NovelToon NovelToon
WARS OF SYSTEMS

WARS OF SYSTEMS

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Epik Petualangan
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: 05 BAGAS LINTANG NUGRAHA

Ketika kampus memasang sistem di tubuh setiap mahasiswanya untuk mengontrol fokus mereka dalam berkuliah dan mencegah adanya gagal lulus. Mahasiswa yang berhasil luput dari pemasangan sistem itu, berjuang untuk melawan sistem yang telah memperbudak dan membunuh perasaan para mahasiswa yang kini bagaikan robot akademik. Apakah para mahasiswa itu berhasil mengalahkan kampus dan sistemnya ? Atau justru kampus akan semakin berkuasa untuk mengontrol para mahasiswa nya ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 05 BAGAS LINTANG NUGRAHA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DISKUSI

Pagi-pagi betul Andi datang ke kantor Tebas. Sudah jelas urusannya terkait dengan Ray. Ya, Tebas ingin bertanya-tanya tentang progress anaknya itu setelah tak menemukan jawaban dengan bertanya langsung pada Ray. Komunikasi yang sulit dan ketegangan yang memuncak adalah hambatannya, dan Tebas sendiri menerima hal itu.

“ Selamat pagi, Pak Andi “ Tebas menyambut Andi yang diantar oleh sekretarisnya ke ruangannya. “ Silahkan duduk, Pak “ 

Andi tersenyum. Ia langsung duduk, dan tak secepat kilat datanglah tawaran lain untuknya dari Tebas. “ Mau minum apa, Pak ? Kopi ? Susu ? Teh ? “ 

“ Kalau ada, jeruk hangat saja, Pak, “ ucapnya seramah mungkin. 

“ Jeruknya jeruk apa ? Jeruk Bali ? Nipis ? Mandarin ? apa Jeruk Purut ? “ Andi cuma tersenyum mendengar pertanyaan dari Tebas itu. Dengan berhati-hati, mulutnya menjawab, “ Jeruk apa saja terserah Bapak. “ 

“ Oke, “ jawab Tebas, yang kemudian mengalihkan pandangannya ke sekretarisnya, dan berbicara padanya, “ Tolong satu jeruk hangat dan kopi panas. Gulanya dua sendok. “ Sekretaris itu mengangguk, dan segera meninggalkan mereka berdua saja di ruangan itu. 

Suasana menjadi agak tegang karena memang secara aura saja, Tebas merupakan sosok yang begitu menggetarkan hati. Bila sering melihat persidangannya, Tebas adalah sang pengacara yang terkenal dengan kata-kata pedasnya, ekspresi sinis, dan gestur intimidasi. Pendekatannya yang seperti itu sudah melekat sehingga tak jarang ia amat disegani dimana-mana. 

“ Begini, Pak.. alasan sebenarnya saya memanggil anda adalah untuk berbicara tentang anak saya, Ray. Saya penasaran dengan progressnya selama mengikuti bimbel dengan anda. Bisakah anda menjelaskan bagaimana anak saya sampai sejauh ini ? “ tanya Tebas sambil melipat kakinya. Sudah menjadi kebiasaannya, bahkan itu adalah gestur khasnya saat berbicara dengan seseorang. 

“ Ehm, baik, Pak Tebas. “ Andi menjeda kata-katanya. Ia memikirkan kalimat yang pas untuk menjawab pertanyaan Tebas. Salah-salah, dirinya bisa habis di depan pengacara dingin ini. “ Ray sebenarnya.. adalah anak yang baik. Dia cerdas dan pintar. Hanya saja.. “ 

“ Hanya apa ? “ Tebas agak meninggikan suaranya. Lagi-lagi hal yang tak ia suka. Orang yang menjawab dengan terbata-bata adalah hal memuakkan baginya. Ia begitu tidak sabaran. “ Katakan saja dengan sejujurnya. Saya ingin mendengar semuanya. “ 

Andi menghela nafas. “ Hanya saja.. Ray sepertinya tidak akan cocok di jurusan Hukum. Hampir setiap hari, saat saya menerangkan materi, berusaha untuk mengarahkan dia ke Hukum, namun dia terus-terusan membantah. Dan mengajak saya untuk berdebat. “ 

“ Loh, bukannya justru cocok. “ Ternyata Tebas punya pemikiran lain. “ Ray suka berdebat dengan anda. Berarti mewarisi bakat dan kemampuan saya. Itu justru menjadi bukti bahwa Hukum adalah tempat yang sesuai untuknya berkembang menjadi seseorang. “

Masuk akal juga, batin Andi. Kini ia yang bingung. Apa ia kurang bisa mendorong Ray pada kemampuan dan potensinya, apalagi ia sendiri belum bisa menemukan secara pasti apakah sebenarnya potensi dari Ray. 

“ Mungkin benar dia punya potensi. Tapi, dia tak memiliki kemauan untuk itu. Justru.. “

Suara pintu terketuk, menjeda ucapan Andi. Tebas yang agak kesal mendengarnya langsung menyuruh sang pengetuk pintu membuka pintu. Ternyata seorang pegawainya yang membawa minuman mereka. Jeruk hangat dan kopi panas. Pegawai itu meletakkan kedua minuman itu dengan hati-hati di meja, dan segera izin pergi setelah melihat wajah Tebas yang tampak merah kesal. 

“ Mengganggu saja., “ ucap Tebas pelan, namun tetap bisa didengar oleh Andi yang hendak mencicipi jeruk hangatnya tapi akhirnya tidak jadi. 

“ Silahkan dilanjutkan penjelasan anda.. “ 

Andi mengangguk. “ Jadi, Ray memang tidak memiliki kemauan untuk ke Hukum. Justru dari beberapa kali saya perhatikan, pemikirannya lebih ke filosofis. Dia seperti ingin menjadi filsuf bagi dirinya sendiri dan orang lain. Pertapa atau orang bijak. “ 

“ Ah, dia masih kecil. Sok idealis dengan kebenaran. “ Tebas terdengar skeptis. Kata-katanya meremehkan, dan berusaha untuk menjatuhkan putranya. “ Dia cari perhatian dengan hal-hal begitu. “

“ Mungkin dia ingin mencari perhatian anda juga, Pak. “ Andi menatap Tebas, sebenarnya ada kekhawatiran di hatinya setelah mengatakan demikian tapi ia pun penasaran apakah Tebas akan bersimpati. Apalagi sebagai orangtua tunggal, Tebas membesarkan anaknya seorang diri selama ini. 

“ Dia sudah mendapatkan semua itu. Saya membayar anda semahal itu pun sudah menjadi bukti. Selama ini saya sekolahkan dia di sekolah terbaik di negeri ini. Saya perlakukan dia sebaik-baiknya. Perhatian saya hanya pada dia seorang, “ jawab Tebas dengan tenang. Ia tak kelihatan tertekan dengan pertanyaan Andi karena ia sendiri tahu bahwa ia sudah melakukan yang benar. 

Tapi, Andi punya pandangan lain dari pengalamannya mengajari Ray. Remaja itu jelas mendapatkan fasilitas nyata dari ayahnya, tapi ada hal yang tak didapatnya. Fasilitas batin. Tebas sama sekali tidak memberinya kasih sayang dalam hatinya. Ray hidup dalam kesendirian dan kekosongan hati. 

“ Itu benar. Tapi, Ray mungkin butuh kelembutan anda.. “ Makin besar rasa penasarannya, makin besar kecemasannya saat ini. Mulutnya tak bisa dikontrol, banyak kata-kata bernada lancang yang keluar dari mulutnya itu. Andi seperti seorang anak kecil yang penasaran dengan hutan penuh monster didalamnya, yang siap untuk membunuhnya kapan saja. 

Tebas menarik nafas panjang. “ Saya telah kehilangan seseorang yang saya cintai karena kelembutan itu. Saya tidak ingin melakukan kesalahan yang sama. “ Matanya memandang Andi, cukup lama yang membuat Andi agak gelisah. Tapi kemudian ia berkata, “ Saya keras pada Ray adalah karena saya tak ingin dia menjadi seseorang yang sama seperti dia yang hilang dari saya. Saya ingin Ray, di masa depan menjadi seseorang yang besar dan ketika itu, dia akan berterimakasih pada saya karena telah membuatnya menjadi hebat. Itulah cita-cita terbesar saya sebagai ayah. Ray harus menjadi seorang yang besar. Karena orang akan membanding-bandingkan dia dengan saya. Saya tak yakin dia sanggup dengan tekanan itu. “ 

“ Saya mengerti, Pak. “ Andi mengangguk. Perkataan Tebas yang cukup dalam itu mulai sedikit menjawab rasa penasaran Andi, namun ternyata ia belum puas. Ia malah kembali bertanya, “ Tapi, haruskah Hukum ? Tidak bisakah anda mengikuti keinginan putra anda ? “ 

“ Anda tahu Ray menginginkan apa ? “ Tebas langsung saja membalikkan pertanyaan itu. Andi terdesak dan dengan setengah gugup menjawab, “ Dia ingin menjadi seorang yang bijak. Filsuf mungkin. “ 

“ Sekarang dimana orang ingin mendengar filsuf berbicara ? Hal-hal semacam itu hanya popular di zaman Yunani Kuno. Saya tak benar-benar yakin itu akan menjadi pekerjaan baginya. Minat, ya. Realita, tidak. “ Tebas seorang yang realistis. Dia adalah sang kusir bagi anaknya, yang bagai kuda liar tak terkendali saat ini. Ia perlu menjinakkan dan mengarahkannya ke jalan yang benar. “ Hukum adalah pilihan yang terbaik. Saya bisa menjadikannya sebagai seseorang yang besar di dunia Hukum. Sama seperti saya, bahkan lebih. “

Keadaan pun menjadi hening. Tebas meminum kopinya sejenak, begitu pun dengan Andi yang sudah ngebet ingin mencicipi jeruk hangatnya. Bahkan dengan sekali teguk, Andi berhasil menghabiskan jeruk hangat itu. Jeruk hangat ini begitu segar. Mungkin Pak Tebas bisa membuka kedai minuman kalau sudah bosan jadi pengacara, batin Andi. 

“ Anda mau tambah ? “ tanya Tebas tiba-tiba, yang mengejutkan Andi. Andi langsung menggelengkan kepala, malu sepertinya karena cara minumnya yang seperti orang kehausan. Meski benar ia haus, tapi seharusnya ia menjaga cara minumnya yang elegan. “ Jeruknya enak sekali, Pak. Tapi, sudah cukup. “ 

“ Pembicaraan kita masih panjang. Anda bisa tambah haus saat berbicara dengan saya. Saya pesankan satu minuman lagi untuk anda, ya. “ Tebas langsung mengambil handphonenya. Mengetikkan sesuatu di handphonenya, dan berkata, “ Sudah saya pesankan. Mari kita lanjutkan pembicaraan ini. “

Andi hanya bisa tersenyum selebar-lebarnya sambil menunggu Tebas membuka obrolan lagi yang sempat hening. 

“Untuk ke depannya anda akan bagaimana ? Dengan progress Ray yang seperti ini ? Adakah perubahan metode belajar ? “ Setelah meminum kopinya, sepertinya Tebas terlihat on-fire untuk membombardir Andi dengan segudang peluru pertanyaan. 

“ Ehm.. “  Andi memegangi hidungnya. Ia gugup sekali apalagi dengan sorot mata Tebas yang mulai mengintimidasinya. “ Sebenarnya ini sulit. Karena dalam tes di Universitas Sepuluh April, universitas yang anda inginkan untuk Ray, mereka mengadakan sebuah tes spesial. Tes minat bakat, semacam tes yang menampilkan setiap pilihan ganda lalu dari pilihan-pilihan itu akan membawa seseorang kepada jurusan terbaik sesuai pilihannya. Tes ini harus dilakukan dengan kejujuran dan kalau Ray dengan hatinya yang seperti itu, bisa terdeteksi oleh kursi kebohongan bahwa ia memilih dengan tidak jujur, tidak dengan hatinya. Dia bisa didiskualifikasi bahkan kemungkinan terburuknya dia dibuang ke Neverland. “

“ Tak adakah cara lain untuk membuat anak itu ke jurusan Hukum ? Kalau seperti itu, dia bisa berakhir di jurusan sastra.. Itu buruk baginya. “ Tebas menggelengkan kepala, tak bisa membayangkan anaknya harus masuk ke jurusan yang menurutnya adalah jurusan yang menyedihkan. 

Andi tak menjawab. Kepalanya tertunduk, matanya terpejam, nafasnya terangkat, mulutnya mulai membuka tapi tertutup kembali. Seperti ada keraguan dalam hatinya untuk menjawab. Jelas ragu, karena ini bukan cara yang baik. Ini adalah cara kriminal. Tapi, Tebas tahu bahwa Andi punya jawaban, kemudian mendesaknya agar memberitahu padanya. 

“ Katakan saja apa ide anda ! Baik atau buruknya ide anda akan saya pertimbangkan nanti, “ kata Tebas dengan tegas. 

“ Baik.. “ Andi mengatur nafasnya, mulai berbicara tentang idenya, “ Saya punya teman yang bekerja di bagian pendataan tes. Dia bertugas untuk memasukkan hasil tes setiap calon mahasiswa di USA ( Universitas Sepuluh April ). Saya pikir dia bisa membantu untuk mengubah hasil tes Ray, apapun hasilnya menjadi jurusan Hukum. Maafkan saya, saya tak bermaksud menyarankan hanya saja ini ide saya. “

Wajah Tebas datar. Tak ada ekspresi. “ Berapa harganya ? “ tanyanya singkat. 

“ Lima juta, “ jawab Andi. Ia sepertinya sudah mempersiapkan hal ini. Bahkan tidak ada keraguan dalam kata-katanya saat menjawab. 

“ Tiga juta saya bayar sekarang. Tujuh juta akan saya bayar selanjutnya bila Ray benar-benar menjadi mahasiswa Hukum. Dua kali lipat dari harga yang anda tawarkan, bukan ? “ 

Mata Andi membulat. Ia benar-benar tertarik dengan tawaran ini. Dengan suara yang yakin dan tegas ia berkata, “ Deal ! “ Tebas dan Andi saling berjabat tangan sepakat dengan harga dan tawaran ini. 

~~

1
wiz khalifa
lanjut thor, nungguin nih
piyo lika pelicia
semangat ☺️
piyo lika pelicia
semangat dek ☺️
piyo lika pelicia
semangat ☺️
Acelinz: semangat juga kak
total 1 replies
piyo lika pelicia
hhhh 😂
piyo lika pelicia
semangat dek ☺️
piyo lika pelicia
semangat ☺️
piyo lika pelicia
Weh jangan 😫
piyo lika pelicia
semangat ☺️
Acelinz
tapi dia pun tak bisa keluar begitu saja karena situasinya
Acelinz
Memang pada dasarnya itu adalah sifat aslinya
Acelinz
Seperti itulah manusia, mudah tergiur akan sesuatu yang menarik tapi sebenarnya tidak jelas.
piyo lika pelicia
semangat dek ☺️
piyo lika pelicia
hah tak guna egois 😒
piyo lika pelicia
sebenar nya guru ini manfaatin mereka gak sih kok di fikir fikir gitu 🤔
Acelinz: benar, meski sebenarnya ada simpati dan harapan dari dosen tersebut kepada para mahasiswa nya
total 1 replies
piyo lika pelicia
hhhh 😂
piyo lika pelicia
ya gak usah kuliah kalau mau bebas diam aja di hutan
piyo lika pelicia
murit yang nakal
piyo lika pelicia
semangat adik ☺️
piyo lika pelicia
bukan kekanakan marah lah di tinggal gitu aja bahkan apa yang dia bilang enggak di dengerin.😒
Acelinz: lebih kepada kecewa, hanya saja dia juga butuh
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!