NovelToon NovelToon
Tawanan Miliarder Posesif

Tawanan Miliarder Posesif

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Menantu Pria/matrilokal / Nikah Kontrak / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:7.3k
Nilai: 5
Nama Author: ayu andita

follow aku di IG : ayu_andita28

Hutang 10 Milyar yang dimiliki orang tua Serenity Lily membuat gadis itu menjadi korban dari seorang CEO kejam. Dia menjadi tawanan sang CEO yang tampak marah dan dendam pada orang tua Lily.

Akankah Lily mampu terlepas dalam penjara yang dibuat oleh sang CEO atau justru terjerat dalam pesonanya. Sementara pria itu hanya menjadikan Lily sebagai tawanan!

Akankah Lily akan menemukan bahagianya atau justru sebaliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayu andita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21 Kejujuran Lily

Keesokan paginya, Lily bangun lebih awal dari biasanya. Matahari baru saja terbit, dan sinar lembutnya menembus tirai kamar tidur, menciptakan suasana hangat yang menyambut hari baru. Lily melirik ke arah Xander yang masih terlelap, wajahnya tampak damai dan tenang. Dia bangun pelan-pelan, berusaha tidak membangunkan suaminya, lalu menuju ke dapur untuk menyiapkan sarapan.

Sambil memasak, pikiran Lily melayang kembali ke kejadian kemarin dengan Bram. Dia merasa perlu berbicara dengan seseorang, tetapi tidak ingin membebani Xander. Mungkin dia bisa berbicara dengan sahabatnya, Sarah, pikirnya. Sarah selalu tahu cara memberikan saran yang bijak.

Setelah sarapan hampir siap, Lily mendengar langkah kaki Xander mendekat. Dia menoleh dan tersenyum ketika melihat suaminya memasuki dapur dengan rambut yang masih acak-acakan.

"Selamat pagi, sayang," sapa Xander dengan suara serak khas orang yang baru bangun tidur.

"Aroma sarapan ini sungguh menggugah selera."

Lily tertawa kecil. "Selamat pagi, Xander. Aku pikir kamu perlu sedikit energi pagi ini. Duduklah, sarapannya hampir siap."

Xander duduk di meja makan dan mengamati Lily yang sibuk di dapur. "Kamu terlihat lebih segar pagi ini. Tidurmu nyenyak?"

Lily mengangguk sambil mengaduk kopi. "Ya, aku tidur nyenyak. Bagaimana denganmu?"

"Nyenyak juga. Aku senang kita bisa menghabiskan waktu bersama kemarin," jawab Xander sambil tersenyum.

Setelah semuanya siap, Lily membawa piring-piring sarapan ke meja dan duduk di sebelah Xander. Mereka menikmati makanan sambil berbincang ringan tentang rencana hari ini. Lily merasa lebih tenang dengan Xander di sisinya, suasana rumah yang damai membuatnya lupa sejenak tentang kejadian kemarin.

Setelah sarapan, Lily memutuskan untuk menelepon Sarah. Dia butuh mendengar suara sahabatnya dan mungkin mendapatkan perspektif lain tentang situasinya. Sementara itu, Xander berencana untuk bekerja dari rumah hari ini, jadi dia masuk ke ruang kerjanya dengan secangkir kopi di tangan.

Lily mengambil ponselnya dan pergi ke taman belakang untuk mendapatkan privasi. Dia menekan nomor Sarah dan menunggu dengan sabar hingga sahabatnya mengangkat telepon.

"Halo, Lily! Apa kabar?" suara Sarah terdengar ceria di ujung telepon.

"Halo, Sarah. Aku baik-baik saja. Ada sedikit hal yang ingin aku bicarakan denganmu," jawab Lily sambil duduk di bangku taman favoritnya.

"Tentu, Lily. Ada apa? Kamu terdengar sedikit khawatir."

Lily menarik napas dalam-dalam sebelum mulai bercerita. "Kemarin, Bram datang berkunjung. Dia teman lama Xander. Awalnya, semuanya berjalan baik, tapi kemudian dia mengatakan sesuatu yang membuatku tidak nyaman. Dia bilang kalau dia tertarik padaku."

Sarah terdiam sejenak, memproses informasi yang baru saja didengarnya.

"Wow, itu pasti membuatmu terkejut. Bagaimana reaksi kamu?"

"Aku bilang padanya kalau aku mencintai Xander dan kita harus tetap menghormati hubungan ini. Dia minta maaf, tapi aku tetap merasa tidak nyaman," ujar Lily sambil menggigit bibirnya.

Sarah menghela napas. "Kamu sudah melakukan hal yang benar, Lily. Tapi aku bisa mengerti kenapa kamu merasa tidak nyaman. Apakah kamu sudah bilang ke Xander?"

Lily menggeleng meski tahu Sarah tidak bisa melihatnya. "Belum. Aku tidak ingin membuatnya khawatir. Lagipula, Bram sudah pergi dan semoga tidak akan terjadi lagi."

Sarah terdiam sejenak sebelum menjawab. "Aku mengerti, tapi kamu harus tetap waspada, Lily. Jika Bram mencoba mendekat lagi, kamu harus lebih tegas. Dan mungkin, pada akhirnya, kamu perlu memberitahu Xander. Dia berhak tahu."

Lily mengangguk perlahan. "Ya, kamu benar, Sarah. Terima kasih atas nasihatnya."

"Selalu, Lily. Kamu tahu aku selalu ada untukmu," jawab Sarah dengan lembut.

Mereka berbicara beberapa menit lagi tentang hal-hal lain sebelum mengakhiri panggilan. Lily merasa sedikit lebih lega setelah berbicara dengan Sarah. Dia kembali ke dalam rumah, menemukan Xander masih sibuk di ruang kerjanya.

Selama beberapa hari berikutnya, Lily berusaha menjalani rutinitas harian seperti biasa. Dia lebih berhati-hati dan menjaga jarak jika Bram menghubungi lagi. Sementara itu, Xander tetap tidak menyadari apa yang terjadi, dan Lily bertekad untuk menjaga ketenangan rumah tangga mereka. Meskipun ada bayangan kejadian itu di benaknya, Lily mencoba untuk fokus pada kebahagiaannya dengan Xander, menikmati setiap momen kecil yang mereka miliki bersama.

Hari-hari berlalu dengan tenang, dan Lily berusaha untuk tetap fokus pada kehidupannya bersama Xander. Setiap pagi dia bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan, dan mereka berdua menikmati kebersamaan mereka di meja makan. Meskipun pikiran tentang Bram kadang-kadang muncul, Lily berusaha keras untuk tidak membiarkan kejadian itu mengganggu keharmonisan rumah tangga mereka.

Suatu pagi, ketika Lily sedang menyiapkan kopi di dapur, ponselnya berbunyi. Dia melihat nama Bram di layar dan ragu sejenak sebelum mengangkat telepon.

"Halo, Bram," sapanya dengan suara netral.

"Halo, Lily. Apa kabar? Aku harap tidak mengganggu," jawab Bram di ujung telepon.

"Tidak, tidak mengganggu. Ada yang bisa aku bantu?" tanya Lily, mencoba menjaga percakapan tetap singkat.

"Aku hanya ingin minta maaf sekali lagi atas apa yang terjadi kemarin. Aku berharap kita bisa tetap berteman," kata Bram dengan suara tulus.

Lily menghela napas. "Aku menghargai permintaan maafmu, Bram. Aku harap kita bisa melanjutkan hidup dan tetap berteman. Tapi tolong, jangan ulangi lagi."

"Terima kasih, Lily. Aku benar-benar menghargai pengertianmu. Sampai jumpa lagi," kata Bram sebelum mengakhiri panggilan.

Lily merasa lega setelah menutup telepon, berharap itu menjadi akhir dari masalah ini. Dia kembali ke dapur dan melanjutkan menyiapkan sarapan, berusaha untuk tidak memikirkan hal itu lagi.

Xander masuk ke dapur, tersenyum lebar. "Pagi, sayang. Kopinya sudah siap?"

Lily tersenyum dan menyodorkan cangkir kopi kepada suaminya. "Sudah siap. Bagaimana tidurmu?"

"Nyenyak. Aku merasa segar hari ini," jawab Xander sambil mencium pipi Lily.

Hari itu berjalan seperti biasa, dengan Xander bekerja di ruang kerjanya dan Lily mengurus rumah. Setelah makan siang, Lily memutuskan untuk menghabiskan waktu di kebun, merawat tanaman-tanamannya. Berkebun selalu menjadi pelarian yang menyenangkan baginya, tempat di mana dia bisa menenangkan pikiran dan menemukan kedamaian.

Sementara itu, Xander sedang sibuk dengan telepon dari rekan kerjanya. Dia tidak menyadari kegelisahan yang masih bersembunyi di hati Lily. Namun, dia bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang berbeda dengan istrinya belakangan ini. Dia memutuskan untuk tidak terlalu memikirkannya, percaya bahwa Lily akan memberitahunya jika ada sesuatu yang serius.

Sore harinya, Xander mengajak Lily untuk berjalan-jalan di taman. Mereka berdua menikmati suasana sore yang cerah, berbicara tentang berbagai hal ringan.

"Bagaimana harimu, Lily?" tanya Xander sambil menggenggam tangan istrinya.

"Baik, Xander. Aku habiskan waktu di kebun dan berbicara dengan Sarah tadi pagi," jawab Lily sambil tersenyum.

"Sarah pasti memberikan nasihat yang bagus, seperti biasanya," kata Xander sambil tertawa kecil.

Lily mengangguk. "Ya, dia selalu tahu cara membuatku merasa lebih baik."

Mereka melanjutkan berjalan, menikmati keindahan alam sekitar. Lily merasa lebih tenang dengan Xander di sisinya, dan untuk sesaat, semua kekhawatirannya menghilang. Mereka duduk di bangku taman, menikmati angin sore yang sejuk.

"Lily, aku ingin bertanya sesuatu," kata Xander tiba-tiba, membuat Lily sedikit terkejut.

"Ada apa, Xander?"

"Aku merasa belakangan ini ada yang mengganggumu. Apakah ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan?" tanya Xander dengan lembut.

Lily terdiam sejenak, merenungkan apakah dia harus menceritakan kejadian dengan Bram. Dia tahu Xander berhak tahu, tapi dia juga tidak ingin merusak persahabatan mereka. Setelah beberapa detik yang terasa seperti selamanya, Lily memutuskan untuk berbicara.

"Sebenarnya, ada sesuatu yang terjadi kemarin. Bram mengatakannya, dia tertarik padaku," ungkap Lily dengan suara pelan.

Xander menatap Lily dengan serius, tapi dia tetap tenang. "Bagaimana reaksimu?"

"Aku bilang padanya bahwa aku mencintaimu dan kita harus menghormati hubungan ini. Dia minta maaf dan aku berharap itu sudah berakhir," jelas Lily.

Xander menghela napas, mencoba memahami situasi. "Aku senang kamu langsung jujur padaku, Lily. Aku tahu Bram teman lamaku, tapi jika dia membuatmu tidak nyaman, aku akan bertindak."

Lily merasa lega telah berbicara dengan Xander. "Terima kasih, Xander. Aku hanya tidak ingin kamu khawatir."

Xander merangkul Lily, memberikan pelukan hangat. "Kamu adalah yang terpenting bagiku, Lily. Kita akan hadapi ini bersama."

Mereka duduk dalam diam untuk beberapa saat, menikmati kehangatan pelukan satu sama lain. Xander mencium kepala Lily dan berbisik, "Kita akan baik-baik saja, sayang. Kita selalu bisa mengatasi apa pun bersama."

Lily tersenyum, merasa beban di hatinya mulai menghilang. "Terima kasih, Xander. Aku juga mencintaimu."

Hari itu berakhir dengan damai, dan malamnya, Lily tidur dengan lebih tenang, mengetahui bahwa dia telah berbagi kekhawatirannya dengan suaminya.Xander menatap istrinya yang tertidur.

"Sepertinya aku perlu bicara dengan Bram!"gumamnya lirih

1
Bivendra
lbh baik qm pergi ly jika dy mmg untukmu dy akan kembali dgn caranya sndri sdh ckup bertahan dlm kesulitan
kdg qt hrus pergi agar mengerti rasa kehilangan
Bivendra
aq kasihan bgt sm lily sllu menderita
merry jen
apa xanderr berubhh dingin gr gr Alina mnggllknn xanderr
Miss Apple 🍎
seru lanjut kak
Miss Apple 🍎
lanjut
Yanti Gunawan
gmn si ya sampe detik ini msh ga nyambung ktnya gak boleh jatuh cinta dn ada perjanjian trs knp tetiba ada kata mencintai oy
mbok Darmi
ternyata bram pecundang
Bivendra
enak aja ud sama2 bobo terus malah ninggalin gt aja
otak lu dmn bram
mbok Darmi
semoga alina hamil anak bram biar seru mau tdk mau alana hrs nikah sama bram demi anak yg dikandung nya
Miss Apple 🍎
nikah aja Bram dan Alina
Miss Apple 🍎
lanjut
Miss Apple 🍎
jangan tengok masa lalu
Bivendra
aq rada bingung sm xander n lily sllu
jwbn aq sayang cinta xander
kita akan melewati ini smw
tp lht lah
mading² sndri
Miss Apple 🍎: sama masih terbayang masa lalu keknya
total 1 replies
Miss Apple 🍎
seru
Miss Apple 🍎
kasihan Lilu
Miss Apple 🍎
seru
Miss Apple 🍎
lamjut
Miss Apple 🍎
lanjutlah
Miss Apple 🍎
lanjut
Miss Apple 🍎
seru
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!