NovelToon NovelToon
Revenge Ends In Love

Revenge Ends In Love

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / One Night Stand / Selingkuh / Cinta Terlarang / Cerai
Popularitas:27.7k
Nilai: 4.9
Nama Author: farala

Oleh orang tuaku, aku di jadikan sebagai pelunas utang dan menikahkan ku dengan seorang pria kaya. Tidak ada cinta di antara kami. Suatu malam, tanpa sengaja, aku melakukan one night stand dengan bos ku hingga aku harus mengakhiri rumah tangga ku yang masih berumur jagung.
Ternyata, kejadian malam itu adalah jebakan. Jebakan balas dendam yang membuatku terluka dan trauma.
Lima tahun berlalu, aku bertemu lagi dengannya, bertemu dengan pria yang malam itu membuatku tak berdaya karena sentuhannya. Pria yang sangat aku benci dan ingin aku lupakan.
Tapi pertemuan itu kembali membuatku terseret oleh pesonanya.
Mampukah aku tetap membenci atau justru aku malah jatuh cinta padanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 2 : Bos diktator

" Ikut keruangan ku!" Kalimat perintah yang sangat mengintimidasi.

Mau tidak mau Emilia harus mengikuti pria itu, pria yang di katakan tampan dan sempurna oleh Heidi dan beberapa teman perempuan lainnya di divisi finance dan accounting.

Pintu tertutup.

" Silahkan duduk." Kata pria itu.

" Terima kasih pak."

" Aku baru melihatmu." Ujar pria itu mendudukkan tubuh tingginya di kursi kebesaran sambil menatap tajam ke arah Emilia.

” GERARD CHADDRICK .” Plang nama meja itu tertulis dengan tinta emas dan tepat berada di depan mata Emilia.

" Iya pak, saya baru mengambil cuti."

" Cuti untuk apa? Di saat semua sedang sibuk mempersiapkan launching, kamu justru sedang bersenang senang dengan mengambil cuti? Di mana tanggung jawab mu sebagai senior finance di sini?!"

" Tapi permohonan saya sudah masuk sampai meja direktur pak, dan lagi ini cuti yang sangat penting. Saya baru saja..." Ucapan Emilia menggantung di udara karena di sela langsung oleh manajernya.

" Tapi aku tidak mengetahuinya." Ucapnya dengan tatapan tajam.

Emilia terdiam.

Arogan sekali bos barunya itu. Menurutnya.

” Apanya yang tampan, satu kantor kayaknya katarak semua." Gerutu Emilia dalam hati.

" Maafkan saya pak." Hanya itu yang bisa dia katakan.

" Aku sudah mengirim ke email mu, kerjakan semua hari ini juga!"

" Baik pak."

" Apa yang kau tunggu?"

" Saya permisi pak."

Emilia keluar dengan wajah di tekuk.

Dia menghempaskan tubuhnya di kursi. Heidi datang menghampiri.

" Apa yang di katakan nya padamu?"

" Marah, dia memarahiku habis habisan gara gara aku mengambil cuti."

" Bukankah kamu sudah membuat suratnya dan permohonan mu itu di setujui, iya kan?"

" Aku sudah mengatakan padanya, tapi di malah mengatakan kalau dia tidak mengetahuinya sama sekali." Kesal Emilia.

" Sudahlah, aku harus mengerjakan tugas ku." Lanjut Emilia. Akhirnya Heidi kembali ke meja kerjanya, mengobrol dengan Emilia dalam kondisi mood berantakan akan membuatnya kena semprot.

Emilia membuka email-nya, dan detik itu juga, sepasang matanya melotot sempurna. Di layar komputer miliknya itu, lebih dari seratus halaman berkas yang harus ia periksa.

" Gila!" Umpatnya.

" Kenapa?"

" Bos barumu itu sudah gila."

Heidi kembali mendekat.

" Lihatlah, pekerjaanku seminggu lalu saja belum selesai, dia malah menambahnya begitu banyak. Aku tidak komplain karena memang ini tugasku, masalahnya ini terlalu banyak, lagian aku liat, hanya enam puluh persen pekerjaanku di sini, sisanya itu bagian staf accounting." Keluh Emilia.

Heidi setuju dengan Emilia, ini memang keterlaluan. Ada masalah apa bos barunya itu dengan Emilia? Sahabatnya itu baru masuk kantor setelah seminggu hiatus dan sudah harus melakukan romusha.

" Yang sabar, mungkin pak Gerrard sedang datang bulan." Kata Heidi sembari menepuk bahu Emilia untuk memberikan semangat.

" Dasar kau! Sana..hush.." Emilia mengusir Heidi seperti mengusir seekor kucing.

Emilia mulai fokus, menatap layar di hadapannya hingga tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Jam makan siang hampir saja ia lewatkan. Jika sedang bekerja, terkadang Emilia bisa lupa makan. Beruntung, di dalam tasnya, selalu ada roti dengan isian keju yang ia siapkan. Karena di saat situasi tidak kondusif dan dia harus duduk berjam jam untuk memeriksa laporan keuangan perusahaan, roti keju itu akan sangat berfungsi untuk mengganjal perutnya yang terkadang mulai terasa perih karena terlalu lama di biarkan kosong.

Heidi keluar bersama teman yang lain, mencari apapun di luar sana yang bisa mereka gunakan untuk menuntaskan rasa lapar.

Ia tidak berani mengajak Emilia, dari semasa sekolah mereka berteman, Heidi banyak tau tentang sifat sahabatnya itu.

Emilia tidak akan suka di ganggu jika sedang serius mengerjakan sesuatu. Jadilah ia meninggalkan sahabatnya itu seorang diri di dalam ruangan.

Ah.. ternyata Emilia tidak sendiri, di dalam sebuah ruangan yang pintunya tertutup rapat, ada seorang pria tampan yang sedang memperhatikan segala gerak gerik Emilia.

Rautnya nampak sangat sinis. Tatapannya tajam menatap wanita yang sedang berkutat di depan komputer sedang mengerjakan tugas yang sangat banyak dan entah kapan akan selesai.

" Selamat, kau sekarang berada dalam genggamanku." Ucapnya tersenyum smirk lalu kembali melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.

*

*

Emilia POV

Aku menggerutu, matahari sudah menghilang dari balik gedung yang masih berada di jangkauan mataku dan aku masih di sini. Sendirian.

Petugas keamanan sudah dua kali menghampiriku, menanyakan kapan aku akan pulang, tapi jawabanku lagi dan lagi membuatnya terpaksa tersenyum. " Belum tau pak, pekerjaanku masih banyak."

Ya, aku memang tidak tau kapan akan berakhir penderitaan ku ini. Teman teman ku sudah pulang sejak lima jam yang lalu, dan aku masih di sini, berkutat dengan banyaknya lembaran kertas yang semakin menumpuk.

Tidak lama setelah teman sekantorku pulang, Gerrard lewat di sampingku tanpa sedikitpun menegurku, aku tidak minta di kasihani, setidaknya dia masih menganggap ku ada di dalam kantornya. Aku seperti debu yang tidak terlihat olehnya, padahal suara berisik dari keyboard milikku yang sengaja aku tekan kuat kuat ternyata tidak cukup mampu menarik perhatiannya.

Aku menghela nafas kasar.

Bayangkan, lambungku hanya terisi sebungkus roti keju siang tadi, dan sampai sekarang, tidak ada satupun jenis makanan yang menemani kesendirian roti tersebut selain dua liter air minum yang membuatku seperti ingin muntah karena kembung.

Menit demi menit aku lewati, hingga jam di dinding menunjuk di angka sepuluh malam. Mataku mulai terasa lelah, terlebih perutku yang semakin sakit. Aku menyerah, padahal sisa beberapa lembar lagi. Tidak mungkin aku memaksa tubuhku bekerja terus tanpa membiarkannya istirahat. Tubuhku ibarat mesin, jika terus di gunakan tanpa henti lambat laun akan rusak juga.

Ku matikan komputer, lalu ku raih tas ransel yang aku tautkan di sandaran kursi tempat dudukku . Aku keluar setelah lebih dulu mematikan lampu dan pendingin ruangan.

Seketika bulu kudukku berdiri, kantor yang setiap harinya ramai menjadi begitu sunyi dan gelap. Pikiranku berkelana kemana mana, sesekali aku menoleh, takut jika tiba tiba saja ada yang memegang punggung ku, seperti film the Conjuring yang aku nonton beberapa hari lalu. " Ah.. kenapa juga aku harus menonton film itu?" Kesal ku sembari mempercepat langkah kakiku.

Karena sudah malam, lift tentu sudah di matikan, ini demi menghemat biaya listrik yang selalu membludak tiap bulannya. Aku terpaksa menuruni tangga. Tenaga ku yang tersisa sekitar tiga puluh persen, kini harus aku gunakan untuk melatih kedua ekstremitas bawahku.

Selama bekerja, ini adalah hari terburuk yang pernah aku lalui. Bahkan terasa lebih buruk karena bertemu dengan seorang diktator seperti bos ku itu.

Akhirnya aku meninggalkan gedung berlantai dua puluh itu. Gedung yang sudah memberikan ku salary yang bisa di bilang sangat banyak untuk menghidupi diriku sendiri.

Dan lagi, setelah menikah seminggu lalu, Ludwig mengirimkan sejumlah uang ke rekeningku. Mungkin itu sebagai bentuk tanggung jawabnya, meski sebenarnya bagiku itu tidak perlu, hanya membuatku terbebani saja.

Aku berjalan menyusuri zebra cross, ini kota besar, jam sepuluh malam justru orang orang semakin ramai memadati jalanan. Dan situasi seperti ini sudah setiap hari aku lihat.

Beberapa meter di depanku adalah tujuan utama kaki ku melangkah. Restoran jepang yang paling terkenal di sekitar kantorku seperti sedang melambaikan tangan memanggil manggil namaku.

" Emilia,, Emilia,,, kami ada menu baru, cepatlah kemari." Membayangkannya saja seketika membuat air liurku ingin menetes.

Di luar cukup dingin, angin mulai berhembus hingga membuat rambutku beterbangan ke mana mana.

Aku berjalan sembari menunduk , mencari ikat rambut yang aku simpan di dalam tas ketika tiba tiba saja, tubuhku terasa melayang.

Bruk.

...****************...

1
putri anggiamurni
kak lama banget update novel yg ini? sedih rasanya, padahal yg novel Zara hampir tiap hari update lo.. huhuhu

btw, semangat nulisnya dan sehat selalu /Kiss//Kiss/
Eva Wahyuni
semangat Thor 💪💪💪.. Akhir nya yang ditunggu up juga 😄..
semoga Gerrad bisa terus melindungi Emilia dari bahaya..
Sidieq Kamarga
Duh Thor kemana aja atuh lama ditengoooook lagi tengooook lagi eh akhirnya muncul juga 🥰🥰🥰🥰🥰. Wyn sepertinya belum puas karena belum bisa menaklukan Emillia, jadi dia selalu berusaha agar dapat dekat bankam enaklukan Emillia !!!
SasSya
klo dalangnya lagi2 wyn
maka dia benar-benar monster
yellya
emi,jgn lngsng nerima gerard ya,biar dia usaha yg keras dulu buat dapetin kamu lagi 😏😏😏😏
dwi fenny
up thor
dwi fenny
bagus willy...
Sidieq Kamarga
Halaaaah Willy tahu Geral sedang sakit hati dan fisiknya, eeeh dibilang suaminya Emillia mati, makin sakit dong hatinya !!!
SasSya
jawabannya lebih sarkas Will
mati! 😃😁
yellya
jleb ga tuh gerard 💔💔💔
Bunda Wati
alur cerita yang apik ,seperti ikut di dlm cerita kyk lihat film...
SasSya
sengajakah ini mobil mau menabrak Emy🤔
selama wyn blm di kasih syok terapi hidup Emy tidak akan tenang kayanya
kabar Ludwig gimana zaaa
Sidieq Kamarga
Akhirnya Othor up date, Itu siapa yang mau mencelakai Emilia ? Gerald yang terkena imbasnya !
Okta Kartika
Luar biasa
SasSya
mom Daisy lebih pintar dan bijak gerr
enak sajaaaa
susah2 bujuk Emy untuk tinggal bersama, rencana baru di mulai malah mau di recokin...
yellya
gerard kurang usaha nih, pepet trs emi nya 😁😁
Hilda Yanti
lanjut author, please
Sidieq Kamarga
Benar juga untuk Emilia jangan terjebak dengan masa lalu, hadapi dengan lapang dada, kemudian biarkan semua berlalu tanpa harus tertekan karenanya. Sakit hati itu akan selalu ada, tapi jangan dikuasai oleh rasa sakit itu !!
Yeni Bagonk
Bagus banget alur ceritanya.
Novie Achadini
maua nyumpahin gerard mati
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!