NovelToon NovelToon
LEMBAYUNG DI BALIK JENDELA

LEMBAYUNG DI BALIK JENDELA

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / nikahmuda / duniahiburan / Fantasi Wanita
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Dedhy Karlang

Kehidupan Aira berubah ketika seorang pria misterius bernama Arga pindah ke rumah di sebelahnya. Arga adalah seorang penulis yang mencari inspirasi untuk novel terbarunya. Pertemuan mereka yang tidak disengaja menumbuhkan rasa penasaran di hati masing-masing. Seiring berjalannya waktu, keduanya mulai saling membuka diri dan berbagi cerita, menemukan bahwa mereka memiliki lebih banyak kesamaan daripada yang mereka duga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dedhy Karlang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MALAM YANG TAK TERDUGA

Hari itu, Aira baru saja selesai bertemu dengan teman-temannya. Mereka menghabiskan waktu dengan tertawa dan bercanda, menikmati malam bersama di sebuah kafe yang nyaman. Saat jam menunjukkan pukul 10 malam, Aira memutuskan untuk pulang. Cuaca mulai memburuk dengan hujan yang turun semakin deras.

Dalam perjalanan pulang, di tengah jalan yang sepi, mobil Aira tiba-tiba mogok. Ia mencoba menyalakan kembali mesin, tapi tidak berhasil. Aira mulai merasa cemas. Hujan semakin lebat, dan angin dingin menerpa wajahnya ketika ia keluar dari mobil untuk memeriksa mesin.

Di tengah kekacauan itu, sebuah motor sport melaju pelan mendekati mobil Aira. Pengendaranya, yang memakai jaket kulit dan helm hitam, berhenti dan mendekati Aira. Ketika pengendara itu melepas helmnya, Aira mengenali wajah yang familiar.

"Reza?" tanya Aira, terkejut.

Reza tersenyum dan mengangguk. "Aira? Apa yang terjadi dengan mobilmu?"

"Mobilku mogok, dan aku tidak tahu apa yang salah. Hujannya sangat deras, aku tidak bisa melihat dengan jelas," jawab Aira, suaranya terdengar cemas.

Reza menatap mobil Aira dan kemudian ke langit yang gelap. "Biarkan aku lihat sebentar."

Setelah beberapa menit mencoba memeriksa mesin, Reza menggelengkan kepala. "Sepertinya kita tidak bisa memperbaikinya sekarang, terutama dengan hujan seperti ini."

Aira menghela napas berat. "Aku tidak tahu harus bagaimana. Handphone Ku juga hampir habis baterainya."

Reza berpikir sejenak sebelum berkata, "Kita tidak bisa tinggal di sini terlalu lama. Kamu bisa sakit. Bagaimana kalau kita cari tempat untuk berteduh sementara? Ada penginapan di dekat sini."

Aira ragu sejenak, tapi kemudian menyadari bahwa itu pilihan terbaik. "Baiklah, Reza. Terima kasih banyak."

Mereka berdua kemudian meninggalkan mobil Aira dan menuju penginapan terdekat. Reza mengendarai motornya perlahan-lahan di bawah guyuran hujan, sementara Aira duduk di belakangnya, menggigil kedinginan.

Setibanya di penginapan, mereka disambut oleh resepsionis yang menginformasikan bahwa hanya tersisa satu kamar VVIP. Aira dan Reza saling berpandangan, menyadari bahwa mereka tidak punya pilihan lain.

"Kami ambil kamar itu," kata Reza akhirnya.

Mereka mengikuti resepsionis ke kamar yang sangat luas dengan dekorasi mewah. Ada tempat tidur besar di tengah ruangan dan sofa empuk di sudut. Aira merasa canggung dengan situasi ini, tapi Reza tampak tenang.

"Jangan khawatir, Aira. Aku akan tidur di sofa. Kamu bisa mengambil tempat tidur," kata Reza dengan senyum menenangkan.

Aira mengangguk, merasa sedikit lega. Mereka kemudian mengeringkan diri dan duduk di sofa, berbicara untuk menghabiskan waktu. Mereka berbicara tentang banyak hal, mulai dari seni hingga kenangan masa kecil. Reza membuat Aira tertawa dengan cerita-cerita lucunya, dan untuk sementara, Aira melupakan kekhawatirannya.

Saat jam menunjukkan pukul 1 pagi, hujan masih belum reda. Mereka berdua mulai merasa sangat lelah. "Kita harus tidur sekarang," kata Reza sambil berdiri. "Kamu ambil tempat tidur, aku akan di sofa."

Aira mengucapkan terima kasih dan masuk ke dalam selimut hangat. Dia mendengar Reza mengatur diri di sofa, dan dalam beberapa menit, mereka berdua tertidur lelap.

Keesokan paginya, Aira terbangun dengan suara hujan yang telah berhenti. Sinar matahari masuk melalui jendela besar kamar mereka. Ia merasa sedikit bingung, mengingat kejadian malam sebelumnya. Ia melihat Reza masih tertidur di sofa, wajahnya tampak damai.

Aira bangkit perlahan dan bersiap-siap untuk kembali ke rumah. Ketika Reza terbangun, mereka saling menyapa dengan senyum hangat. "Terima kasih, Reza, untuk semuanya. Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan tanpa bantuanmu," kata Aira tulus.

"Senang bisa membantu, Aira. Aku akan mengantarmu ke mobilmu, kita lihat apakah sekarang bisa diperbaiki," jawab Reza.

Mereka kembali ke tempat dimana mobil Aira mogok. Dengan cuaca yang lebih baik dan suasana yang lebih tenang, Reza berhasil memperbaiki masalah kecil di mesin, dan mobil Aira kembali bisa dinyalakan.

"Sekali lagi, terima kasih, Reza. Aku akan segera pulang sekarang," kata Aira sebelum masuk ke mobilnya.

"Jaga diri, Aira. Kalau ada apa-apa, jangan ragu untuk menghubungiku," kata Reza.

Aira mengangguk dan mulai mengemudi pulang. Di sepanjang perjalanan, pikirannya penuh dengan kejadian malam itu. Ia tahu bahwa ia harus merahasiakan ini dari Arga, agar suaminya tidak salah paham.

Setibanya di rumah, Aira disambut oleh Arga yang tampak sedikit khawatir. "Aira, kamu baik-baik saja? Kenapa tidak pulang semalam?"

Aira tersenyum dan mencoba terlihat santai. "Maaf, Arga. Hujan sangat deras dan handphone ku lowbat. Aku memutuskan untuk menginap di rumah teman perempuan."

Arga menghela nafas lega. "Aku mengerti. Yang penting kamu baik-baik saja."

Aira merasa lega bahwa Arga menerima penjelasannya tanpa kecurigaan. Namun, di dalam hatinya, ia merasa bersalah karena harus menyembunyikan kejadian sebenarnya. Ia bertekad untuk menjaga rahasia ini dan memastikan bahwa tidak ada yang merusak kebahagiaan rumah tangganya dengan Arga.

Hari-hari berlalu, dan Aira kembali ke rutinitasnya. Ia terus mengelola galeri bersama Arga, dan hubungan mereka tetap harmonis. Meskipun begitu, pertemuannya dengan Reza malam itu terus terngiang-ngiang di pikirannya. Aira tahu bahwa perasaannya terhadap Reza harus tetap terjaga, dan ia bertekad untuk tetap setia pada suaminya.

Sementara itu, Reza juga tidak bisa melupakan malam itu. Ia menyadari bahwa perasaannya pada Aira semakin dalam. Namun, ia menghormati hubungan Aira dan Arga, dan berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak mengganggu kebahagiaan mereka.

Waktu berlalu sejak malam yang tak terduga itu. Aira kembali fokus pada rutinitas sehari-hari, mengelola galeri bersama Arga dan menikmati kebahagiaan sederhana yang mereka ciptakan bersama. Namun, kenangan tentang malam hujan deras dan percakapannya dengan Reza terus mengusik pikirannya.

Suatu sore, saat Aira sedang menata ulang beberapa lukisan di galeri, Reza datang berkunjung. Ia tampak tenang seperti biasanya, namun Aira bisa merasakan ada sesuatu yang berbeda. "Halo, Aira. Bagaimana kabarmu?" tanya Reza dengan senyum ramah.

Aira mengangguk dan tersenyum. "Baik, Reza. Terima kasih. Bagaimana denganmu?"

Reza menghela napas pelan. "Baik juga. Aku hanya ingin memastikan semuanya baik-baik saja setelah malam itu."

Aira tersenyum simpul. "Ya, semuanya baik-baik saja. Terima kasih atas bantuanmu malam itu."

Mereka berbicara sejenak tentang galeri dan proyek seni yang sedang berjalan. Meski suasana obrolan santai, Aira tak bisa menghilangkan perasaan canggung yang masih tersisa. Reza tampaknya merasakan hal yang sama, namun mereka berdua berusaha menjaga sikap profesional.

"Kalau begitu, aku tidak akan mengganggu lebih lama. Aku akan pergi sekarang," kata Reza akhirnya, merasa bahwa pertemuan itu sudah cukup. "Ingat, jika kamu butuh bantuan, jangan ragu untuk menghubungiku."

Aira mengangguk. "Terima kasih, Reza. Aku akan ingat itu."

Reza pun pergi, meninggalkan Aira yang kembali tenggelam dalam pikirannya. Ia tahu bahwa perasaannya harus tetap terjaga, dan fokusnya harus pada Arga dan galeri mereka.

Hari-hari berikutnya, Aira semakin berusaha untuk menjaga jarak dari Reza, meski mereka tetap berhubungan dalam konteks profesional. Arga mulai memperhatikan bahwa Aira terlihat lebih sering termenung, namun ia tidak mencurigai apa pun. Arga selalu percaya pada Aira dan hubungan mereka.

Suatu malam, ketika Aira dan Arga sedang bersantai di rumah, Arga mengajak Aira berbicara. "Aira, apakah ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu belakangan ini? Aku merasa kamu sering terlihat murung."

Aira terkejut mendengar pertanyaan itu. Ia mencoba tersenyum dan berkata, "Tidak, Arga. Aku hanya sedikit lelah dengan pekerjaan di galeri. Mungkin aku butuh sedikit istirahat."

Arga meraih tangan Aira dan menatapnya dengan penuh kasih. "Jika ada yang mengganggumu, kamu bisa bercerita padaku. Aku akan selalu ada untukmu."

Aira merasa hangat dan terharu mendengar kata-kata Arga. "Terima kasih, Arga. Aku akan baik-baik saja. Mungkin kita bisa merencanakan liburan kecil untuk menghilangkan penat."

Arga tersenyum dan mengangguk. "Ide bagus, Aira. Mari kita lakukan itu."

Dengan rencana liburan di depan mata, Aira merasa sedikit lebih lega. Ia berharap liburan itu akan membantu menghilangkan pikiran tentang Reza dan fokus kembali pada kebahagiaan bersama Arga.

Namun, sebelum rencana liburan terlaksana, sebuah kejadian tak terduga terjadi. Aira menerima undangan dari sebuah museum terkenal untuk mengadakan pameran lukisan karya Arga dan kakeknya. Ini adalah kesempatan besar yang bisa memberikan galeri mereka pengakuan lebih luas.

Aira dan Arga sangat antusias dengan kabar ini. Mereka mulai mempersiapkan koleksi terbaik mereka untuk dipamerkan. Dalam proses persiapan ini, Reza kembali terlibat sebagai salah satu sponsor pameran. Meski Aira berusaha menjaga jarak, profesionalisme menuntut mereka untuk bekerja sama.

Suatu sore, di tengah kesibukan persiapan, Reza dan Aira duduk di kantor galeri, membahas detail acara. "Aira, pameran ini akan sangat besar. Aku yakin ini akan membawa banyak manfaat untuk galeri," kata Reza dengan antusias.

Aira mengangguk. "Aku juga berharap begitu, Reza. Ini adalah kesempatan besar bagi kami."

Mereka berbicara panjang lebar, tenggelam dalam pembahasan yang intens. Namun, di sela-sela obrolan profesional, Aira tidak bisa menahan diri untuk merasa ada sesuatu yang lebih dalam hubungan mereka. Reza tetap menunjukkan perhatian dan rasa hormat yang besar, namun Aira bisa merasakan ada perasaan yang tersimpan di balik sikapnya.

Ketika pembahasan selesai, Reza berkata, "Aira, aku tahu kita harus menjaga profesionalisme, tapi aku ingin kamu tahu bahwa aku selalu siap membantu, dalam situasi apa pun."

Aira menatap Reza dan mengangguk perlahan. "Terima kasih, Reza. Aku sangat menghargai itu."

Hari-hari menjelang pameran semakin sibuk. Aira dan Arga bekerja keras memastikan semuanya berjalan lancar. Meski pikiran tentang Reza masih mengusiknya, Aira bertekad untuk menjaga fokusnya.

Akhirnya, malam pameran pun tiba. Pameran dibuka dengan meriah, dihadiri oleh banyak tokoh seni dan penggemar seni. Karya-karya yang dipamerkan mendapat pujian tinggi, dan Aira merasa bangga dengan hasil kerja keras mereka.

Di tengah keramaian, Aira melihat Reza berdiri di sudut ruangan, memperhatikannya dengan senyum lembut. Mereka saling bertukar pandang, dan untuk sejenak, Aira merasa ada ikatan yang tak terucapkan di antara mereka. Namun, ia segera mengalihkan pandangannya dan fokus pada para tamu yang datang untuk memberikan ucapan selamat.

Setelah acara berakhir, Arga dan Aira pulang dengan perasaan bahagia dan puas. Di dalam mobil, Arga berkata, "Aku bangga padamu, Aira. Pameran ini sukses besar berkat kerja kerasmu."

Aira tersenyum dan meremas tangan Arga. "Kita berhasil melakukannya bersama, Arga. Terima kasih atas dukunganmu."

Malam itu, mereka tidur dengan perasaan tenang dan bahagia. Namun, di dalam hatinya, Aira tahu bahwa tantangan emosional yang ia hadapi belum sepenuhnya hilang. Ia harus terus berjuang untuk menjaga perasaannya tetap terfokus pada Arga, dan memastikan bahwa hubungan mereka tetap kuat.

1
Rha
susah di tebak ini alur ceritanya, keren pokoknya
Fitry Aryani
Tmlambah menarik ceritanya
Umi Anis
sangat bagus cerutanya.sedih tidakk berteke
Umi Anis
.
Rahayu Putri pratiwi
hai kak aku mampir nih..

saling sport ya🙏
Citra
saya suka baca ceritanya, sangat menarik
Dedhy Karlang: Makasih kk da mampir membaca karyaku/Drool/
total 1 replies
Fitry Aryani
Kayak kisah nyata/Facepalm/
Fitry Aryani
Keren alurnya, baru baca bab 1
Dedhy Karlang: Makasih kk da mampir membaca karyaku/Drool/
total 1 replies
Citra
kapan update bab baru pagi, ngk sabar nunggunya
Dedhy Karlang: Makasih kk da mampir membaca karyaku/Drool/
total 1 replies
Citra
begadang demi selesaikan babnya saya baca
Dedhy Karlang: Makasih kk da mampir membaca karyaku/Drool/
total 1 replies
Citra
Semangat mulisnya, aku suka baca novelnya
Citra
Tambah seru jalan ceritanya
Dedhy Karlang: Makasih kk da mampir membaca karyaku/Drool/
Dedhy Karlang: Makasih kk da mampir membaca karyaku/Drool/
total 2 replies
Evi
sedih njirtt/Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
Dedhy Karlang: Makasih kk da mampir membaca karyaku/Drool/
total 1 replies
Evi
Sumpah, jalan ceritanya bagus sekali.
Muhammad Supri Prasetyo
ini kisah yang menarik...sebuah perjalanan...seseorang
Dedhy Karlang: Makasih da mampir membaca karyaku
total 1 replies
Muhammad Supri Prasetyo
kisah nya sangat menyentuh
Muhammad Supri Prasetyo
kisah nya sungguh mengharu kan
Evi
sampai di bab ini ajq dulu, sudah ngantuk soalnya
Dedhy Karlang: Makasih kk da mampir membaca karyaku/Drool/
total 1 replies
Evi
100 buat penulisnya
Evi
Wahhhh, baru baca separoh tapi menarik. layak mendapatkan pujian
Dedhy Karlang: Makasih kk da mampir membaca karyaku/Drool/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!