NovelToon NovelToon
Di Balik Layar HP

Di Balik Layar HP

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Iqbal Maulana

Dimas Ardiansyah, seorang pria dari desa yang merantau ke Kota Malang untuk bekerja. Ia bekerja di sebuah perusahaan ternama di kota tersebut. Namun, ia harus menyadari bahwa bekerja di perusahaan ternama memiliki tekanan yang jauh berbeda.
Ketika ia merenungi semua masalah dan melampiaskannya ke hp hingga senja tiba. Dimas yang akhirnya pulang ke kos tak sengaja bertemu seorang gadis yang sangat menawan hingga beban pada pekerjaannya hilang sejenak setelah melihat gadis tersebut.
Apa yang akan dilakukan oleh Dimas setelah ia bertemu dengan gadis itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Iqbal Maulana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertemuan pertama

Dengan langkah mantap, Dimas bangun dari kasurnya dan mulai menyiapkan diri. Ia membersihkan diri, mengenakan pakaian yang rapi, dan memastikan bahwa segala sesuatunya sudah siap untuk perjalanan. Hari ini adalah hari yang spesial baginya. Ia akan bertemu dengan ibunya setelah sekian lama tak bertemu.

Kesempatan untuk bercerita dan berbagi keluh kesah menjadi dorongan yang sangat besar baginya. Setelah selesai menata diri, Dimas mengambil ponselnya dan membuka galeri foto. Di sana, ia menemukan foto-foto masa lalunya, termasuk foto ibunya. Wajah manis dan lembut ibunya membuat hati Dimas terasa hangat. “Udah 2 minggu ternyata aku ga pulang ke rumah, kasian ibu pasti kepikiran banget sama aku,” kata Dimas yang hendak keluar kos.

Setelah memastikan bahwa semuanya sudah siap, Dimas meninggalkan kosnya untuk membeli oleh-oleh khas Kota Malang yakni Bakpia dan buah Apel dan menuju ke stasiun bus. Perjalanan menuju kampung halamannya memakan waktu yang cukup lama, tetapi Dimas tak merasa bosan. Pikirannya dipenuhi oleh berbagai macam harapan dan keinginan untuk bertemu ibunya. Saat akhirnya sampai di kampung halamannya, Dimas disambut oleh udara segar dan pemandangan yang indah. Ia melangkah dengan hati penuh harap, menuju rumah kecil tempat ia dibesarkan.

Ketika ia tiba di depan rumah, hatinya berdebar kencang. Ia mengetuk pintu dengan lembut, menunggu dengan sabar sampai pintu terbuka. Seketika, wajah cerah Bu Siti muncul di balik pintu. Matanya bersinar senang saat melihat Dimas. "Dimas, anakku! Akhirnya kamu pulang!" serunya sambil membuka pintu lebar-lebar.

Dimas tersenyum lebar dan segera memeluk ibunya erat-erat. Rasanya seperti kembali pulang ke pelukan yang hangat dan nyaman setelah sekian lama berada jauh di kota. "Maaf, Bu, aku agak lama pulang kali ini," ucap Dimas sambil membebaskan diri dari pelukan ibunya. Bu Siti hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum. "Tidak apa-apa, sayang. Yang penting kamu sudah pulang. Masuklah, sudah lama sekali kita tak berkumpul seperti ini."

Dimas mengikuti ibunya masuk ke dalam rumah. Aroma masakan khas ibunya menyambut mereka di ruang makan. Dimas tersenyum bahagia, merasa seperti kembali ke masa kecilnya. Di meja makan, ibunya telah menyiapkan hidangan lezat yang disukainya. Mereka berdua duduk bersama di meja makan, berbagi cerita dan tawa. Dimas menceritakan semua hal yang telah terjadi padanya di kota Malang, termasuk pekerjaannya yang penuh tekanan dan pertemuannya dengan wanita misterius di jalan menuju kosnya.

Ibu Siti mendengarkan Dimas bercerita dengan penuh perhatian. Wajahnya tampak serius ketika Dimas bercerita tentang pekerjaannya yang kacau. Namun, senyumnya kembali muncul saat Dimas bercerita tentang pertemuannya dengan gadis cantik di jalan. "Mungkin itu adalah tanda baik, Nak," katanya sambil tersenyum. "Siapa tahu, gadis itu adalah seseorang yang istimewa dalam hidupmu." Dimas tersenyum, merasa hangat oleh kata-kata ibunya. "Aku harap begitu, Bu," ucapnya pelan. Malam itu berlalu dengan cepat. Dimas dan ibunya menghabiskan waktu bersama, saling berbagi cerita dan kenangan. Setiap kata dan tawa yang mereka bagikan membuat hati Dimas terasa penuh dan hangat.

Ketika larut malam tiba, Dimas merasa lelah setelah perjalanan panjang dan hari yang penuh dengan emosi. Ia pamit kepada ibunya dan berjanji akan segera kembali berkunjung lagi. Dengan langkah ringan, Dimas meninggalkan rumah ibunya dan kembali ke kosnya di kota Malang. Meskipun tubuhnya lelah, hatinya penuh dengan kehangatan dan harapan baru setelah bertemu dengan ibunya.

Saat memasuki kosnya setelah melakukan perjalanan jauh dari kampung, Dimas merasakan udara yang berbeda. Rasanya seperti kembali ke dunia yang keras dan tak terduga setelah sesaat merasakan kehangatan keluarga. Namun, ia tidak merasa sendirian. Pikirannya masih dipenuhi oleh pertemuan singkat dengan gadis cantik nan misterius di jalan tempo hari. Bayangannya menghantui pikirannya, membuat hatinya berdebar-debar.

Setelah mandi dan menyiapkan diri untuk tidur, Dimas terbaring di atas kasurnya. Pikirannya terus melayang ke pertemuan dengan gadis itu. Siapakah dia? Apa yang membuatnya begitu terpesona? Dan kenapa ia merasa begitu terkikis oleh kehadirannya? Di tengah-tengah pertanyaan-pertanyaan itu, akhirnya Dimas tertidur dengan wajahnya yang dipenuhi dengan senyum tipis. Mimpi-mimpi tentang pertemuan dengan wanita misterius menghantui tidurnya, memberinya kehangatan dan harapan baru di tengah-tengah kegelapan malam. Keesokan paginya, Dimas terbangun dengan semangat baru.

Ia merasa segar dan siap untuk menghadapi hari yang baru. Dengan cepat, ia bersiap-siap untuk pergi ke kantor. Hari ini, ia memiliki rencana untuk bertemu dengan Rina dan timnya untuk membahas solusi atas masalah pekerjaan yang sedang mereka hadapi.

“Waduh telat ini ketemu Rina sama yang lain,” ucap Dimas dengan terburu-buru. Ketika baru keluar gang, Dimas bertemu kembali dengan sesosok gadis yang membuat terpana. “Looohh Mas yang malem itu kan?,” kata gadis itu dengan lembut. “Hehehe ... iyaaa saya yang tadi malem, Masnya tinggal disini?” tanya balik Dimas. “Iyaaa saya tinggal di daerah sini Mas,” jawab gadis itu. “Anuuuu ... boleh tau nama kamu?” tanya lagi Dimas dengan perasaan dag dig dugnya. “Boleeehhh, nama saya Maya, kalo Masnya?” ucap Maya. “Aku Dimas Ardiansyah, panggil aja Dimas,” jawab Dimas dengan lugas.

Dimas yang sebenernya telat untuk bertemu Rina dan teman-temannya sontak aja si Dimas ingat. “Adyyaaahh aku inget aku buru-buru ... aku tinggal dulu yaa, ini nomor telepon aku mungkin bisa chat-chatan nanti yaa,” kata Dimas yang tancap gas memacu motornya menuju tempat teman-temannya kumpul.

Saat sampai di kantor, suasana hati Dimas berubah menjadi serius lagi. Mereka memiliki banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, dan mereka tidak punya banyak waktu untuk bersantai. Namun, kehadiran Rina dan timnya membuat suasana hatinya sedikit lebih cerah. Mereka semua saling mendukung dan berusaha mencari solusi atas masalah yang mereka hadapi. Selama pertemuan itu, Dimas merasa terbantu oleh kehadiran Rina. Wanita itu selalu memiliki kata-kata yang tepat untuk menghiburnya dan memberinya semangat. Dimas merasa beruntung memiliki teman seperjuangan seperti Rina di sampingnya.

Setelah pertemuan selesai, Dimas merasa lega. Mereka telah berhasil menemukan solusi atas masalah pekerjaan yang mereka hadapi, dan sekarang mereka bisa melanjutkan pekerjaan mereka dengan tenang. “Lain kalo ada apa-apa tuh ngomong, ga usah gengsi buat minta tolong, kita ini udah temenan lama ... PAHAM!?,” ujar Rina dengan tegas. “Iyaaa iyaaa lain kali aku bakal ngomong, sorry banget dah bikin kamu sama yang lain khawatir,” jawab Dimas yang merasa bersalah.

Namun, di tengah-tengah kelegaan itu, pikirannya kembali melayang ke Maya yang baru dikenalinya tadi. Saat itulah ponselnya bergetar, memberinya notifikasi pesan masuk. Hatinya berdebar kencang saat melihat siapa pengirimnya.

Ternyata, itu adalah pesan dari Maya tersebut. "Terima kasih sudah mau memberikan nomornya Mas ke saya. Saya harap bisa bertemu dengan Mas Dimas lagi hehehe.”. Dengan senyum yang tak terkira, Dimas merasa hatinya berbunga-bunga. Gadis itu juga merasakan hal yang sama dengannya! Tanpa ragu, Dimas segera membalas pesannya. "Sama-sama. Saya juga sangat senang bertemu dengan kamu sejak malam itu. Saya berharap bisa melihat Anda lagi suatu hari nanti. "

Setelah mengirim pesan balasan, Dimas merasa seperti melayang di awan-awan. Ia tidak bisa menahan senyumnya yang lebar. Hatinya dipenuhi oleh kebahagiaan dan harapan baru. Mungkin, pikirnya, pertemuan singkat dengan wanita misterius itu adalah awal dari sesuatu yang indah di dalam hidupnya.

Dengan semangat yang baru, Dimas kembali fokus pada pekerjaannya. Meskipun masih ada banyak tantangan yang harus dihadapi, ia percaya bahwa dengan dukungan dari Rina dan timnya, mereka akan bisa mengatasinya. Dan di balik layar HP-nya, Dimas juga memiliki seseorang yang memberinya semangat dan kehangatan.

Pada malam hari, setelah pulang dari kantor, Dimas kembali memikirkan pertemuan dengan Maya itu. Ia merasa beruntung telah bertemu dengannya, dan ia tidak sabar untuk melihatnya lagi suatu hari nanti. Dengan hati yang penuh dengan harapan dan kebahagiaan, Dimas merenungkan tentang masa depan yang cerah yang mungkin menantinya. Di balik layar HP-nya, ada cerita yang sedang ditulis dengan sendirinya, penuh dengan kejutan dan kebahagiaan yang tak terduga.

1
jeju94
hai thor aku udah mampir nih semangat ya buat karya selanjutnya
Iqbal Maulana: oke makasi masih proses yg hembusan angin
total 1 replies
Durahman Kedu
sudah selesai apa masih terus nih.. ceritanya bagus...
Iqbal Maulana: sudah bikin karya kedua judulnya "Hembusan Angin" dengan cover cewek yg diselimuti dedaunan /Grin/
Durahman Kedu: oke.. bikin lagi gan... sukses selalu pokoknya
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!