Kisah Nyata : Adakalanya cinta itu memang harus dilepas, bukan karena jika bersama akan saling menyakiti, Namun...jika terus bersama, akan ada banyak hati yg tersakiti.
Diangkat dari kisah nyata, Adeeva seorang guru honorer yang di buat jatuh cinta oleh Adrian, seorang pria berprofesi sebagai polisi. Kegigihan Adrian membuat Adeeva luluh dan menerimanya.
Namun masalah demi masalah pun mulai bermunculan. Membuat Adeeva ingin menyerah dan berhenti. Bagaimana cara mereka menyelesaikan permasalahan yang ada? Akankah mereka bisa bersatu atau justru harus saling merelakan?
Temukan jawabannya di novel ini. Yang akan membuatmu masuk ke dalam kisah percintaan yang mengharukan.
Note : Demi menjaga privasi tokoh sebenarnya, semua nama dan lokasi kejadian sudah di rahasiakan.
follo saya di
Fb : Cut elvi anita
Ig : cut_elvi_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LV Edelweiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali ke masa SMA
Pulau cinta 2009
Hari ini semua murid SMAN 1 berkumpul di perkarangan masjid. Katanya ada acara penyuluhan narkoba. Judul acara yang di angkat juga sangat menarik. BERSAMA POLRI KITA BERANTAS NARKOBA. Spanduknya juga terpampang besar di pintu masjid. Sesuai dengan judulnya, ada banyak anggota polisi yang hadir. Beberapa dari mereka terlihat masih sangat muda. Mungkin anak-anak baru lulus pikirku.
Aku duduk di bawah pohon sambil menunggu temanku. Namanya Mawar. Mawar sebenarnya adik letingku, dia masih kelas 11, sedangkan aku sudah kelas 12 yang sebentar lagi akan mengikuti ujian kelulusan. Namun karena kami sering ikut pengajian bersama, kami pun menjadi akrab.
"Uda lama ya kak? " Tegurnya. Aku pun menoleh ke arahnya.
"Eh Mawar, enggak baru aja. Sini duduk. " Ajakku.
"Rame ya kak" Katanya. Aku cuma tersenyum. Tak lama kami ngobrol, semua diperintahkan guru untuk masuk ke dalam masjid karena acara akan segera di mulai.
Di dalam masjid, semua orang sudah berkumpul untuk mengikuti acara penyuluhan ini. Beberapa orang anggota polisi duduk di bagian shaf laki-laki. Kami para murid dan guru duduk dibagian shaf wanita. Layar tancap juga sudah di nyalakan. Laptop dan beberapa kertas juga tampak ada didekat mereka.
"Duduk sini yuk..." ajakku pada Mawar.
Kami duduk tepat di tengah-tengah hadirin. Paling depan. Paling tengah. Paling dekat dengan para anggota polisi. Strategis.
"Hmm... adik-adik, apa masih ada yang diluar. Jika masih ada yang diluar dimohon untuk segera masuk ke dalam masjid, karena acara akan segera kita mulai. " Seorang anggota polisi berbicara dengan pengeras suara memanggil murid-murid yang masih ada diluar.
Acara pun akhirnya dimulai dengan pidato perwakilan pihak sekolah. Kemudian dilanjutkan dengan penjelasan tentang bahaya narkoba oleh pihak kepolisian. Hingga sampailah di acara yang ditunggu-tunggu, yaitu sesi tanya jawab murid dengan pihak kepolisian.
"Adik-adik, sekarang kita masuk sesi tanya jawab. Kami membukanya dengan 6 pertanyaan saja. berhubung sudah mau masuk waktu sholat zuhur. Jadi kita membatasi penanyanya ya...". Kata polisi yang paling tua diantara mereka.
"Untuk sesi pertama 3 orang penanya. Siapa yang mau bertanya? " sambungnya.
Beberapa orang murid pun mengangkat tangan mereka.
"Saya pak.. saya... saya pak" dan dipilihlah 3 orang penanya. Setiap pertanyaan dijawab oleh anggota polisi yang berbeda-beda. Sampai pada sesi kedua. Aku mengangkat tanganku sambil terus berdiri.
" Saya Pak... saya... " Aku mengacungkan tangan.
"Iya kamu, siapa namanya? " tanya polisi itu padaku.
"Saya...saya Adeeva pak... " Jawabku memperkenalkan diri.
"Iya... silahkan.. " Katanya.
"Pertanyaan saya Pak, jika orang menyalahgunakan narkoba kan, akan ditangkap dan dihukum sesuai ketentuannya. Yang ingin saya tahu, bagaimana jika hal itu dilakukan oleh oknum polisi itu sendiri? Apakah polisi juga akan di hukum jika ketahuan memakai atau menjual narkoba? " tanyaku yang membuat semua terdiam.
Seketika suasana hening. Jam seperti berhenti berdetak. Semua orang melihatku. Semua polisi menatapku. Emang ada yang salah ya dengan pertanyaanku? Aku berbisik dalam hati.
Memang benarkan adanya. Diberita yang sering kita dengar hanyalah penangkapan pengguna narkoba yang dilakukan oleh warga sipil biasa. Sementara oknum-oknum nakal diluar sana seakan kebal hukum.
Si bapak Polisi pun tersenyum melihatku.
"Dik, siapapun yang melanggar hukum, tanpa terkecuali harus menerima hukumannya. Sekalipun yang melanggar itu adalah oknum polisi itu sendiri. Pertanyaan adik sangat baik.. Jadi kita semua yang disini harus tahu, biar pun dia polisi, dia juga terikat dan harus tunduk pada UU yang berlaku di negara kita, jelas ya? " tanya si bapak. aku hanya mengangguk pelan.
Namun mataku seketika merilik polisi yang memainkan laptop sedari tadi. Kulihat dia sedang menahan tawanya sambil menutup mulutnya. Apakah dia menertawaiku. Apakah ada yang salah dengan pertanyaanku? Jika tidak, mengapa dia sampai tertawa. Dasar!
Waktu penyuluhan pun berakhir. Kami semua bubar dan kembali ke sekolah. Dan itu adalah penyuluhan terakhir ku sebagai murid kelas 12 karena sebentar lagi aku akan ujian nasional dan lulus dari bangku SMA.
"Balik sekolah yu... " Anakku pada mawar.
"Yuk kak.. " Jawabnya.
Saat aku dan Mawar hendak keluar perkarangan masjid, tiba-tiba mataku menangkap seseorang yang tengah memperhatikanku. Aku langsung menoleh ke arahnya. Seorang polisi, dia sedang mengikat sepatunya.
"Yuk cepat yuk... " Kataku pada Mawar.
"Ada apa sih kak? " Mawar tampak. bingung.
"Ada yang merhatiin kita dari tadi. Kakak takut. " Jelasku.
"Mana...? " Tanya mawar.
"Udah.. jangan diliatin.. Ntar dia tau. Takut ah. Yuk.. " Aku dan mawar bergegas kembali ke sekolah. Tatapan polisi itu sangat mengerikan. Apa mungkin dia tersinggung dengan pertanyaanku tadi ya? Ih serem..
kawen aja truss sama pak Edward udah beress.. gak banyak kali abis episode..