Bagiamana jika kehidupan seorang mafia yang terkenal akan ganas, angkuh atau Monster ternyata memiliki kisah yang sungguh menyedihkan?
Bagaimana seorang wanita yang hanyalah penulis buku anak-anak bisa merubah total kehidupan gelap dari seorang mafia yang mendapat julukan Monster? Bagai kegelapan bertemu dengan cahaya terang, begitulah kisah Maxi Ed Tommaso dan Nadine Chysara yang di pertemukan tanpa kesengajaan.
~~~~~~~~~~~
✨MOHON DUKUNGANNYA ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
O200DMM – BAB 12
*ME**LARIKAN DIRI DARI ORANG-ORANG GILA*
“KATAKAN YANG JELAS DASAR J*L*NG SIALAN!” Ericsson memberi tamparan keras di kepala wanita malang yang masih menjadi sandera. Bukannya menjawab takut, wanita itu malah tertawa gila sehingga membuat kemarahan Ericsson tak terbendung dan terus memberinya pukulan serta tamparan hingga wanita tadi terbatuk darah.
Tidak ada yang sadar bahwa ikatan di tangan wanita itu sudah terlepas. Ericsson menjambak rambutnya hingga kepala wanita itu mendongak, “Katakan sekarang sebelum monster ku datang mencabik mu.” Ucap Ericsson rendah namun penuh ancaman.
“Aku... Tidak akan-- mengatakannya!” lirih wanita itu dan langsung membenturkan keras dahinya ke kepala Ericsson sehingga pria tua itu meringis kesakitan.
Wanita tadi berhasil kabur dengan langkah sempoyongan memegangi area perutnya. Baju yang dia kenakan terlihat lusuh penuh bercak darah, serta rambut pendek yang tak teramut, nafasnya tersengal memilih pergi tanpa bertarung dengan para penjaga di sana. Lebih tepatnya dia selalu bersembunyi ketika melihat penjaga mulai berlarian.
“Terima kasih!” gumam Nadine sangat-sangat panik dan senang ketika usahanya berhasil.
Perlahan ia mulai membuka pintu, tak ada satupun penjaga di sana karena memang Maxi tidak pernah menyuruh para penjaga untuk menjaga di depan ruangan, hanya ruangan tertentu serta pintu masuk dan belakang. Itu sangat ketat bak kolor.
Nadine berjalan mengendap-endap seperti seorang pencuri. Dia berusaha tenang meski jantungnya berlomba cepat.
Yang perlu ia lakukan hanya pergi dari sini dan bersembunyi di tempat paling aman dari jangkauan Maxi gila.
“HAAAAAAA!” Nadine tersentak kaget ketika dia mendengar teriakkan bak auman singa. Itu suara Maxi, mata Nadine langsung melotot dan cepat-cepat bergerak pergi.
“CEPAT CARI MEREKA.” Pinta Maxi sudah di puncak emosi.
Di sisi lain, wanita berambut pendek tadi masih berjalan sempoyongan sampai dua wanita akhirnya bertemu dan saling bertegur pandang. Nadine khawatir dengan keadaan yang sangat menyedihkan dari wanita asing di depannya saat ini.
Hendak menolong wanita tersebut, tiba-tiba suara langkah dan gaduh membuat Nadine memilih pergi mencari ruangan yang bisa dia tempati. Kecepatan langkah mereka sangat berbeda jauh, apalagi wanita berambut pendek itu sedang menahan rasa sakitnya.
Nadine yang sudah menemukan ruangan bersembunyi, dia mengulurkan tangannya dan ingin menolong wanita tadi. Namun itu sia-sia ketika semuanya sudah terlambat, sebuah pisau terlempar mengenai lengan wanita tadi hingga memekik kesakitan.
Nadine segera menutup pintunya dan mengintip sedikit sambil menangis dan bersalah di saat dia tidak bisa menolong wanita tadi. Tapi kali ini hidupnya juga dalam bahaya.
Napas Nadine memburu ketika sebuah tangan besar nan kokoh baru saja mencekik leher wanita tadi dengan ganasnya. Tentu saja Nadine di buat ketakutan saat dia melihat dengan jelas siapa pelakunya.
“Sebelum pergi ada baiknya kita mengucapkan perpisahan.” Suara dingin itu seperti seseorang yang kerasukan monster.
Tanpa rasa takut dan kasihan. Maxi tak peduli meski di depannya saat ini adalah seorang wanita, baginya-- musuh tetaplah musuh.
Wajah cantik wanita mata-mata tadi mulai membiru saat cengkraman Maxi begitu kuat mencekik lehernya. Ia mencoba memukul lengannya, namun itu hal yang sia-sia ketika kamu tahu siapa musuh di depanmu saat ini. Dia adalah seorang Maxi Ed Tommaso.
“Siapa yang menyuruhmu?” tanya Maxi. Tak heran jika banyak musuh yang ingin meruntuhkan dirinya.
“Ti-tidak, akhhh... Akan pe-pernah.”
Nadine menggeleng berharap tidak ada hal lebih buruk dari cekikikan leher. Asal kalian tahu, gadis yang saat ini tengah bersembunyi itu berusaha menahan air matanya.
Ericsson beserta tangan kanannya dan juga Zero, hanya berdiri di belakang Maxi. Mereka tidak akan berani ikut campur ketika Maxi sudah turun tangan sendiri.
“Para musuhmu... Me-mereka akan.. Mengincarnya!” ucap wanita tadi dengan suara serak dan tercekat di tenggorokan.
Maxi tahu siapa yang dia maksud. Tanpa ampun, pria itu langsung menampar keras menggunakan tangan kokohnya ke wajah wanita tadi hingga dalam satu tamparan darah berceceran dan kepala wanita tadi langsung lemas dengan mata terbuka.
Ya! Maxi baru saja membunuhnya hanya dengan tangan kosong. Dari balik pintu, Nadine menutup mulutnya sambil menangis ketakutan.
Tubuhnya gemetar hebat, keringat dingin membasahi dirinya. Dia tidak menyangka akan melihat adegan seperti itu lagi.
Jasad wanita tadi jatuh ke lantai. Maxi berbalik ke Ericsson dengan tatapan sama, tidak ada rasa bersalah setelah dia mencabut nyawa seseorang.
“Siapa orang itu? Kenapa mereka selalu saja mengirim orang-orangnya?” emosi Ericsson berkacak pinggang.
“Biarkan saja. Mereka sendiri yang ingin cari mati, aku dengan senang hati melakukannya.” Ucap Maxi.
Di saat orang-orang gila tadi masih sibuk berbincang. Dengan hanya tekad keberanian, Nadine memilih keluar dan lari secepatnya karena Zero baru saja memergoki dirinya yang bersembunyi di balik pintu. Sebelum dia tertangkap, ada baiknya Nadine memilih kabur lebih awal.
Maxi langsung mengejarnya, begitu juga Zero dan beberapa anak buahnya.
Nadine berusaha kabur dengan wajah panik dan teriakan takut, sampai dia berada di luar rumah tepatnya di halaman luas. Langkahnya kalah cepat sehingga dalam satu tarikan, tubuhnya mulai berbalik arah dan membentur ke dada bidang Maxi. Tangisnya pecah, suara permohonan terus keluar dari mulut Nadine, tubuhnya serasa lemas.
Maxi mencengkram pergelangan tangan Nadine, menatap lekat dan tajam kepada gadis yang saat ini hanya menunduk sambil menangis ketakutan.
Dari rumah Ericsson. Wanita paruh baya yang asik menyeduh teh sambil berdiri bersama putrinya Ina Goulding (23th) sambil melihat pemandangan drama gratis di depan mereka.
“Siapa wanita itu?” tanya wanita cantik berkulit putih dan rambut sedikit kriting kepada ibunya yang masih menatap datar.
“Tidak tahu. Mungkin mainan baru, sama seperti Georgia dulu.” Balas wanita paruh baya tadi masih asik menyeduh teh.
“Wah-wah! Selalu saja menikmati sambil membicarakan orang lain.” Tiba-tiba suara sombong dari sosok wanita langsing, cantik berambut blonde bernama Julia Scott (27th). Wanita cantik dengan bibir tipis merah merona yang merupakan istri dari Ericsson Scott.
Mendengar dan melihat kedatangan musuh. Ina memutar malas bola matanya dan memilih pergi lebih dulu. Berbeda dengan sang ibu yang selalu membalas ucapan dari Julia karena dia tidak mau kalah dari wanita bernama, Julia itu.
“Selalu saja memikirkan orang lain! Padahal dia sendiri sangat suka menggoda kakek-kakek!” ejek Miia Goulding (47th) tersenyum miring lalu masuk ke dalam rumah dengan perasaan puas.
Julia terdiam, melirik marah ke Miia yang merupakan seorang wanita lebih tua darinya. Bukannya menghormati adik dari suaminya, Julia malah terus mengajaknya bertengkar dan berdebat.
Tidak ada yang suka menikah dengan pria yang lebih tua darinya, kecuali pria itu seorang Billioner. Alasan pertama Julia adalah harta lalu cinta, wanita bernama Julia itu cukup licik sehingga Miia selalu dibuatnya geram.
Miia adalah adik tiri Ericsson Scott. Ina adalah putri kedua Miia dan Charlotte Goulding, sedangkan Maxi adalah putra angkat Miia dan Charlotte. Karena mengetahui kematian Charlotte, akhirnya Ericsson mengambil paksa Maxi dan ingin menjadikannya seseorang yang kuat, seorang mafia kejam serta menjadi penerusnya.
Miia menyetujuinya, asalkan dia dan Ina juga ikut bersama Maxi.
...°°°...
Hai guysss! Saya harap kalian mengerti silsilah keluarga di atas ya. Bagi yang bingung bisa komen dan saya akan memberikan jawaban.
jangan lupa Like👍, Coment💬, Vote!,
Rate ⭐⭐⭐⭐⭐ and Favorit ❤️
Thanks and See ya ^<^
kl menyukai ,kenapa nggak d ulangi n lanjut next yg lebih hot.
( berimajinasi itu indah.. wk wk wkk )
kl sekarang mau kabur,apa nggak puyeng liat jalur melarikan dirinya.jauuuub dr kota.awak d ganggu pemuda2 rese LG lho.
tadinya baca cerita luna almo dulu sih..untuk maxi nadine ini ditengah udah mau menyerah krn alurnya lambat ya..tapi penasaran jadi ttp aku baca..dan kesimpulannya bagus banget walaupun banyak bab yang menguras emosi..terimakasih kak author..