Zella, gadis bar-bar yang baru berumur 19 tahun, sekaligus pemilik sabuk hitam karate. dia terkenal di kalangan anak seusianya karena memiliki sifat ceria dan blak-blakan serta tak kenal takut.
Hingga suatu hari saat dia hendak berangkat ke tempat latihannya, dia tersandung batu dan membuat tubuhnya nyungsep ke dalam selokan dan meninggal di tempat.
Zella kira dia akan masuk ke dalam alam baka, namun takdir masih berbaik hati membiarkan dia hidup meski di tubuh orang lain.
Zella bertransmigrasi ke dalam novel yang sudah lama dia baca, dan menjadi tokoh antagonis yang selalu menyiksa anaknya.
Akankah Zella mampu mengubah sebutan 'Penjahat' pada dirinya? dan meluluhkan hati anaknya yang sudah di penuhi dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eka zeya257, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 2
...Sayangi dirimu sendiri, karena yang benci sudah banyak....
...
.......
.......
...☠️☠️☠️...
Gelap, menjadi kata yang menggambarkan tempat dimana Zella berada saat ini. Tidak ada satu pun cahaya di dalam tempat itu, dia berlari tak tentu arah mencoba mencari jalan keluar namun tempat itu seolah tak berujung.
Keringat mulai membasahi seluruh tubuhnya, dia tidak tau sedang ada dimana dan tempat apa yang dia singgahi saat ini.
Yang dia rasakan hanya sesak, seolah batu besar sedang menghantam hatinya. Hingga sebuah memori yang baru pertama kali dia lihat, muncul dan bercampur dengan memori di kehidupannya selama ini.
"AAARRGHH." Teriakan melengking Zella, menggema di dalam ruangan gelap tersebut.
Zella merasa kepalanya seperti akan meledak, dia menarik-narik rambutnya dengan kasar berharap hal itu bisa mengurangi rasa sakit di kepalanya.
Namun hasilnya nihil, justru ingatan asing yang masuk ke dalam kepalanya semakin banyak.
Aku membencimu!
Kau penghalang kebahagiaanku.
Aku pasti akan membunuhmu.
"Aaarrghh, sialan sakit banget." Umpat Zella tak kuasa menahan rasa sakit di kepalanya.
Dia memejamkan kedua matanya rapat-rapat, seketika dia merasakan tarikan yang sangat kuat pada tubuhnya. Hingga saat rasa sakitnya sudah lebih baik, Zella perlahan membuka kembali kedua matanya.
Begitu kedua netranya terbuka sempurna, dia kembali di kejutkan dengan sesosok pemuda yang berlumuran darah di bagian punggungnya sedang berjongkok tepat di depannya.
"A-apa yang terjadi?" gumam Zella kebingungan.
Dia menunduk dan melihat tangan kanannya sedang memegang cambuk, dia kembali menatap ke arah punggung pemuda di depannya.
Seketika Zella melempar cambuk di tangannya dengan asal, dia membekap mulutnya dengan kedua tangannya.
"I-ini nggak mungkin, bukannya gue udah meninggal? Kenapa gue ada di sini?"
Pemuda di depan Zella menoleh kebelakang, wajah dinginnya terlihat jelas saat mata mereka saling beradu pandang.
"Udah puas menyiksanya? Kalo sudah saya pergi sekarang." Ujar pemuda itu dingin.
Zella tak menjawab, dia melihat pemuda itu berdiri lalu pergi menuju arah pintu dan meninggalkannya sendirian. Zella menunduk untuk melihat noda darah di lantai, darah yang tadi jatuh dari punggung pemuda itu.
"T-tadi beneran gue yang lakuin itu? apa semua ini mimpi?"
Dia menelisik seluruh isi ruangan yang kini dia tempati, tempat itu terasa tak asing baginya semuanya mirip dengan.... Rumah orang kaya.
"Sebenarnya gue ada dimana sih? nggak mungkin alam kematian tempatnya kaya gini, kan?"
Zella berjalan menuju meja rias, betapa syok nya dia saat melihat wajahnya berubah.
"AAAKKKHH."
Bughh.
PYAAARR.
Cermin meja riasnya pecah dan jatuh berhamburan ke atas meja, setelah mendapat pukulan tanpa sengaja darinya. Tak berselang lama pintu ruangan itu terbuka, menampilkan dua sosok pelayan yang tergesa-gesa mendatanginya.
"Nyonya, apa yang terjadi?" tanya satu pelayan yang terlihat lebih tua.
Mendengar panggilan 'Nyonya' kedua alis Zella menukik tajam, hal itu tak luput dari pandangan dua pelayan di depannya.
"Siapa kalian?" tanya Zella dingin.
"Nyonya, ini kami pelayan kediaman ini." Sahut kedua pelayan itu.
Zella semakin bingung, dia tak pernah memiliki pelayan selama hidupnya apa lagi rumah mewah seperti ini.
Penasaran dengan apa yang menimpanya, Zella mengambil pecahan cermin yang tergeletak di atas meja rias. Dia mengarahkan cermin itu ke wajahnya, sesaat Zella mematung kala melihat wajahnya benar-benar sudah berubah.
'Ini siapa? Kenapa wajah gue berbeda?' batin Zella berkecamuk.
Di tengah kebingungan yang menimpanya, sebuah suara berbisik di telinganya.
'Jaga tubuh ini dengan baik, Zella.'
'Balaskan dendamku pada mereka.'
'Hanya kau yang bisa melakukannya.'
Sontak Zella menoleh ke arah kanan, namun dia tidak mendapati seorang pun di sana.
"Suara siapa tadi?" gumam Zella heran.
Dia lalu berbalik kembali, lalu menatap ke arah dua pelayan di depannya, "Siapa nama saya?"
"Nama Nyonya, Zella Allyshon. Anda istri dari Tuan Elzion Naraga." Sahut pelayan tersebut.
Degh.
"Elzion Naraga? Kaya kenal tapi dimana yah," gumam Zella.
Dia berusaha mengingat nama itu dengan susah payah, sampai terlintas hal aneh dalam pikirannya.
"Itu nggak mungkin, kan?" Zella kembali bertanya pada pelayan tersebut.
"Apa saya memiliki putra berumur 15 tahun?" tanya Zella, dia ingin memastikan sesuatu.
"Benar, Nyonya."
Degh.
Degh.
Zella terhuyung sembari memegangi kepalanya, "Ini nggak mungkin terjadi, pasti ada yang salah."
"Apa nama anak itu..... Arzen Naraga?" lanjut Zella.
Raut kebingungan nampak jelas di wajah kedua pelayan itu, meski mereka merasa aneh dengan sikap nyonya mereka namun mereka tetap mengangguk membenarkan tebakan Zella.
"Iya, Nyonya. Apa anda baik-baik saja? Wajah anda terlihat pucat." Ujar pelayan itu khawatir.
Zella mengangguk singkat, dia lalu meminta kedua pelayan itu pergi meninggalkannya sendiri. Selepas kepergian mereka berdua, Zella berjalan ke arah ranjang dan mendudukan tubuhnya di sana.
"Sialan, kenapa gue bisa masuk ke sini sih! Ini, kan, Novel penuh darah yang udah lama gue baca." Cerocos Zella.
Zella yakin dia benar-benar bertransmigrasi ke dalam buku, dan sialnya buku yang dia masuki memiliki akhir tragis untuk tubuh yang dia tempati saat ini.
Dia mencoba mengingat kembali alur novel yang dia masuki, namun yang dia ingat sangat sedikit dia hanya ingat nama beberapa tokohnya dan akhir hidup pemilik tubuh.
"Aarghh, kenapa dari banyaknya novel yang gue baca gue malah masuk ke dalam novel bajingan ini sih!"
Zella mengusak rambutnya dengan kasar, dia sangat membenci novel yang dia rasuki. Alasannya karena dalam novel itu, sosok Zella Allyshon adalah ibu tiri yang amat jahat.
Dia menyiksa putranya dengan sangat kejam hampir setiap hari, Zella bahkan tak menamatkan novel itu saat membacanya, dia langsung lompat membaca akhir dari novel itu yang membuatnya sangat puas atas kematian Zella Allyshon.
Tapi kini dia justru menjadi penjahatnya, Zella tak menyangka kejadian di dalam novel yang sering dia temukan benar-benar nyata dan itu terjadi padanya.
"Gue nggak mau mati muda lagi, gue harus bertahan hidup gimana pun caranya." Tekad Zella.
Dia melihat penampilannya yang sangat berantakan, noda darah ada dimana-mana termasuk telapak tangannya.
"Pasti sakit banget jadi Arzen, nih tubuh juga nggak punya hati sama sekali! Bisa-bisanya dia mencambuk anak kecil sampai kaya gitu." Dumel Zella kesal.
Dia berdiri dari ranjang, sorot matanya penuh dengan tekad yang kuat.
"Gue harus merubah alur novel sialan ini, demi Arzen dan juga biar gue nggak mati di tangan anak gue sendiri!"
Keputusan Zella sudah bulat, dia akan bertahan dan merubah sifat Zella Allyshon yang kejam serta memberikan kehidupan yang lebih layak pada Arzen Naraga. Meski dia sendiri tak yakin, kalau usahanya akan berjalan dengan mudah.