Sabar bukan berarti lemah,bertahan bukan berarti bodoh.Itulah ungkapan Arumi menjalankan rumah tangganya.
Sejak menikah, Arumi harus banting tulang cari nafkah untuk suami, anak dan juga mertuanya.Tapi apa yang di dapatkan Arumi, hanya perlakuan kasar dari suaminya
Setelah mendapatkan kekerasan rumah tangga.
Apakah Arumi masih akan mempertahankan rumah tangganya?
Jika ingin tahu kelanjutan ceritanya ikutin terus ya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Selviana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 Mertua Mata Duitan.
Sebenarnya Arumi berasal dari keluarga terpandang dan kaya raya.Hanya saja, wanita itu menyembunyikan identitas dia sebagai wanita biasa yang tidak memiliki keluarga.Bahkan penampilan dia yang dulu modis dan seksi sekarang tidak lagi.Wanita itu sudah melakukan perubahan dengan menutup auratnya menggunakan pakaian panjang dan hijab.Dia begitu taat beribadah hingga terbangun dari tidurnya saat mendengarkan alarm di handphone nya berbunyi yang menandakan sudah jam 05:00 subuh.Sebelum sholat subuh, tak lupa membangunkan suaminya yang tertidur pulas.
" Mas, bangun! Ayo, kita sholat subuh!" Arumi menepuk pundak suaminya dengan lembut.
" Hmm.."
Cuma kata itu yang keluar dari mulut Gerry yang masih memejamkan matanya di tempat tidur.
" Ayo bangun Mas! Kita Sholat bersama,"bujuk Arumi agar Gerry mau menjalankan ibadah sholat.
Sebagai istri,sudah tugas dia menyadarkan suaminya menjadi orang yang lebih baik lagi walaupun Gerry tidak pernah mau di ajak sholat.
Karena kesal, terus di ganggu yang lagi tidur hingga Gerry menipis tangan Arumi begitu kasar hingga jidat istrinya terbentur di dinding .
" Aw...." pekik Arumi dengan menyentuh jidatnya yang terasa sakit.
Tetapi Gerry tidak peduli dengan rasa sakit yang di rasakan Arumi.Dia justru marah dengan menatap tajam istrinya.
" Kalau mau Sholat, ya Sholat sana!Jangan pernah mengajak ku! Apa dengan kamu Sholat? Apa yang kamu dapatkan, hah..? Tidak ada, kan? Hidup kita tetap miskin.Jadi berhenti menggangu tidurku hanya sebuah Sholat yang sama sekali tidak ada gunanya,"omel Gerry yang menganggap Sholat itu tidak penting hingga memejamkan mata kembali.
"Astaghfirullahaladzim,Mas.Sadarlah! Tidak seharusnya mengatakan hal seperti itu,"ucap Arumi lirih dengan mengusap dada sambil menatap sendu ke arah suaminya.
Lalu wanita itu masuk ke kamar mandi untuk melakukan wudhu.Setelah itu, mengambil mukena di dalam lemari lalu di pasang hingga melaksanakan sholat Subuh.Di dalam doanya meminta ketabahan hati untuk menghadapi suaminya yang begitu kasar padanya selama ini.Dia berharap suaminya di bukakan pintu hatinya menjadi suami yang baik.
Selesai Sholat, Arumi keluar dari kamar untuk menyiapkan makanan.Setelah itu, cuci piring di lanjutin dengan beres-beres rumah.Sebelum berangkat kerja, dia harus menyelesaikan semua pekerjaan rumah, kalau tidak, ibu mertuanya akan marah besar.
"Hufff... akhirnya selesai juga." Arumi bisa bernafas lega setelah pekerjaan rumah telah selesai.
Tok...Tok...Tok....
Mendengar suara ketukan pintu dari luar kamarnya.Sarita segera bangkit dari tempat tidur lalu berjalan ke arah pintu kemudian membukanya.Ternyata, itu Arumi yang kini berdiri di depan pintu kamarnya.
"Ada apa pagi-pagi sudah mengetuk pintu kamarku,hah..? Kamu itu hanya mengganggu tidurku saja," kesal Sarita.
" Maaf mengganggu,Bu.Aku cuma ingin mengatakan kalau pekerjaan rumah sudah aku kerjakan semua.Kalau nanti Aqilah bangun tolong ibu urus dia!"pinta Arumi.
"Aku ini mertua kamu bukan pengasuh putrimu.Mending kamu cari sana pengasuh untuk putrimu! Lagi pula ibu sudah capek, mengurus Aqilah yang susah di atur dan banyak maunya." Sarita menolak untuk menjaga Aqilah.
"Aqilah itu cucu, Ibu.Apa salahnya mengurus cucu sendiri? Jika aku menyewa pengasuh untuk Aqilah rasanya aku tidak sanggup bayar.Tolong ibu mengerti dengan keadaan kita yang susah ini."
Sarita mengerutkan keningnya." Cucu katamu? Aqilah itu bukan anak Gerry, berarti itu bukan cucuku.Jika kamu masih ingin aku mengurus Aqilah.Berikan aku uang yang banyak!" Sarita meminta imbalan karena tidak ingin merawat Aqilah dengan cuma-cuma.
"Setiap aku gajian, selalu aku berikan.Kenapa ibu minta lagi?" tanya Arumi yang mencoba menahan emosi karena pikiran ibu mertuanya hanya tentang uang dan uang.
"Itu masih kurang ya!Sementara aku banyak kebutuhan lainnya.Jika kamu menolak, aku tidak senggang untuk membawa putrimu itu ke panti asuhan." ancam Sarita dengan penuh penegasan.
Arumi sampai menghela nafas panjang.Seakan dada terasa sesak dengan apa yang di katakan ibu mertuanya.
"Jangan,Bu! Setelah aku gajian,aku tambahin dari biasanya."
" Gitu dong, aku jadi semangat menjaga putrimu itu.Sekarang kamu boleh pergi! Soal Aqilah, biar aku yang urus."
Jika sudah menyangkut uang, Sarita langsung bersikap baik pada menantunya.
" Terima kasih ya,Bu." Arumi menyalami tangan mertuanya dengan takzim.Dia begitu menghormati ibu mertuanya seperti ibu kandung sendiri walaupun wanita paruh baya itu selalu menyusahkan dirinya.
Kemudian Arumi bersiap-siap dengan pakaian kantor yang dia gunakan.
"Aku berangkat kerja ya,Mas," pamit Arumi dengan menatap ke arah suaminya yang ternyata masih tertidur pulas di tempat tidur hingga Arumi menggelengkan kepala.
Cuma itu yang bisa di lakukan Gerry hanya bisa tidur sesuka hatinya tanpa berpikir untuk cari kerjaan.Seakan suaminya tidak memiliki beban hidup sementara dia sendiri lagi banting tulang.
"Ha..sudahlah,mending aku berangkat!"
Hingga Arumi keluar dari rumah lalu menaiki taksi yang sudah dia pesan.Namun,di tengah berjalanan, taksi yang dia tumpangi tiba-tiba berhenti.
" Ada apa,Pak?" tanya Arumi yang sedang duduk di belakang.
"Ban mobilnya bocor, Nona.Mending Nona naik taksi yang lain saja! Lagi pula Bapak tidak bisa mengantar Nona sampai tujuan,"kata pak supir yang merasa bersalah.
"Tidak apa-apa,Pak," sahut Arumi lalu bergegas turun dari mobil kemudian membayar ongkos taksi tersebut.
"Tidak perlu membayar aku, Nona!" tolak Pak supir karena merasa tidak enak hati untuk menerima uang pada penumpangnya.Sementara dia sendiri tidak bisa mengantar wanita itu sampai tujuan.
"Ambil saja,Pak! Tidak boleh menolak rezeki.Aku ikhlas memberikan uang itu."Arumi menyodorkan kembali uang tersebut ke arah pak supir hingga supir itu mengambilnya setelah itu Arumi pergi.
"Baik sekali Nona itu." Pak supir menatap kepergian Arumi dengan rasa kagum.
Sementara wanita itu memilih jalan kaki dibandingkan cari taksi lagi.Namun, pengendara mobil Sport menghentikan mobilnya ke arah Arumi hingga wanita itu menghentikan langkahnya lalu menatap arah mobil tersebut.Kemudian seorang pria membuka kaca mobilnya.
" Pak Angga?"
Ternyata pria itu adalah Angga pemilik perusahaan Groups PT Angga Real tempat dia bekerja sebagai sekretaris.
"Kenapa jalan kaki?" tanya Angga dengan menatap Arumi.
"Taksi yang aku tumpangi tadi Ban mobilnya bocor,Pak Angga," jawab Arumi.
"Sekarang ikutlah dengan ku!" Angga mengajak Arumi masuk ke dalam mobilnya.
"Tidak perlu,Pak Angga! Sebentar juga sampai ," tolak Arumi tidak ingin merepotkan bosnya itu.
"Tapi kali ini kamu harus ikut dengan ku! Kita ada meeting dengan klien di luar perusahaan.Aku harap kamu bisa mengerti sebagai sekertaris ku," ucapnya sedikit memaksa.
Jika sudah menyangkut pekerjaan, Arumi tidak bisa menolak hingga wanita itu bergegas masuk ke dalam mobil lalu duduk di area belakang.Padahal pria itu berharap jika Arumi duduk di depan.
Tetep berusaha saling percaya dan menyemangati Arumi bersama Angga ...hati" jng mudah luluh dan waspa ma gilang laki" pecundang tempat ttp sampah
kayak gaji umr staff biasa..