima kenyataan itu di suatu saat nanti. " ucap Daliya melepaskan genggaman tangan mereka. 

1
Samsiah Yuliana
lanjut kak,,,
Ana Isti
bagus sih cerita nya tapi sayang daliya sama gus azi terlalu egois sama cia
Ana Isti
daliya terkesan sangat " egois
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!