PARTNER
...~•Happy Reading•~...
Andreas Kalingga berwajah blasteran, tampan. Warisan Opanya yang berasal dari Belanda. Opanya menikah dengan wanita Indonesia dan mempunyai dua anak perempuan. Yang tertua bernama Marnise, Mamah Andreas. Mamahnya menikah dengan Bernad Kalingga, pengusaha dan pemilik restoran yang cukup terkenal di Indonesia dan berwajah blasteran, warisan dari orang tuanya.
Andreas mempunyai seorang adik perempuan bernama Yuliane. Usia mereka terpaut 7 tahun, karena Mamahnya mengalami dua kali keguguran. Sehingga saat bersekolah, mereka juga terpaut jauh. Andreas sudah di SMA, adiknya masih di SD.
Di sekolah, Andreas memiliki daya tarik tersendiri di antara teman-temannya. wajah tampan dan kondisi ekonomi orang yang mapan, melengkapi penampilannya. Sehingga dia memiliki banyak penggemar di antara siswa-siswi di sekolah. Bahkan para guru juga menyukainya, sebab dia murid yang baik, sopan dan berprestasi.
Namun, di antara siswa siswi, ada juga yang tidak menyukainya. Terutama para siswa yang berlatar belakang keluarga konglomerat. Orang tua mereka lebih kaya dari orang tua Andreas. Ada juga anak-anak pejabat tinggi yang memiliki kekayaan hampir sama, bahkan lebih. Mereka termasuk dalam kelompok tidak menyukai, bahkan membenci Andreas.
Status sosial orang tua siswa-siswi membuat sekolah tersebut jadi terkenal dengan anak-anak berdompet tebal dan menimbulkan persaingan. Masing-masing mau menonjolkan diri, supaya lebih populer. Mereka tidak segan-segan memperlihatkan kekayaan orang tua dan juga isi dompet mereka.
Semua itu dipamerkan di berbagai party yang mereka adakan, dan juga kendaraan yang digunakan ke sekolah, walau belum mempunyai SIM. Atau dengan sering mentraktir para murid di kantin sekolah.
...~°°°~...
Seperti hari ini di kantin sekolah, terdengar senda gurau dan juga canda tawa siswa siswi yang sedang makan siang di kantin. Ciri khas anak remaja berduit yang duduk makan berkelompok sambil membicarakan sesuatu yang disukai dan tidak disukai terhadap seseorang di antara mereka.
"Ndre, ntar malam mau mal'ming ke mana?" Tanya teman Andreas yang duduk di depannya.
^^^Mereka hanya berdua di meja tersebut, karena yang lain sudah duduk berkelompok di meja kesukaan masing-masing.^^^
"Gak ke mana-mana. Napa?" Jawab Andreas dan balik bertanya kepada temannya.
"Gak. Nanya aja." Jawab temannya sambil geleng kepala.
"Gak jelas." Jawab Andreas lalu menghabiskan makanannya.
"Supaya jelas, napa gak gabung ama mereka?" Tanya temannya sambil menunjuk dengan wajah ke kelompok siswa siswi di salah satu meja kantin. Dimana para siswa siswi tersebut dengan cuek menggabungkan dua meja dan memindahkan kursi-kursi, agar bisa duduk makan berkelompok.
"Lagi pingin makan dengan tenang. Kalau mau gabung, sana, gii." Ucap Andreas, santai, merespon temannya.
"Males, kalau lu gak ikut. Lu ke sana, gue gabung."
"Kalau begitu, makan aja. Matanya gak usah jelalatan."
"Mata gue suka gak manut. Suka liat yang seru."
"Suka liat yang seru, atau sama yang traktir?" Ucap Andreas sambil merapikan alat makan di depannya.
"Ah, lu. Lagian di sini juga ditraktir. Sama aja....." Temannya berkata sambil tersenyum, lalu menyeruput soft drink di depannya. Karena dia ditraktir oleh Andreas.
"Suka sama gratisan. Malu-maluin dompet." Andreas mengepalkan tangan ke arah teman di depannya.
"Siapa sih yang gak mau gratisan. Lu juga, s'kali-kali traktir mereka, biar rame dan pindah ke sini." Temannya protes sambil melirik ke arah meja yang masih ramai dengan celetukan yang bersahutan ala anak remaja.
"Yang berduit, orang tua. Sangu gue terbatas buat school. Kalau foya-foya, garing kering sebelum disiram lagi." Ucap Andreas sambil melempar tissu bekas yang ada di tangannya ke arah temannya.
"Benarkah?" Tanya temannya sambil menangkap tissu.
"Apanya yang benarkah?"
"Isi dompet lu dijata'in?" Tanya temannya seakan tidak percaya.
"Iyalah.... Emangnya orang tua punya sumur duit, yang tinggal nimba?" Jawab Andreas serius, membuat temannya makin heran.
"Gue kira, lu dije'ber dengan gepokan dan berbagai card." temannya berkata sambil menggerakan tangan di atas meja.
"Emangnya, lu sendiri dije'ber?"
"Gak juga."
"Lalu napa mikirin gue dije'ber?"
"Kan, orang tua kita beda ladang dan hasilnya. Gue bertiga dan bungsu. Lu hanya sendiri."
"Lu gak itung Ade gue?"
"Ade lu kan, perem. Beda dengan gue, tiga-tiganya laki-laki."
"Sama aja."
"Bedalah. Kedua kakakku udah pada kuliah, bentar lagi gue." Temannya jelasin dengan serius.
"Kok, gue jadi curhat? Kaya Mak gue, aja." Ucap temannya, tersadar, lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Kalau mau ngirit, tuh, ikut pasukan je'ber." Saran Andreas sambil menunjuk dengan matanya ke arah meja yang masih ramai. Dia tahu ada di antara siswa siswi dalam kelompok itu yang suka pamer kekayaan orang tua dengan mentraktir teman-temannya.
"Ah, mokal gue. Ikut terus tanpa balik traktirin, bakalan dibacain di belakang." temannya menunjukan wajah kecut, tidak enak.
"Kalau ke gue, gak mokal, lu?"
"Kalau lu beda, gak punya tampang bacain di belakang. Dan siapa juga yang mau lu ajak bacain? Ade lu?"
"Udah habisin minumannya, balik kelas." Ucap Andreas lalu berdiri ke arah kasir kantin. Buru-buru diikuti temannya.
"Mau bayar, Bu." Ucap Andreas kepada Ibu kantin yang sudah berdiri mendekatinya.
"Nak Andre sudah selesai makan?" Tanya Bu kantin, ramah.
"Sudah, Bu. T'rima kasih buat makanannya." Ucap Andreas sambil mengambil struk untuk melihat yang harus dibayar.
"T'rima kasih juga, sudah suka masakan Ibu." Ucap Bu kantin sambil menyerahkan uang kembalian dan tidak lupa tersenyum manis.
^^^Ibu kantin sudah tahu, kalau orang tua Andreas punya restoran yang terkenal. Jadi kalau Andreas bisa menghabiskan makanan yang dipesan, Ibu kantin sangat senang. Apa lagi melihat Andreas sopan dan ramah menyapanya. Hati Ibu kantin ingin memegang wajahnya yang tampan.^^^
"Eh, lihat mereka berdua. Cocok, ya." Celetukan seorang siswi sambil menunjuk dengan wajah ke arah Andreas dan temannya yang keluar meninggalkan kantin.
"Apanya yang cocok?" Tanya seorang siswa dengan wajah seakan-akan tidak mengerti.
"Sama-sama pelit." Ucapan siswi itu membuat semua yang ada di meja itu jadi tertawa dan menautkan jari, senang.
"Lu bukannya doyan ama bule?" Tanya siswa yang lain.
"Ngarang lu. Mendingan ama yang lokal aja." Ucap siswi tersebut sambil tersenyum manis ke arah siswa yang dimaksud.
Tiba-tiba terdengar bunyi piring dipukul dengan sendok. "Ayoo, ayooo... Kalau sudah selesai makan, gantian. Ini tempat makan. Bukan tempat rumpiii..." Ucap Ibu kantin setelah membunyikan piring. Ibu kantin mulai gemas dan panas kuping, sebab tidak suka mendengar celetukan-celetukan bercanda yang sudah menjurus ke nyinyiran dan sinis.
Ibu kantin pernah mendengar kelompok itu menyinggung dan menjelekan siswa atau siswi dari kelompok lain, tapi Ibu kantin mendiamkan saja. Namun sekarang Ibu kantin jadi emosi, sebab sudah sering mendengar ucapan negatif tentang Andreas di belakangnya.
Ibu kantin tambah kesal, sebab para siswi itu kalau berada di dekat Andreas, mereka seperti cacing kepanasan dan tersenyum manis seperti pemanis buatan. Ujung-ujungnya pahit, kalau tidak ditanggapi Andreas.
...~°°°~...
...~●○♡○●~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
ㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ㅤ❣️
keren kau Andre ga memanfaatkan kekayaan org tuamu buat kesombongan
2024-11-11
0
🎀⍣⃝ꉣꉣNurrul P.🆁🅰🅹🅰❀∂я
Hadir dalam karyamu Thor 👍🙏
2024-11-23
0
🔵🏠ર⃠🍁ᗪαɾ֟፝α͢•࿐❣️🍒⃞⃟🦅
Tinggalin jejak~
2024-10-12
7