Nakki hanyalah gadis kecil yang lugu, kesehariannya hanya bermain, siapa sangka ia dinikahkan dengan Jendral karena janji kakeknya dan kakek Sang Jendral, sebelum meninggal menulis wasiat, agar Manik menikahi Nakki kelak di kemudian hari.
Jendral yang patuh pada kakek nya dan juga sangat sibuk dengan urusannya bersama raja, tidak punya banyak waktu untuk berfikir langsung menikahi Nakki tanpa melihat wajah gadis itu lebih dulu.
Sayangnya, Jendral meninggalkan istri mudanya untuk waktu yang lama, bersama istrinya yang dipenuhi rasa cemburu, hingga membawa kesulitan bagi Nakki yang tidak memahami apa kesalahannya.
Di dera banyak ujian bersama istri pertama dan kedua Jendral Manik, Nakki kabur dan pulang ke kebun peninggalan kakeknya, sebuah konspirasi jahat membuat Nakki terjatuh ke jurang, lalu muncul sinar terang dari langit menyambar tubuhnya, tubuhnya hanya luka ringan, bahkan memiliki kekuatan setelahnya membuat dirinya jenius dalam berbagai hal.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom Nafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bisik-bisik
"12 tahun, Jendral". Nakki mengaku terus terang.
"Astaga, kau bahkan sebentar lagi menikah, tapi kelakuanmu seperti bocah 7 tahun". Jendral Manik mencemooh.
"Apa? Menikah? iiih... Jendral keterlaluan, saya masih anak-anak, belum pantas menikah, kata kakek, mengurus diri saja belum bisa, bagaimana mengurus suami"? Nakki memonyongkan bibirnya, membuat Jendral Manik tiba-tiba tersenyum sendiri, gemas dengan kelakuan bocah didepannya.
"Sudah-sudah.. .. kalau begitu turun, atau kau bisa jatuh, mengganggu saja". Keluh Jendral Manik sembari berayun untuk menuju ke keretanya yang tetap berjalan perlahan.
"Hah... mengganggu katanya? salah sendiri, siapa suruh kesini? aku yang manjat, dia yang pusing, ish... menyebalkan ternyata, ku fikir penilaian para gadis-gadis tentang sang Jendral tidak semuanya benar". Nakki ikut-ikutan mengomeli sang Jendral yang sudah mengagetkan dirinya.
"Nakki... kau disini rupanya, cepat turun nak, rombongan pengantin sudah keluar gerbang, nanti kita terlambat, kau menyusahkan kakek nak". Keluh kakeknya.
"Ayolah kakek, aku tidak mau menyusahkan kakek". Nakki buru-buru berjalan mendahului kakeknya.
"Kita naik kereta yang merah itu Nakki". Kakek Boru mengingatkan Nakki.
Rombongan kereta pengantar pengantin beriringan tampak megah dan luar biasa dengan jumlah yang sangat banyak dan panjang menuju ke pusat kota, dimana pusat pemerintahan berada.
Istana Perdana Menteri tidak jauh letaknya dari Istana raja, karena perdana menteri adalah adik dari Raja Qinrar sehingga kediamannya masih berada tidak jauh dari lingkungan kerajaan.
Rakyat mengetahui hari ini pernikahan kedua Sang Jendral utama kerajaan, hingga banyak penduduk berdiri di pinggir jalan untuk melihat wajah Jendral muda Manik, berbagai tanggapan dan bisik-bisik terdengar menilai Jendral mereka.
"Lihat wajah Jendral sangat tampan dan gagah perkasa". Seru seorang wanita muda
" Usianya lebih tua beberapa tahun dengan kita, Jendral baru berusia 20 tahun, kabarnya Jendral sudah menguasai berbagai ilmu perang dan bela dirinya sudah sangat tinggi" ucap pria berbaju biru.
"Dengar-dengar, Jendral Manik sangat dingin dan tidak memiliki belas kasih terhadap musuh, tapi hatinya juga sangat baik, sering memberi bantuan pada rakyat miskin". Seorang pria menambahkan.
"Psst.... Jangan terlalu memuji Jendral yang bisa menimbulkan kesalahpahaman raja, raja bisa saja berfikir memiliki saingan, atau musuh-musuh Jendral bisa mencari kelemahan Jendral untuk menjatuhkan Jendral". Bisik seorang pria muda.
"Kudengar dari seorang prajurit di kedai minum, raja sengaja menikahkan Jendral Manik dengan keponakannya agar Jendral semakin terikat pada keluarga kerajaan, mengingat Jendral Manik sangat cerdas, bahkan raja dari kerajaan lain tertarik untuk bekerjasama dengannya, dengan menjadikan Jendral anggota keluarga kerajaan, bukankah itu akan membawa keuntungan bagi raja Qinrar"? ucapnya dengan suara bisik-bisik yang cukup terdengar disekitarnya hingga beberapa mata tertarik mendengarkan.
"Hei.... mengapa kalian begitu pintar menilai sesuatu yang tidak kalian tahu kebenarannya, kalian hanya mendengar semilir angin lalu kalian hembuskan hingga akan menjadi angin kencang yang bisa berbahaya". Seorang wanita patuh bayar sedikit mengingatkan.
"Jangan kuatir bu, cerita ini hanya guyonan tidak akan berpengaruh apapun". Seorang yang lain berkomentar.
"Kalau kalian anggap hanya lelucon, lalu mengapa kalian begitu tertarik dengan kehidupan Jendral Manik dan mengaitkannya dengan kehidupan di istana? apa kalian tidak memikirkan resikonya? bisa saja disini ada mata-mata kerajaan yang mendengar dan melaporkan pada raja". ucapnya mengingatkan.
"Sudahlah, aku lebih suka mendengar kisah cinta Jendral kita, daripada cerita politik kerajaan". Seorang gadis cantik menimpali.
"Wah, betul itu, kabarnya Jendral memiliki banyak wanita di tempat yang dikunjunginya, wanita-wanita cantik berlomba-lomba meraih perhatiannya bahkan sekedar bisa menari berdua di setiap acara".Seorang pria berwajah cukup tampan mengungkapkan sesuatu yang juga didengarnya di kedai kopi tentang Jendral Manik.
"Ah kasian sekali istrinya, harus menahan diri mendengar semua kisah asmara suaminya, itulah mengapa aku tidak suka kehidupan istana, meskipun diadakan sayembara untuk wanita bisa menjadi selir aku tidak akan mau ikut, aku lebih baik menikah dengan seorang petani yang setia". Sindir seorang wanita yang memiliki paras cantik dengan baju tergolong paling mewah diantara teman-temannya.
"Ah... ucapanmu karena belum dilirik pangeran saja, lihat saja kalau salah seorang panglima kerajaan, para pangeran atau bangsawan istana tertarik padamu, aku yakin kau sudah lupa kata-katamu hari ini". Temannya membalas ucapan temannya dengan cukup pedas.
"Ah sudahlah, hei lihat, bukankah itu Nakki? yang duduk di kereta merah itu? bersama kakeknya, kakek Boru". tunjuk seorang pria muda sembari melambaikan tangan kearah kereta merah yang melintas, dibalas anggukan dan senyum tenang dari kakek Boru.
"Kau mengenalnya? seru yang lain", seakan gembira karena temannya mengenali salah satu anggota pengiring pengantin Jendral Manik.
" Kakek Boru? tentu saja. beliau dulu seorang prajurit terkenal di jamannya, namun setelah pensiun, beliau memilih menjadi petani, ayahku mengenalnya karena sering membeli hasil bumi darinya, hasil panennya selalu melimpah dan hasilnya sangat bagus". pemuda itu menjelaskan.
"Oh itu mengapa, kakek itu bisa berada diantara rombongan Jendral, tentulah salah satu kenalan Jendral Manik, lalu siapa Nakki? apa gadis kecil itu"? Pemuda di sampingnya menganggukkan kepala.
" Cantik juga, setelah remaja nanti tentu akan semakin cantik, apa mereka tetanggamu? aku tertarik pada gadis itu? kau lihat? senyumnya sangat manis, sikapnya ceria, berapa umurnya"? seorang pemuda menunjukkan rasa suka dengan terang-terangan menilai Nakki.
"Kau.... berani sekali kau"! Pemuda yang mengenal Kakek Boru menjadi tersinggung.
"Hati-hati dengan ucapanmu, meskipun sekarang mereka hanya petani, tapi keluarga mereka bukan orang sembarang, Kakek Boru sangat menjaga cucu kesayangannya itu, gadis itu seorang yatim piatu, ayahnya adalah anak kakek Boru, sayangnya orang tuanya meninggal karena serangan pemberontakan di waktu lalu, dan dia tidak akan membiarkan seseorang mengusik cucunya, asal kau tau kakek Boru memiliki ilmu bela diri luar biasa". Pemuda itu memperingatkan.
"Hei, mengapa kalian meributkan seorang gadis kecil, ada kami disini yang sudah remaja, bukankah kami lebih menyenangkan"? seorang wanita dengan paras sederhana mengalihkan kedua orang yang berdebat.
"Betul, ayolah... tidak usah meributkan sesuatu yang bukan urusan kita, lebih baik kita melihat atraksi dilapangan, pernikahan Jendral ini diadakan dengan mendatangkan berbagai rombongan hiburan dari berbagai pelosok, kita bisa puas melihat berbagai hiburan, ayolah bergegas, selepas upacara pernikahan, acara hiburan akan dibuka".
Mereka pun membubarkan diri, ikut bergerak di belakang iringan kereta pengantin dengan tujuan alun-alun kota kerajaan dimana akan diadakan berbagai atraksi dan hiburan merayakan pernikahan meriah Jendral Manik dengan Putri Perdana Menteri, sekaligus keponakan Raja Qinrar.
Raja sendiri hanya memiliki seorang putra, yaitu Pangeran Duna, putra mahkota berusia 14 tahun yang saat ini sedang di gembleng menjadi prajurit tangguh oleh Jendral Manik.