Apa yang kau harapkan dari seseorang yang pergi tanpa pamit?Tidak menyangka Naura bertemu kembali dengan sang mantan suami. Ardan,
saat anaknya menceritakan seorang pria baik yang ia kenal. Namun, di balik kemarahannya pada Ardan, ada perasaan yang sulit di mengerti oleh Naura.
memutuskan untuk menghilang tetapi takdir selalu mempertemukan. Meski masih tidak suka dengan kelakuan Ardan. Rasa bersalah yang di tunjukkan Ardan, membuat Naura mencoba memaafkan kembali.
Dan Ardan juga mencari tahu alasan pergi tanpa pamit yang di lakukan oleh Naura.
Ketika keduanya sudah mendapatkan jawabannya. Apakah dunia akan setuju bahwa itu adalah hal yang tepat?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ylfrna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan Usik Kebahagiaanku
Hiruk pikuk mall sudah biasa terjadi, orang-orang berlalu lalang menenteng beberapa belanjaan mereka, anak kecil berlari kesana kemari. Naura menggandeng kedua anaknya. Dan sus Hana berjalan di belakang mereka.
Ardan ingin mengejar Naura. Namun, tangannya di cegat oleh Bilqis
"Kita sudah telat"
"Tunggu sebentar,aku ingin ke toilet" Hanya itu alasan yang bisa ia berikan
"Bagaimana kalau aku yang duluan kesana"
"Iya" jawab Ardan, dan mereka berpisah haluan
Ardan berlari kesana kemari mencari keberadaan Naura. Dan ketika ia melihat wanita itu, Ardan terdiam. Naura sedang bersama lelaki, mereka terlihat seperti pasangan suami istri. Naura menggendong Alana sedangkan lelaki itu menggendong Alan.
Naura apa kau sudah menikah lagi? Apa itu anak hasil hubungan kalian?
Gumam Ardan memandangi mereka dari jarak yang tidak terlalu jauh
Ardan tidak ingin berbasi basi takut nanti keduluan basi. Ia berjalan dengan langkah pasti. Saat ini Alana melihat kedatangannya. Alana minta di turunkan kemudian ia berlari ke arah Ardan
"Om baik" panggil Alana memangku kaki Ardan
Ardan terdiam sejenak kemudian berjongkok dan mengelus pipi Alana
"Alana masih ingat sama om?"
"Iya"
Naura mengejar anaknya dan ikut berjongkok, ketika mereka saling bertatapan. Naura hampir kehilangan keseimbangan. Mulut Naura menganga melihat siapa lelaki itu.
Ardan, suami yang memperlakukan ia dengan kejam. Suami yang di jodohkan dengannya dan suami yang selalu menghina dirinya. Dan suami yang tidak ingin ia temui lagi.
Naura menarik tangan anaknya dari genggaman Ardan
"Ma, ini om baik" ujar Alana
"Tidak sayang, mama sudah bilang om baik hanya om Bas dan om Kevin"
"Naura" panggil Ardan, Rindu? Tentu saja ia merindukan wanitanya
"Mari sayang kita pergi"
"Tapi Ma"
"Alana dengarin mama kali ini"
Naura menggendong Alana. Di saat ia mau berdiri, Ardan menahannya untuk tidak pergi
"Naura selama ini kau kemana?"
Naura menghela nafas? Apa pedulinya menanyakan itu setelah ia membuat Naura pergi jauh!
Melihat situasi yang di alami Naura, Sus Hana berlari mendekati mereka
"Sus bawa Alana ke tempat Alan ya"
Hana mengangguk dan meninggalkan mereka berdua
"Kemana saya pergi bukan urusanmu?" Tutur Naura
"Naura kau masih istriku!"
Istri? Apa arti istri bagimu? Seseorang yang kau hina? Atau seseorang yang kau perlakukan dengan kejam? Huh?
"Tidak, pernikahan itu telah usai beberapa tahun yang lalu"
"Tetapi surat cerai itu tidak pernah ada"
"Saya tahu, dan terlepas dari itu semua saya sudah bahagia"
"Keras kepalamu tidak pernah berubah"
"Tuan muda yang hidupnya selalu enak. Rasanya tidak pantas kau mengucapkan itu kepada saya? Anda tidak ingat dulu bagaimana memperlakukan saya? Bagai musuh di dalam rumah kalian?"
Ardan terdiam, pernikahan mereka dahulu benar karena bisnis. Tetapi setelah Naura pergi, hidup Ardan sudah hilang separuhnya. Mungkin saja, karma sudah ia dapatkan
"Aku minta maaf dan apa Alana anak kita?" Tanya Ardan
Naura tertawa geli mendengarnya "Anak kita? Saya beritahu kepada anda, saya sudah bersuami dan itu anak dari suami saya"
"Apa itu suamimu?" tunjuk Ardan ke arah Kevin yang sedang bermain bola bersama Alan dan Alana
Naura merasa tidak ada pilihan lain "Iya dan jangan usik keluargaku"
"Tetapi ingat Naura kita belum berpisah"
"Saya tidak peduli"
Kemudian Naura meninggalkan Ardan begitu saja. Ardan tidak tahu lagi harus melakukan apa. Di sisi lain, Naura sudah memiliki keluarga baru.
"Sayang" panggil Bilqis tiba-tiba
Naura menoleh lalu tersenyum tipis melihat Ardan juga sudah memiliki pendamping
"Kenapa lama?"
"Ayo kita pulang" ajak Ardan tergesa-gesa
"Tetapi cincinnya"
"Aku tidak bisa Bilqis, nanti kita pikirkan lagi soal lamaran"
"Ardan ada apa denganmu?"
Ardan tidak menjawab lagi, ia berjalan ke arah pintu keluar. Pikirannya benar-benar tidak stabil. Ada apa dengan Naura? Kenapa dia berani sekali menikahi orang lain di saat pernikahan mereka masih berstatus istri orang? Semua pertanyaan memenuhi isi kepala Ardan. Di saat Ardan tidak ingin percaya, tetapi di buktikan dengan melihat anak-anak Naura.
"Kenapa?" tanya Kevin melihat Naura gelisah
"Tidak ada, oh ya kapan kau kembali keluar kota?"
"Mungkin senin depan"
"Terimakasih ya sudah sempat mengunjungi kami"
"Tidak masalah Naura, kita sudah berteman dari kecil"
Kevin adalah teman kecil Naura, dulu semasa kuliah mereka tinggal berdamping. Dan saat memasuki dunia kerja, Kevin pindah keluar kota mengurus perusahaan ayahnya. Dua kali dalam sebulan Kevin selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi Naura.
"Bukankah yang tadi itu suamimu?"
Naura hanya terdiam sembari mengangkat bahu
"Apa menurutmu aku harus pindah lagi?"
"Jangan, hadapi dia! Ini sudah lima tahun berlalu. Kasihan Alan dan Alana"
"Ya, sebisa mungkin dia tidak boleh bertemu dengan anak-anakku. Luka itu masih menancap disini" tutur Naura menyentuh dadanya
"Aku masih ingat bagaimana dia memperlakukan aku dengan buruk"
"Kalau kau butuh bantuan, selalu ada aku Naura, aku akan melindungi kalian"
"Terimakasih Kevin" ujar Naura sembari tersenyum lega
...----------------...
Setelah puas bermain dan berbelanja, Naura dan anak-anaknya kembali pulang. Kevin juga kembali pulang ke hotel karena sudah malam.
Sepanjang perjalanan Naura banyak diam, memikirkan bagaimana Ardan bisa menemukan keberadaannya?
"Mama" panggil Alan berulang kali
"Non" Hana ikut memanggilnya
"Eh iya, ada apa sayang?"
"Mama kenapa marah sama om baik?" tanya Alana
Naura tersenyum "Mama tidak marah, hanya saja kita tidak kenal dia Alana"
"Iya Lana, nanti kalau kita di culik bagaimana?" ujar Alan
"Iya sayang, tidak semua orang itu baik. Jadi Alana dan Alan harus hati-hati jika dia mendekati kalian"
"Iya ma" ucap Alana menunjukkan ekspresi sendunya
"Alana kaan sudah punya om baik"
"Iya, tapi Alana mau punya papa"
"Alan juga, teman-teman Alan semuanya punya papa"
Naura terdiam, semakin besar, anaknya semakin berkeinginan memiliki seorang figur ayah.
"Alana, Alan, kaan sudah ada mama, sudah ada sus, bukannya Alana dan Alan sudah berjanji tidak akan membuat Mama sedih" ujar sus Hana menasihati mereka berdua
"Mama maafin Alana ya"
"Alan juga ya ma"
"Iya sayang, sabar ya nak. Nanti kita temukan papa ya"
"Tapi bukan om kevin atau om Bastian"
"Kenapa?"
"Om Kevin jauh, om Bastian sibuk, Alana mau papa yang bisa menemani Alana ke sekolah"
Naura tertawa kecil "Iya sayang nanti kita cari papa yang pengangguran ya"
Hana pun ikut tertawa geli
"Pengangguran itu apa ma?" tanya Alan
"Seseorang yang kerjaannya hanya di rumah"
"Iya ma, Alana suka papa seperti itu"
Naura dan Hana tertawa bersama mendengarkan keinginan anaknya.
"Jadi nanti non Naura yang akan jadi tulang punggung keluarga" celetuk Hana
"Iya sus, dunia terbalik" jawabnya di ikuti gelak tawa.
Ardan kembali ke rumah tanpa Bilqis, Ardan membuka lemari, ia mencari buku nikahnya bersama Naura. Walau pun semua sudah berantakan, tidak untuk buku nikah . Ia masih tersimpan rapi bersama cincin pernikahan mereka. Ardan tersenyum , ia ingin menemui Naura kembali. Namun, tiba-tiba langkahnya terhenti. Ardan mengingat hari dimana ia pernah menyakiti Naura dengan sangat kasar.
siapa yg mo daftar lagi masih dibuka nih😌