Mengejar Cinta MAS Ojol

Riska terbengong dengan kedua sejoli tersebut. Sebab perkataan Sheila dan Iwan meyakinkan jika keduanya saling terikat satu sama lain. Walau belum dijelaskan secara detail. Dan Riska memakluminya. Beruntung ia dan Iwan tidak ada ikatan, hanya bersenang senang. Dan tidak menggunakan hati selama berhubungan.

Iwan meminjam mobil Riska untuk pulang bersama Sheila. Esok hari akan diantar kembali oleh Iwan, serta menjelaskannya. Riska pun memberikan kunci mobilnya kepada Iwan.

Setelah kepergian Iwan dan Sheila, Riska termenung sesaat di bangku sofa. Riska merasa telah dibodohi oleh Iwan selama ini. Walau memang baru beberapa kali. Namun Iwan telah membuat Riska kecanduan dengan permainannya. Hingga sulit untuk dilupakan.

Beruntung Riska tidak menggunakan perasaan untuk memiliki Iwan sampai saat ini. Sehingga mengikhlaskan Iwan bersama Sheila. Riska termenung hingga ia pun tertidur disofa. Bermimpi tentang permainan bersama Iwan kembali.

...****************...

Iwan dan Sheila kini sudah tiba di kontrakan Iwan. Karena tidak mungkin untuk bisa masuk ke halaman kontrakan Sheila. Dan di halaman kontrakan Iwan lah, mobil bisa terparkir saat ini. Iwan dan Sheila pun berlalu masuk ke dalam kontrakan.

" Yang, aku lihat Riska tadi pakai pakaian begitu. Kamu tergoda ya.." Ketus Sheila, saat ini,. Ketika sudah didalam kontrakan.

" Aku lelaki normal yang!, aku sudah peringatkan Riska tadi. Apa memang seperti itu jika di apartemen?, kan kamu yg sudah biasa bersama", Ucap iwan mengingat perilaku Riska selama yg ia kenal.

" Kamu tergoda kan..?" ucap Sheila kembali. Iwan hanya tersenyum kemudian mencium bibir Sheila.

" Iya, aku tergoda.."

Aduuuuhhh....

" Rasain..!"

Sheila mencubit Iwan, karena jawaban dari Iwan. Namun Iwan memang benar adanya. Ia tergoda dengan penampilan Riska malam ini.

" Aku tergoda. Tapi pelabuhan hatiku hanya untukmu. Bahkan tiap hari pun tidak akan melepas mu. Meninggalkanmu pun tidak terpikirkan olehku.." ucap Iwan kemudian mencium kening Sheila. Wajah Sheila sudah bersemu merah dibuatnya. Sheila pun mendekap Iwan , memeluknya erat.

" Kuharap, ketika pulang hanya nama ku yg tertanam dalam hatimu. Tidak ada yg lain. Karena aku sudah menyerahkan seluruh jiwa ragaku untukmu. Dan hanya untukmu" Ucap Sheila dalam dekapan Iwan. Kembali Iwan mencium kening Sheila.

" Itu pasti sayang, besok sore ikut denganku ya. Agar kita terikat erat tanpa adanya perpisahan. Kita membangun rumah tangga hingga tua nanti..cup"

Sheila mengangguk, dan meyakinkan diri untuk mengikuti perkataan Iwan.

Kini keduanya pun larut dalam dekapan. Iwan memapah Sheila menuju kasur yg ada di lantai. Kemudian duduk dan Iwan memeluk dari belakang.

" Masih pusing?" tanya Iwan kepada Sheila, dan Sheila pun mengangguk.

" Sedikit" sahut Sheila

" Hadap sini, biar pusingnya hilang" Ucap Iwan menggoda Sheila, dan Sheila mengikutinya. Iwan melumat bibir ranum Sheila hingga keduanya pun berpagutan cukup lama. Bertukar suliva , hingga suara decakan pun terdengar di bilik kontrakan itu.

Tak berselang lama, keduanya bergelut diatas kasur yg tipis tersebut. Pakaian penutup pun sudah terlepas dan menyebar ke kiri dan ke kanan, hingga keduanya tel*nj*ng bulat.

Desahaaann desahaaann terdengar syahdu malam itu. Iwan membuat Sheila terbang melayang karena sentuhan sentuhan yg diberikan. Cukup lama keduanya menyatu, hingga erangan panjang lirih terdengar.udanya mencapai puncak kenikmatan.

Iwan membiarkannya sesaat. Kemudian memulainya kembali, membuat Sheila kembali melayang ke atas nirwana. Hiasan kupu kupu indah warna warni, bunga bermekaran semerbak, menambah harumnya penyatuan malam ini.

Iwan tidak mau melepas begitu saja, hingga berganti posisi. Membuat tubuh bergetar dan klimaks keduanya pun menyatu. Keduanya terkulai lemas dalam senyuman. Mendekap erat tak terpisahkan.

Hingga malam semakin larut, pagi menjelang. keduanya terbuai mimpi indah. Sinar mentari menyinari pagi, membangunkan yg terlelap.

Sheila dan Iwan pun terbangun, kemudian mandi bersama. Keduanya mengulang semalam secara singkat. Dan kini tubuh yg letih seakan hilang begitu saja. Semangat pagi menyambut hari.

" Yang, aku nganter mobil Riska, mau ikut?" ucap Iwan, ketika menyeduh kopi panas pagi hari. Waktu sudah menunjukan pukul 7 pagi.

" Aku dirumah aja ya, kalau udah langsung balik" Sahut Sheila yg turut meminum kopi coklat kesukaannya.

" Engga takut aku tergoda?" Ucap Iwan, dan Sheila menggeleng.

" Mau tergoda dan melakukannya pun, yang penting tetap pulang. Aku tahu siapa Riska " sahut Sheila yakin. Terlebih ia sudah lama kenal dengan Riska.

" Kalau yg lain?" ucap Iwan menggoda Sheila. Membuat Sheila melotot, seakan Iwan dikasih satu kelonggaran tapi minta lebih.

" Yang penting pulang, dan temui aku. Aku butuh dekapanmu. Kini hanya kamu tempatku bersandar dalam hidupku" sahut Sheila, kemudian menyandarkan kepalanya di dada Iwan. Kepul asap rokok dari Sheila dan Iwan bersatu. Melayang jauh menembus awan.

Sesaat kemudian, Iwan keluar mencari sarapan untuk Sheila dan dirinya. Iwan membawa nasi bungkus, agar Sheila tidak memasak hari ini. Sore nanti Sheila akan mengikuti Iwan pergi. entah mau kemana.

Selesai sarapan, Iwan mengantar mobil Riska menuju apartemen. Sheila menunggunya dirumah." aku sudah terlanjur mencintaimu. Aku tak rela jika dirimu berpaling dariku. Aku tahu, dengan wajah tampanmu, akan menarik lawan jenismu. Kuharap kau selalu hadir mendekapku setiap waktu". Sheila meneteskan airmatanya. Mengingat tidaklah mudah mendapatkan cinta dari Iwan sampai saat ini.

...****************...

Sementara Iwan, saat ini sudah sampai apartemen Riska. Dan Iwan sudah masuk kedalam apartemen.

Riska masih tertidur di sofa dan belum beranjak dari sana. Iwan pun mendekatinya. Kemudian berjongkok dihadapan wajah Riska.

Piuuuuhhh...

Piuuuuhhh...

iwan meniup niup wajah Riska perlahan lahan. Membuat Riska perlahan membuka mata.

" Wan.."

Riska sudah mulai dengan kesadarannya. Kemudian bangun dan duduk bersandar di sofa. Bergeliat, meregangkan otot otot yg kaku. Iwan pun duduk disebelah Riska. Penampilan Riska pun masih seperti semalam.

Tanpa sadar, Riska merebahkan kepalanya didada Iwan. Tanpa kata , tanpa ucap Riska meneteskan airmatanya. Entah apa yg dirasakan saat ini. Iwan pun membelai Riska agar tetap nyaman.

" Kenapa menangis?" Tanya Iwan kepada Riska. Namun Riska diam, kemudian memeluk Iwan.

" Gw takut" Sahut Riska dalam isak nya.

" Takut?" Riska mengangguk.

" Kenapa?"

" gw takut jatuh cinta terhadap lo. Sementara elo udah punya Sheila. Dan gw ga mau mengecewakan Sheila. Tapi gw juga butuh elu untuk menghangatkan ranjang tidurku" Sahut Riska jujur. Karena dari semalam sudah jauh berfikir tentang hal itu.

Iwan tersenyum dengan kejujuran Riska kali ini. Karena tidak jauh dari perkiraan Sheila tadi. Iwan mendekap Riska dengan erat.

" Yang penting kita jangan pakai perasaan. Gw sama Sheila udah serius sejauh ini. Gw tahu siapa elu, dan Sheila juga tahu siapa elu" sahut Iwan sambil mencium kening Riska.

" Gw entar ikut ke kontrakan ya?, buat bicara sama Sheila" Ucap Riska.

" Emang kenapa?"

" Gw ga mau dianggap oleh Sheila, sebagai pengganggu hubungan elu.." sahut Riska. Dan Iwan pun mengangguk. Kembali Iwan mencium kening Riska. Kemudian mencium bibir Riska. Dan Riska membalasnya. Lumatan pun berdecak menggema dalam ruangan. Riska tidak mau menyudahinya.

...****************...